MangahoniMamboan Aek Unte Martutu Aek turun ke airtardidi

58

e. MangahoniMamboan Aek Unte

Dengan rasa gembira pihak perempuan datang beramai-ramai mengunjungi si bayi dan keluarganya. Mereka membawa makanan dan tepung tawar bagi si bayi dan ibunya. Lauk-pauknya biasanya diresep dengan air limau. Disana mereka makan bersama dan ayah si bayi menyediakan makanan yang paling enak sebagai pertanda gembira dan hormat kepada pihak mertuanya. Kedatangan klan pemberi gadis disertai Dalihan Na Tolu dan disambut pula oleh Dalihan Na Tolu pihak klan penerima gadis.

f. Martutu Aek turun ke airtardidi

Pada waktu yang dipilih datu, anak itu dibawa ibunya ke perigi, umbul tepi sungai atau tepi danau. Disana diberikan sajian kepada penghuni air itu berupa sirih, tepung beras, sekam halus didalam tempurung atau beling yang berisi bara api. Kemudian si anak dimandikan lalu pulang ke rumah. Sebenarnya pada saat inilah nama si bayi itu mulai diberikan oleh neneknya dari laki-laki ataupun perempuan. Sesampainya di rumah, kain gendongan sang bayi disangkutkan di pintu rumah agar hantu yang mengikuti dari belakang terhalang masuk rumah. Pada upacara pemberian nama dengan mengangkat nama neneknya pada anak tersebut, diadakan pesta besar dengan memotong lembu sitio-tio dengan maksud supaya terang penglihatan dan sesuatu pekerjaan dari anak memakai nama neneknya tersebut, yang hadir sanak keluarga termasuk Dalihan Na Tolu. Sesudah orang Batak Toba memeluk agama kristen maka upacara tadi sebagaimana dipaparkan diatas diganti menjadi upacara agama di gereja pada hari 59 minggu, yang dinamai tardidi pembabtisan. Kepada orang tua si anak yang dibabtis itu diberi oleh petugas gereja sehela surat babtis, yaitu sebagai bukti bahwa sianak beragama kristen. Setelah upacara agama tadi, dilangsungkan lagi upacara adat di rumah orang tuanya. Yang diundang ialah Dalihan Na Tolu dari tuan rumah. Sebagaimana biasa pada upacara adat ada juga sebelum makan penyajian tudu-tudu ni sipanganon, yang dibalas oleh hula-hula dengan penyuguhan dekke sitio-tio. Acara marhata sesudah makan harus diadakan juga, kepada para hadirin diberikan pula kesempatan menyampaikan ulos parompa. Ini merupakan ritus konstitutif yang menunjukkan keadaan hubungan seseorang dalam kelompoknya.

g. Maronan-onanmangebang