24
Ritual sebagai kontrol sosial bermaksud mengontrol perilaku dan kesejahteraan individu demi dirinya sendiri sebagai individu ataupun individu
bayangan. Hal itu semua dimaksudkan untuk mengontrol, secara konservatif, perilaku, keadaan hati, perasaan dan nilai-nilai dalam kelompok demi komunitas
secara keseluruhan. Selanjutnya, ritus merupakan suatu kegiatan, biasanya dalam bidang
keagamaan, yang bersifat seremonial dan bertata. Ritus terbagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:
1. Ritus peralihan, umumnya mengubah status sosial seseorang, misalnya:
pernikahan, pembabtisan, atau wisuda. 2.
Ritus peribadatan, di mana suatu komunitas berhimpun untuk beribadah
bersama-sama, misalnya: umat Muslim shalat berjamaah, umat Yahudi di
sinagoga dan umat Kristen menghadiri Misa. 3.
Ritus devosi pribadi, di mana seseorang melakukan ibadah pribadi,
termasuk berdoa dan berziarah, misalnya Muslim dan Muslimah menunaikan ibadah haji
http:www.sinarharapan.co.idberita0300108hib01.html. Pelaksanaan
ritus bagi orang Jepang pada umumnya dilakukan secara Budha.
2.2 Daur Hidup Menurut Masyarakat Jepang
Daur hidup dalam masyarakat Jepang disebut Tsuka Girei. Tsuka yang artinya bertahap atau tahapan sedangkan Girei artinya upacara atau perayaan,
sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian dari Tsuka Girei adalah
25
perayaan-;perayaan yang dilakukan secara bertahap mulai dari proses kelahiran sampai menjadi dewa.
Daur hidup dalam masyarakat Jepang berhubungan dengan pandangan akan roh orang Jepang, yaitu pandangan tradisional yang di pengaruhi oleh Shinto
dan Budha. Tsuboi, Yobumi dalam Situmorang 2000 : 30 mengatakan adalah suatu kepercayaan dalam kerangka agama Budha yang disesuaikan dengan
kondisi alam Jepang. Tsuboi menjelaskan pemikiran-pemikiran Yanagita Kunio 1875-1962
yang mengatakan bahwa manusia memiliki roh, dan roh tersebut masuk kedalam tubuh manusia pada waktu lahir dan meninggalkan tubuh manusia pada waktu
meninggal. Roh itu mengalami proses perjalanan seperti arah jarum jam terbalik. Dalam setiap kondisi, roh tersebut mengalami perubahan, perubahan tersebut
adalah perubahan dari kekotoran menuju kesucian dengan bantuan acara-acara dan persembahan kuyo. Proses perjalanan roh manusia tersebut dimulai pada
masa kelahiran.
Pada waktu seseorang lahir penuh dengan kekotoran, yaitu karena darah ibu yang melahirkan masih berada diseluruh badan seseorang tersebut, karena
berada dalam kondisi kekotoran tersebut, maka rohnya berada dalam keadaan labil. Keadaan ini akan berlangsung sampai seseorang tersebut dewasa. Keadaan labil
ini akan akan berlangsung selama seseorang tersebut masih dalam keadaan kekotoran, kondisi tersebut baru akan semakin berkurang dengan adanya acara-
acara daur hidup. Dalam teorinya Van Gennep dalam Situmorang 2000 : 30 dikatakan “Li Rites de passadge” atau dalam bahasa Jepang disebut Tsuka Girei.
