Bahaya-bahaya kefakiran

2. Bahaya-bahaya kefakiran

a. Bahaya kefakiran terhadap Aqidah

Persaingan keras dalam lapangan mata pencaharian kehidupan sering menjadikan gelap mata, gaya kehidupan yang semakin hedonis, kemewahan- kemewahan yang semakin menjulang, menjadikan manusia tidak memikirkan halal dan haram dalam menggapainya, kalau perlu dengan cara singkat namun irrasional seperti mendatangi dukun, kuncen makam keramat, melakukan pesugihan dan lain sebagainya dari berbagai tindakan kemusyrikan.

Suatu kemustahilan untuk memungkiri kenyataan tersebut, gambaraan seseorang yang begitu teguh imannya bisa menjadi kafir lantaran tidak tahan hidup dalam kepapaan, di dorong oleh rongrongan istri yang cemburu melihat kemewahan

30 . Ja la lu ddin as- S uyuthi da n Jalalud din a l- Maha lly, T a f sir J a lâla in , CD Q ur'a n- 275. .

31 . Ab u Ba k ar , op . c it, h a l 3 50

tetangganya, kebutuhan anak-anaknya, ataupun keinginan yang sangat terpendam dalam dirinya sendiri.

Mereka yang melakukan tindakan irrasional pada akhir hayatnya bisa menjadi beruntung apabila bertaubat kembali pada jalan kebenaran menurut Islam sebelum ajal menjemputnya, tetapi tidak jarang malah terlanjur terus menerus dalam kesesatan sampai akhir hayatnya hingga menyisakan kesengsaraan yang kekal abadi di akhirat

kelak. Rasulullah saw mengisyaratkan tentang kefakiran yang hampir-hampir menyeret orang-orang fakir dalam kekufuran, sabdanya:

Artinya: Ibnu abi syaibah dan al-Baihaqi mengeluarkan hadist dari Anas yang berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Kefakiran hampr-hampir menyeret pelakunya

kepada kekufuran” 32 .

Adapun paling rendah kufur adalah kufur nikmat sedangkan paling parahnya kufur adalah kufur iman. Terjerumus dalam kekufuran tidak hanya dalam bentuk jahiliyyah klasik seperti yang telah dicontohkan dengan mendatangi kuburan, tetapi juga dalam bentuknya yang modern menjelma menjadi isme-isme yang beraneka ragam namun tetap satu sesembahan dan satu tujuan yang sama yaitu materi.

b. Bahaya kefakiran terhadap Akhlak dan Tingkah Laku

Kerja keras adalah salah satu jalan mendapatkan penghasilan, ketiadaan pekerjaan berarti ketiadaan penghasilan, ketiadaan penghasilan berarti jatuh miskin, dan itu sama halnya dengan ketiadaan pemenuhan kebutuhan hidup yang layak.

32 . Ja la lud din a s- S uyuthi, A d - D u rr u a l- M a n ts u r fi a t- T a f sir a l- M a ' tsu r , (Be ir ut; D âr al- Fik r, 1 9 ٨ ٣ ), jilid ٨ , h al. ٦ ٩ ٢ .

Oleh karena manusia harus terus hidup, sedangkan penopang kehidupan itu sendiri tidak di dapati, maka tindakan kriminal seperti mencuri, menjambret, merampok, ditambah sekalian dengan melakukan pembunuhan terhadap yang dirampok guna menutupi jejak adalah jalan pintas yang tidak mustahil terjadi.

Hal tersebut diperparah lagi dengan mentalitas yang bobrok hingga melahirkan angan-angan tidak pasti dengan berjudi agar cepat kaya, kalaupun masih

terlalu takut dengan ritual penyugihan yang berat laku jalannya, berangan-angan terbebas dari himpitan hidup dengan tidak terlalu peras keringat dari kerja keras, atau memang karena pekerjaan itu sendiri tidak ada, kalaupun ada susah didapat atau memang mungkin sudah dipegang orang lain.

