Gambar 5.11. Grafik Efek Lingkungan Kerja
5.1.12. Data Kelelahan Tangan, Kelelahan Bahu, Kelelahan Punggung, dan Kelelahan Kaki
Data-data kelelahan tangan, bahu, punggung, dan kaki dari 6 operator yang bekerja di lantai produksi dapat dilihat pada Tabel 5.12.
Tabel 5.12. Data Kelelahan Tangan, Kelelahan Bahu, Kelelahan Punggung, dan Kelelahan Kaki
No. Operator
Keterangan 0: Tidak Lelah; 1: Sedikit Lelah; 2: Lelah; 3: Sangat Lelah
Kelelahan Tangan Kelelahan Bahu
Kelelahan Punggung Kelelahan Kaki
Sebelum 1
Sesudah 2
Sebelum 1
Sesudah 2
Sebelum 1
Sesudah 2
Sebelum 1
Sesudah 2
1 Operator 1
1 3
1 3
1 3
1 3
2 Operator 2
3 2
2 3
3 Operator 3
3 3
3 3
Tabel 5.12. Data Kelelahan Tangan, Kelelahan Bahu, Kelelahan Punggung, dan Kelelahan Kaki Lanjutan
No. Operator
Keterangan 0: Tidak Lelah; 1: Sedikit Lelah; 2: Lelah; 3: Sangat Lelah
Kelelahan Tangan Kelelahan Bahu
Kelelahan Punggung Kelelahan Kaki
Sebelum 1
Sesudah 2
Sebelum 1
Sesudah 2
Sebelum 1
Sesudah 2
Sebelum 1
Sesudah 2
4 Operator 4
2 2
2 2
5 Operator 5
3 3
3 3
6 Operator 6
3 1
3 3
3
Rata-Rata
0,167 2,833
0,333 2,667
0,167 2,667
0,167 2,833
Gambar 5.12. Kelelahan Anggota Tubuh Sebelum dan Sesudah Bekerja
5.2. Pengolahan Data
5.2.1. Penentuan Kategori Beban Kerja
Perhitungan beban kerja pada operator dilakukan dengan menggunakan pendekatan fisiologi, yaitu metode penilaian secara langsung yang rumusnya
adalah: Y = 1,80411
− 0,0229038 X + 4,71711 . 10
-4
X
2 12
Dimana: Y = Energi kkalmenit
X = Kecepatan denyut jantung denyutmenit Kategori beban kerja berdasarkan konsumsi energi adalah sebagai berikut:
Beban kerja ringan : 100
−200 kkaljam Beban kerja sedang
: 200 −350 kkaljam
Beban kerja berat : 350
−500 kkaljam Adpun contoh perhitungan energi Y untuk operator 1 adalah sebagai
berikut: Diketahui:
X DNK = 89 Maka:
Y = 1,80411 − 0,0229038 X + 4,71711 . 10
-4
X
2
Y = 1,80411 − 0,0229038 89 + 4,71711 . 10
-4
89
2
Y = 3,502 Kkalmenit Y = 210,12 Kkaljam kategori : sedang
12
National Conference On Applied Ergonomics Safety, Health, and Comfort For Higher Productivity and Better Life: Yogyakarta , hal 325.
Dengan cara yang sama seperti yang di atas, maka dilakukan perhitungan energi dan kategorinya untuk operator lainnya, dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel
5.13.
Tabel 5.13. Hasil Perhitungan Beban Kerja Untuk Setiap Operator No
Operator Denyut Nadi
Y Kcalmenit
Y Kcaljam
Kategori Sebelum
Sesudah
1 Operator 1
62 89
3,502 210,12
Sedang 2
Operator 2 83
103 4.449
266,94 Sedang
3 Operator 3
78 89
3.502 210,12
Sedang 4
Operator 4 76
96 3,953
237,18 Sedang
5 Operator 5
79 85
3.265 195,9
Ringan 6
Operator 6 58
87 3,382
202,92 Sedang
Rata-Rata 220,53
Sedang
5.2.2. Perhitungan ISBB Indeks Suhu Bola Basah
WBGT Wet Bulb Globe Temperatur sering disebut juga dengan ISBB. Perhitungan ISBB terbagi menjadi 2 bagian, yaitu perhitungan ISBB di luar
ruangan dengan panas radiasi dan perhitungan ISBB di dalam ruangan tanpa panas radiasi.
