17
1.2 Perumusan Masalah
Daur hidup merupakan sesuatu yang sangat menarik untuk diteliti. Hal ini dapat dilihat dari ritus-ritus yang terjadi di dalalamnya dan apa yang melatar-
belakangi proses tersebut dan bagaimana perbandingan kedua kebudayaan, yaitu antara masyarakat Jepang dengan masyarakat Batak Toba.
Oleh karena itu, penelitian ini akan mengkaji perbandingan konsep daur hidup antara masyarakat Jepang dengan masyarakat Batak Toba yang ditinjau dari
segi ritus-ritus yang dilaksanakan. Beberapa permasalahan dalam bentuk pertanyaan adalah sebagai berikut:
1 Seperti apa ritus-ritus daur hidup dalam masyarakat Jepang?
2 Seperti apa ritus-ritus daur hidup dalam masyarakat Batak Toba?
3 Bagaimanakah perbandingan kedua konsep pemikiran masyarakat jepang
dan masyarakat Batak Toba dalam hal ritus daur hidup?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Agar penelitian ini tidak terlalu luas, maka penelitian ini hanya akan dibatasi pada perbandingan konsep daur hidup antara masyarakat Jepang dengan
masyarakat Batak Toba saja. Adapun untuk mendukung pembahasan akan di uraikan juga tentang ritus yang terjadi dalam proses daur hidup masyarakat
Jepang dan masyarakat Batak Toba, sehingga dapat mengantarkan penulis untuk dapat mengerti dan memahami bagaimana proses daur hidup yang terjadi di dalam
kedua kebudayaan tersebut. Dalam hal ini, ritus yang akan dibahas disempitkan pada ritus daur hidup saja.
18
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1. Tinjauan Pustaka
Di dalam proses menunjukkan statusnya sebagai anggota masyarakat, orang Jepang melakukan ritus-ritus dalam kehidupannya. Dalam proses
menunjukkan statusnya sebagai anggota masyarakat, suku Batak Toba juga melakukan ritus ritus dalam kehidupannya. Masyarakat adalah golongan besar
atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang dengan sendirinya akan terikat satu dengan yang lainnya dan akan saling mempengaruhi.
Masyarakat luas merupakan seluruh manusia yang hidup bersama di suatu tempat pada suatu waktu, yang di dalamnya terdapat kelompok-kelompok,
golongan-golongan lainnya yang dinamakan keluarga, kelas, mungkin juga ada sedikit kasta, dimana terdapat aksi-reaksi dan kesadaran akan adanya anggota-
anggota lain yang menyebabkan orang-orang itu berhati-hati dalam kepentingan- kepentingan sesamanya di dalam kelompok itu masing-masing dan terhadap
masyarakat luas Shadily, 1993 : 47. Ritus-ritus itu dilaksanakan sejak seseorang itu lahir sampai ia mati dan
menjadi leluhur. Sedangkan ritus merupakan tata cara di upacara keagamaan Moeliono, 1989 : 751. Sementara itu, orang Jepang dalam melaksanakan ritual-
ritualnya berbeda-beda prosesi dan aturan menurut agama yang dipakainya pada saat melakukan ritus itu. Dalam kehidupan orang jepang, mereka bisa
menggunakan lebih dari satu agama, dalam ritus kelahiran dilaksanakan secara Shinto, pada saat menikah secara Kristen, dan pada saat meninggal ritusnya
dilaksanakan secara Budha.
19
Pada masyarakat Batak Toba prosesi dan aturan yang dipakai pada saat melakukan ritus-ritus kelahiran, pernikahan, kematian adalah aturan Ugamo.
Gultom, 1992 mengatakan bahwa Ugamo adalah pandangan Suku Batak terhadap alam spiritual yang dipergunakan menjadi pedoman hidupnya sehari-hari.
2. Kerangka Teori
Dalam melakukan dan menyusun sebuah penelitian, dibutuhkan kerangka teori yang memuat pokok-pokok persoalan, namun tidak menyimpang dan
melebar. Hal ini untuk memberi arah dan acuan sementara terhadap jalannya suatu penelitian Bungin, 2001. Dengan melihat judul yang diangkat penulis,
maka teori yang digunakan adalah analisis komparatif. Dalam ilmu sosial, penelitian komparatif adalah cara penelitian dengan
membandingkan masyarakat satu dengan masyarakat yang lain, untuk mengetahui perbedaan dan persamaan, juga untuk mengetahui sebab-sebab
terjadinya kondisi masyarakat tersebut Malo Manase, 1985. Selain menggunakan teori analisis komparatif, penulis juga menggunakan konsep religi
daam menjawab pokok permasalahan penelitian. Menurut Koentjaraningrat dalam Bungin 2001, konsep religiadalah
sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan yang bertujuan untuk mencari hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan dewa-dewa atau
makhluk halus yang mendiami alam gaib.