Bahaya kefakiran, takut jatuh miskin, tidak hanya menghinggapi orang-orang yang berada di pinggiran (sebutan untuk masyarakat miskin), tetapi juga bisa menghinggapi golongan kerah putih (sebutan untuk golongan orang-orang kaya terpelajar) dengan mentalitasnya yang bobrok walau bergaji bulanan tinggi, maka tindakan pidana korupsi adalah sebuah keharusan.

Bila kefakiran mempunyai pengaruh yang berbahaya terhadap aqidah, begitu juga halnya terlebih pada akhlaq dan tata karma disebabkan seringnya orang fakir yang sangat terdesak oleh kebutuhan hidup jasmani lebih mendengarkan tuntutan perutnya dari pada tuntunan moralnya hingga terjerumus melakukan tindakan yang menyalahi etika dan tata-krama social, seperti tidak menepati janji ketika jatuh tempo pembayaran dalam berhutang akibat desakan kebutuhan hidup yang semakin menghimpit, bahkan lebih parah dari hal tersebut adalah tidak bertanggung jawab

terhadap hutangnya dengan melarikan diri keluar dari daerah dimana tempat dia berhutang supaya tidak ditagih. Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: Abu al-yaman berkata pada kami bahwa Syu’aib mengkhabarkan pada kami dari az-Zuhri (pindah sanad). Dan Isma’il telah berkata pada kami bahwa: saudaraku telah berkata padaku dari Sulaiman dari Muhammad bin Abi ‘atiq dari Ibnu syihab dari ‘Urwah bahwa ‘Aisyah mengkhabarakan padanya bahwasanya Rasulullah serring berdo’a dalam shalat: ya Allah, hamba berlindung padamu dari kejahatan dan hutang”, maka ada seseorang yang berkata pada beliau: apa yang menyebabkan engkau banyak berlindung dari hutang?, Rasulullah menjawab:” sesungguhnya sesorang apabila berhutang

lalu berbicara kemudian berbohong, dan berjanji lalu tidak menepatinya” 33 .

c. Bahaya kefakiran terhadap Keluarga

Sebuas-buas hewan semisal macan tidak akan membunuh anaknya sendiri, berbeda dengan manusia. Karena terlalu istimewanya dianugerahkan akal, dia terlalu mengkalkulasikan biaya kebutuhan hidup, kemudian karena tidak mampu memenuhinya, maka anaknya tega dibunuh selagi masih orok guna meringankan beban biaya yang membengkak tersebut. Ini jelas tidak tercela menurut al-Qur’an. Allah Ta’ala berfirman :

33 . Mu hamm ad b in Isma 'il a l- Bukh ar y, S h a h ih B u kh a ry , CD Ma ktab a h a l- Had is t a s- S yarif.

Artinya : Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.

Ayat ini diperkuat oleh ayat lainnya dalam al-Qur’an:

Artinya : Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya…

Kefakiran juga bisa menghancurkan bahtera rumah tangga. Sebagai akibat

salah kaprah mendalami agama, sebagian orang menikah tanpa berfikir dua kali mengenai pemenuhan sandang pangan dan papan tanpa pekerjaan tetap, berdalih bahwa Allah Ta’ala sudah menentukan rezeki bagi hamba-hamba-Nya serta mengacuhkan dalil-dalil lainnya, seperti bahwa Allah juga tidak akan merubah suatu kaum kecuali kaum itu sendiri berusaha untuk merubahnya, firman Allah Ta’ala :

Artinya :… Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…

Ini menjadikan banyak diantara pasangan muda yang baru menikah beberapa bulan kemudian bercerai, dikarenakan ketidak-siapan dalam ekonomi. Seyogyanya, ketika mendalami ilmu agama seperti fikih, agar juga mendalami filosofi dibaliknya. Sebab muamalat di dahulukan dari pada kitab nikah mengindikasikan bahwa; sebaiknya seseorang lebih dulu menyiapkan ekonominya, menegakkan salah satu tiang rumah tangga, terlebih dahulu sebelum memasuki jenjang pernikahan, berharap bahtera perkawinan tidak kandas di tengah jalan.