Untuk ISBB dengan panas radiasi, digunakan rumus: ISBB = 0,7 suhu basah alami + 0,2 suhu bola + 0,1 suhu kering
13
Sedangkan, rumus ISBB tanpa radiasi digunakan rumus ISBB : 0,7 suhu basah alami + 0,3 suhu bola
2
Perhitungan ISBB dihitung pada jam kerja operator di UD. Ponimin dengan menggunakan rumus ISBB dengan radiasi. Hal ini disebabkan karena
13
Parsons, K.C, 2007, Human Thermal Environment London and New York: Taylor Francis Group, hal 286
walaupun lantai produksi UD. Ponimin berada pada ruangan yang tertutup, tetapi atap dari lantai produksi terbuat dari seng dan memiliki celah yang dapat ditembus
oleh cahaya matahari. Adapun contoh perhitungan ISBB pada lantai produksi pada jam 08.00-09.00 adalah sebagai berikut:
Diketahui: Suhu basah = 26
o
C Suhu globe = 29,16
o
C
Suhu kering = 28,16
Maka: ISBB = 0,7 suhu basah alami + 0,2 suhu bola + 0,1 suhu kering
ISBB = 0,7 . 26 + 0,2 . 29,16 + 0,1 . 28,16 ISBB = 26,848
o
C Dengan cara yang sama seperti di atas, maka dilakukan perhitungan ISBB untuk
waktu kerja lain dengan menggunakan Microsoft Excel, dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.14.
Tabel 5.14. Hasil Perhitungan ISBB Pukul
Suhu Basah
o
C Suhu
Globe
o
C Suhu Kering
o
C ISBB
o
C 08.00-09.00
26,00 29,16
28,16 26,84
09.00-10.00 `26,70
30,90 29,38
27,81 10.00-11.00
26,50 31,05
29,87 27,74
11.00-12.00 27,94
32,12 31,08
29,09 13.00-14.00
27,28 33,98
32,11 29,10
14.00-15.00 27,42
33,49 32,13
29,10 15.00-16.00
27,56 33,74
32,11 29,25
Rata-Rata 28,419
5.2.3. Perhitungan Persentasi Jam Kerja dan Jam Istirahat
Perhitungan jumlah jam kerja dan jam istirahat merupakan lanjutan dari perhitungan ISBB, yaitu dengan menggunakan nilai hasil perhitungan ISBB dan
membandingkannya dengan standar yang telah ada. Adapun acuan standar yang digunakan adalah sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep-
5151MEN1999. Dengan menggunakan data hasil perhitungan kategori beban kerja dan
ISBB, maka dihubungkan persentasi jam kerja dan jam istirahat sesuai dengan standar di atas.
Tabel 5.15. Nilai Ambang Batas Sesuai Dengan Keputusan Mentri Tenaga Kerja Nomor: Kep5151MEN1999
Indeks Suhu Bola Basah ISBB
O
C Pengukuran Waktu Kerja setiap Jam
Beban Kerja Waktu Kerja
Waktu Istirahat Ringan
Sedang Berat
30,0 26,7
25,0 Beban kerja terus-menerus
8 jamhari -
28,0 28,0
25,9 75
25 29,4
29,4 27,9
50 50
37,2 31,1
30,0 25
75
Sumber: Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep-MEN1999
Karena hasil perhitungan ISBB tidak terdapat pada tabel, maka dilakukan interpolasi untuk mendapatkan persentasi waktu kerja dan waktu istirahat.
Adapun perhitungan interpolasi untuk jam kerja adalah sebagai berikut: Dik:
x
n
= 28,0 y
n
= 0,75 x
n+1
= 29,4 y
n+1
= 0,50 Dit:
x = 28,419 y=? Maka, untuk mencari nilai y, digunakan rumus:
1 1
n n
n n
n n
x x
x x
y y
y y
− −
− +
=
+ +