26
Adapun acara yang dilakukan yaitu seperti acara-acara menuju kedewasaan yang disebut Shussan acara kelahiran, Nazuke Iwai pemberian nama Okuizome
pemberian makan pertama yaitu setelah anak berusia seratus hari, Hattanjou ulang tahun pertama di sini dilakukan pemilihan masa depan anak, Shichigosan
acara 3 tahun, 5 tahun, 7 tahun yaitu acara untuk mendatangi kuil pada tanggal 15 November bagi anak umur 3, 5 dan 7 tahun, dan acara kedewasaan 20 tahun
pada tanggal 15 Januari bagi semua anak yang berusia 20 tahun pada tahun tersebut Situmorang, Hamzon, 2000 : 31
Setelah masa kekotoran berlalu seseorang tersebut memasuki kehidupan perkawinan. Pada masa ini, roh seseorang tersebut berada dalam keadaan stabil.
Kemudian ada acara khusus setelah memasuki kehidupan dalam pernikahan misalnya, Yakudoshi yaitu acara bagi orang yang memasuki usia bahaya pada
tahun tersebut, misalnya usia 42 pada laki-laki dan usia 33 bagi wanita. Toshi Iwai bagi orang yang berusia 66 tahun Gareki, usia 70 tahun Kouki, usia 88
Maiju, dan usia 99 Hakuju Suzuki dalam Situmorang, 2000 : 32 Menurut Situmorang, Hamzon 2000 : 28 masyarakat Jepang
berkepercayaan majemuk. Mereka menyembah banyak dewa atau tuhan. Sistem kepercayaan Jepang hanya bersifat dasar saja, yaitu hanya yang bersifat praktis
dalam kehidupan sehari- hari. Menurut Situmorang, Hamzon 2006 : 42-43 dalam kepercayaan
tradisional Jepang dibedakan antara roh alam dan roh manusia. Roh manusia dibedakan antara roh orang hidup dan roh orang mati. Roh manusia disebut juga
27
dengan roh orang hidup, sedangkan roh alam disebut juga dengan animisme dimana semua roh-roh di atas dipercaya memiliki kekuatan misterius.
Menurut Suzuki, Iwayumi dalam situmorang 2000 : 29 mengatakan bahwa pandangan hidup dan mati orang Jepang berada dalam suatu circle
lingkaran. Manusia semenjak lahir hingga menikah berada dalam posisi tidak tenang, atau berada dalam posisi kekotoran. Oleh karena itu perlu diadakan
upacara selamatan ritus supaya mereka beroleh selamat. Upacara-upacara tersebut misalnya, upacara sushan, okuizome, hattanjo, shichigosan, dan
sebagainya. Dalam acara okuizome, atau makan pertama diadakan juga mono erabi, yaitu memilih benda-benda yang dibuat sebagai simbol masa depan. Jika si
anak memilih benda tersebut, diramalkan bahwa masa depan si anak sesuai dengan benda yang dipilih tersebut. Oleh karena itu kepercayaan masyarakat
Jepang masih kental dengan unsur-unsur tahayul. Menurut Sasaki dalam Situmorang 2006 : 45, dalam kepercayaan
masyarakat Jepang, yang tercemar itu adalah mayat, kelahiran dan keluar darah. Oleh karena itu ibu yang sedang melahirkan juga karena mengeluarkan darah
maka berada dalam kondisi tercemar. Menurut Hori Ichiro dalam Situmorang 2006 : 40 mengatakan bahwa
agama-agama rakyat Jepang sebagai Folk Belief adalah kepercayaan yang sudah ada sebelum agama-agama melembaga masuk ke Jepang. Agama-agama rakyat
yang belum melembaga yang ada di Jepang primitive tersebut adalah agama Proto Shinto. Shinto adalah suatu kepercayaan tradisional yang lahir di Jepang. Kalau
kita melihat dari huruf kanjinya, dapat kita terjemahkan menjadi suatu cara
28
kehidupan bertuhan. Shin adalah Tuhan atau Dewa, kemudian To adalah jalan, atau dapat diterjemahkan sebagai konsep cara ber Tuhan. Oleh karena itu dalam
kepercayaan masyarakat Jepang jumlah Kami dewa sangat banyak
2.3 Daur Hidup Menurut Masyarakat Batak Toba