d. Bahaya kefakiran terhadap Kemasyarakatan

Pencopetan, penjambretan, perampokan, pembegalan, perjudian, perzinahan adalah salah satu dari sekian banyak penyakit sosial kemasyarakatan. Bermula tidak tahan himpitan ekonomi yang makin keras, banyak orang menjadi gelap mata. Tidak hanya pada zaman sekarang ini yang semakin sangat terasa, namun juga pada zaman dahulu kala, hingga terdapat seorang gadis yang rela menjual diri guna mendapatkan

sekerat roti, sebagaimana kisah tersebut termaktub dalam hadits yang bercerita tentang tiga orang yang berdo’a dengan perantara amal kebaikannya masing-masing agar batu yang menutupi jalan keluar gua menjadi terbuka:

34 . Ab u D a ud , S un an Ab u D aud , CD Mak tab ah a l-H a di s t a s- S ya r i f. .

Artinya : Muhammad bin Ishaq al-Musaiby berkata padaku bahwa Anas (yakni Ibnu 'Iyadh, Abu Dhamrah) berkata padaku dari Musa bin 'Uqbah dari Nafi' dari Abdullah bin Umar r.a berkata dari Rasulullah s.a.w bersabda bahwa: Ketika tiga orang lelaki sedang berjalan-jalan, tiba-tiba turun hujan. Lalu mereka berteduh di dalam gua sebuah gunung. Secara tiba-tiba pintu gua itu tertutup dengan sebuah batu besar menyebabkan mereka terkurung, lalu sebahagian daripada mereka berkata kepada sebahagian yang lain: Ingatlah semua amal baik yang pernah kamu lakukan kerana Allah s.w.t. Setelah itu berdoalah kepada Allah s.w.t dengan amalan masing-masing. Semoga Allah s.w.t menolong kesulitan ini. Lelaki pertama berkata: Ya Allah, suatu ketika dahulu aku mempunyai dua orang ibu bapa yang sudah tua melarat. Mereka tinggal bersama keluargaku yang terdiri dari seorang isteri dan beberapa orang anak yang masih kecil. Aku pelihara mereka serta berkhidmat untuk mereka. Sebaik sahaja aku mempunyai masa lapang aku terus memerahkan susu untuk mereka. Aku utamakan kedua orang tuaku untuk meminumnya terlebih dahulu daripada anak-anakku. Satu hari kerana kesibukan pekerjaanku sehingga ke petang, baru aku dapat pulang. Aku dapati kedua orang tuaku sudah tidur. Seperti biasa aku terus memerah susu. Aku letakkan susu tersebut di dalam sebuah bejana. Aku berdiri di hujung kepala kedua orang tuaku, namun aku tidak sanggup membangkitkan mereka dari tidur yang nyenyak. Aku juga tidak sanggup memberi anak-anakku minum terlebih dahulu sebelum kedua orang tuaku meminumnya, sekalipun mereka meminta-minta di hadapanku kerana lapar dahaga. Aku terus setia menunggui mereka dan mereka juga tetap pula tidur sampai ke pagi. Jika Engkau tahu apa yang aku lakukan itu adalah semata-mata mengharapkan keredaanMu, maka tolonglah aku dari kesulitan ini. Gerakkanlah batu besar ini, sehingga kami boleh melihat langit. Disebabkan khidmat bakti tersebut Allah s.w.t berkenan menolong mereka dengan menggerakkan sedikit batu besar tersebut, sehingga mereka boleh melihat langit. Lelaki kedua pula berkata: Ya Allah, suatu ketika dahulu aku mempunyai seorang sepupu perempuan. Aku mengasihinya sebagaimana cinta seorang lelaki terhadap seorang perempuan yang cukup mendalam. Aku minta supaya dia melayani keinginan nafsuku. Namun begitu dia tidak sudi untuk berbuat demikian kecuali setelah aku mampu memberikannya wang sebanyak seratus dinar. Untuk tujuan tersebut dengan susah payah akhirnya aku mampu mengumpulkan wang sebanyak itu. Aku membawa wang tersebut kepadanya. Sebaik sahaja aku ingin menyetubuhinya, dia berkata: Wahai hamba Allah! Takutlah kepada Allah. Janganlah kamu meragut kesucian ku kecuali dengan pernikahan terlebih dahulu. Mendengar kata-kata tersebut aku terus bangkit daripadanya serta