20
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dibuat dengan tujuan 1
Mendeskripsikan bagaimana ritus daur hidup dalam dua masyarakat yang berbeda Jepang dan Batak Toba
2 Mendeskripsikan konsep pemikiran kedua masyarakat Jepang dan Batak
Toba dalam hal ritus daur hidup 3
Membandingkan pandangan masyarakat Jepang dan Batak Toba akan ritus daur hidup
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1
Menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai konsep pemikiran kedua masyarakat Jepang dan Batak Toba dalam hal ritus daur hidup.
2 Menambah wawasan penulis dan pembaca dalam memahami proses yang
terjadi di dalam daur hidup kedua masyarakat Jepang dan batak Toba. 3
Dapat dijadikan sebagai informasi untuk penelitian lain yang berhubungan dengan ritus-ritus daur hidup.
1.6 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode yang menggambarkan suatu gejala sosial tertentu
Bungin, 2001. Dalam hal ini Penulis mencoba menggambarkan perbedaan konsep daur hidup melalui ritus yang terjadi pada masyarakat Jepang dan Batak
Toba. Menurut Koentjaraningrat 1976:30 bahwa penelitian yang bersifat deskriptif adalah memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai
21
individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. Selain itu, penulis juga menggunakan analisis komparatif, dengan membandingkan kedua konsep
pemikiran masyarakat Jepang dan Batak Toba.
Penelitian ini dilakukan dengan mengamati objek masalah yang terjadi, kemudian mengumpulkan data berdasarkan fakta-fakta yang ada, kemudian
mengembangkan data yang telah didapat sesuai dengan informasi dan data yang sesuai dan berhubungan dengan masalah dalam skripsi ini. Data-data yang
berhubungan dan dibutuhkan dalam penelitian ini didapat dan dikumpulkan melalui metode Penelitian Kepustakaan atau Library Research. Menurut Nasution
1996 : 14, metode kepustakaan atau Library Research adalah mengumpulkan data dan membaca referensi yang berkaitan dengan topik permasalahan yang
dipilih penulis. Kemudian merangkainya menjadi suatu informasi yang mendukung penulisan skripsi ini. Studi kepustakaan merupakan aktivitas yang
sangat penting dalam kegiatan penelitian yang dilakukan. Beberapa aspek yang perlu dicari dan diteliti meliputi : masalah, teori, konssep, kesimpulan serta saran.
Metode kepustakaan merupakan metode yang mengutamakan pengumpulan data dari beberapa buku atau referensi yang berkaitan dengan pembahasan untuk
mencapai tujuan penelitian Mulyadi dalam Syahwani, 2006:13. Data dihimpun dari berbagai literatur buku yang berhubungan dengan
masalah penelitian. Survey book dilakukan diberbagai perpustakaan,seperti : Perpustakaan Jurusan Sastra Jepang USU, Perpustakaan USU, dan beberapa
perpustakaan lainnya.
22
BAB II RITUS-RITUS DAUR HIDUP
2.1 Teori Van Gennep
Van Gennep 1960 observed that important role transitions generally consist of three phases:
1 separation, in which a person disengages from a social role or status, 2 transition, in which the person adapts and changes to fit new roles, and
3 incorporation, in which the person integrates the new role or status into
the self.
Van Gennep 1960 mengamati bahwa transisi peran penting umumnya
terdiri dari tiga fase:
1 pemisahan, di mana seseorang tidak terlibat dari peran atau status sosial, 2 transisi, di mana seseorang beradaptasi dan perubahan agar sesuai dengan
peran baru, dan 3 penggabungan, dimana orang tersebut mengintegrasikan peran baru atau status
ke dalam diri.
http:www.acrwebsite.orgvolumesdisplay.asp?id=7134
Van Gennep dalam Dhavamony 1995:176-177 beranggapan bahwa ritual-ritual yang berhubungan dengan perpindahan orang-orang dan kelompok-
kelompok dalam wilayah dan perpindahan menuju status baru, misalnya karena kehamilan dan kelahiran, pada waktu inisiasi, masa pertunagan dan perkawinan,
dan dalam upacara-upacara pemakaman, juga dalam ritual-ritual dalam peralihan