Evaluasi Effective Temperature ET Evaluasi Psychrometric Chart

2. Simulasi kedua MRT = 31 o C Gambar 6.12. Hasil Simulasi untuk Nilai MRT = 31 o C 3. Simulasi ketiga MRT = 30 o C Gambar 6.13. Hasil Simulasi untuk Nilai MRT = 30 o C 4. Simulasi keempat MRT = 29 o C Gambar 6.14. Hasil Simulasi untuk Nilai MRT = 29 o C 5. Simulasi kelima MRT = 28 o C Gambar 6.15. Hasil Simulasi untuk Nilai MRT = 28 o C

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa suhu yang tertinggi di lantai produksi terdapat pada ketinggian 2,5 m dan suhu terendah terdapat pada ketinggian 0,1 m. 2. Nilai korelasi antara kecepatan angin dengan suhu udara adalah sebesar -0,511. 3. Nilai korelasi antara kelembaban dengan suhu udara adalah sebesar -0,586 yang artinya terjadi hubungan timbal balik antara kelembaban dengan suhu udara. 4. Hal penyebab paparan panas di lantai produksi adalah kurangnya ventilasi dan kecepatan angin yang mengakibatkan panas yang terus berakumulasi di lantai produksi. 5. Dari hasil pengukuran nilai energi, maka kategori beban kerja untuk operator adalah sedang. 6. Dari hasil perhitungan WBGT, maka didapatkan jumlah jam kerja dan jam istirahat yang sesuai dengan Keputusan Mentri Tenaga Kerja Nomor: Kep- 5151MEN1999 adalah 5,4 jam dan 2,6 jam. 7. Nilai Heat Stress Index pada pekerja di lantai produksi telah melebihi 100, yang artinya beban panas telah melebihi kapasitas maksimum penguapan sehingga akan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan operator. 8. Peningkatan kenyamanan operator terhadap lingkungan panas dapat dilakukan dengan meningkatkan nilai insulasi pakaian sebesar 1 clo. 9. Jumlah turbin yang dibutuhkan adalah 2 buah, dimana turbin yang digunakan akan Cooler Turbine Ventilator Type L-45 dengan spesifikasi: diamater = 45 cm, dimensi = 75 x 68 x 68 cm, berat = 4,5 sd 8,5 kg, dan kapasitas hisap 42,39 m 3 menit. 10. Pengurangan nilai heat stress index pada lantai produksi berkisar dari 41,7 hingga47,4.

7.2. Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disarankan beberapa hal berikut: 1. Pihak perusahaan sebaiknya lebih memperhatikan kesehatan operatornya dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara periodik dan dengan melakukan penjadwalan pemberian air minum yang berion seperti pocary sweat, mizone, dll. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kesehatan operator. 2. Perusahaan sebaiknya membuat rancangan pakaian yang sesuai dengan hasil perhitungan. 3. Perusahaan sebaikan memasang ventilator sebanyak 2 unit sesuai hasil pengolahan data agar paparan panas di lantai produksi bisa berkurang. 4. Apabila saran perancangan pakaian dan pemasangan ventilator tidak dilakukan, sebaiknya perusahaan menyeimbangkan jam kerja dan jam istirahat operator masing-masing menjadi 5,4 jam dan 2,6 jam yang diperoleh dari hasil pengolahan data. DAFTAR PUSTAKA Altwood, Dennis A, et.al. Ergonomic Solutions for the Process Industries. United States: El Sevier. 2004 Andris Auliciems and Steven V. Szokolay. Thermal Comfort. Australia. 2007 Fountain, M. Laboratory Studies of The Effect of Air Movement on Thermal Comfort: A Comparison and Discussion of Methods. Berkeley. 1991. Gallo, C., dkk. Architecture Comfort and Energy. Amsterdam: Elsevier. Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi. Yogyakarta : Graha Ilmu. Ken, Parson. Human Thermal Environment. Edisi Pertama. USA and Canada: CNC Press. 1993 Neville, Stanton. Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods. Florida: CNC Press. 2005 Richard, D. Watson dan Kirby S. Chapman. Radiant Heating Cooling Handbook: Mc. Graw Hill. 2004 Ronald, E. Warpole. Pengantar Statistika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 1997 Sangkertadi dan Megri, C. Ahmad. The Effect of Air Velocity on Thermal Comfort in Hot and Humid Climate. Manado.2006 Sinulingga, Sukaria. Metode Penelitian. Medan: USU Press. 2011 Sraivajana, W. Effect of Air Velocity on Thermal Comfort in Hot and Humid Climates. Bangkok. 2003