membatalkan niat jahatku itu. Seandainya Engkau tahu bahawa apa yang aku lakukan itu adalah semata-mata untuk mencari keredaanMu, tolonglah kami dari kesulitan ini. Gerakkanlah batu besar ini. Allah s.w.t berkenan menolong mereka di mana batu besar itu terbuka sedikit lagi. Lelaki ketiga pula berkata: Ya Allah, suatu ketika dahulu aku pernah mengupah seorang pekerja untuk menugal padi. Sebaik sahaja selesai melakukan pekerjaan, dia berkata: Berikan upahku. Namun aku enggan membayar upahnya. Dia terus menugal padi dan meminta lagi upahnya beberapa kali. Aku masih seperti biasa, enggan membayar upahnya dan terus mengupahnya menugal padi sehingga aku berjaya memiliki beberapa ekor lembu dan beberapa ekor anaknya. Suatu hari lelaki tadi datang kepadaku dan berkata: Takutlah kamu kepada Allah. Kamu jangan lagi menzalimi aku dengan kewajipanku. Kemudian aku berkata kepadanya: Ambillah lembu itu serta anak-anaknya. Dia berkata: Takutlah kepada Allah dan janganlah mempermain-mainkan aku. Aku berkata: Aku tidak mempermain-mainkan kamu, tetapi ambillah lembu itu serta anak- anaknya. Sehingga akhirnya dia mengambil lembu tersebut. Seandainya Engkau tahu bahawa apa yang aku lakukan itu adalah semata-mata untuk mencari keredaanMu, tolonglah kami dari kesulitan yang tinggal hanya sedikit lagi. Akhirnya Allah pun menolong mereka dengan menggerakkan batu besar yang menutupi gua tempat di mana mereka berteduh.

e. Bahaya kefakiran terhadap Negara

Apabila sudah terkumpul seluruh penyakit sosial kemasyarakatan bermula dari kefakiran baik fakir materi maupun fakir mentalitas dengan segala akibatnya, kemungkinan hancurnya negara tersebut tinggal menunggu waktunya saja.

Ekonomi tidak salah diidentikkan dengan kebutuhan materi, namun di balik itu harus ada pula nilai-nilai agama dalam menjalaninya, tersurat maupun tersirat, agar tidak saling tindas-menindas. Dan apabila sudah tidak diacuhkan maka kehancuran jawabannya, Allah ta'ala berfirman:

Artinya: Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.

٤٥

Firman Allah ta'ala dalam ayat yang lain:

ﺀﺍﺮﺳﺀﻻﺍ ( ١٦ ) ﺍﲑِﻣﺪﺗ ﺎﻫﺎﻧﺮﻣﺪﹶﻓ ﹸﻝﻮﹶﻘﹾﻟﺍ ﺎﻬﻴﹶﻠﻋ ﻖﺤﹶﻓ ﺎﻬﻴِﻓ ﺍﻮﹸﻘﺴﹶﻔﹶﻓ ﺎﻬﻴِﻓﺮﺘﻣ ﺎﻧﺮﻣﹶﺃ ﹰﺔﻳﺮﹶﻗ ﻚِﻠﻬﻧ ﹾﻥﹶﺃ ﺎﻧﺩﺭﹶﺃ ﺍﹶﺫِﺇﻭ

Artinya: Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menta`ati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur- hancurnya.