36
BAB III ANALISIS PERBANDINGAN KONSEP DAUR HIDUP PADA
MASYARAKATJEPANG DAN BATAK TOBA
3.1 Ritus-Ritus Daur Hidup Pada Masyarakat Jepang 3.1.1 Ritus-Ritus Kelahiran-Pendewasaan
Daur hidup orang jepang dapat dibagi ke dalam dua bagian, yaitu ritus pendewasaan yang dimulai sejak masih janin berusia 5 bulan sampai seseorang itu
menikah, dan ritus kematian sejak seseorang meninggal sampai ia menjadi Hotoke di usia kematian yang ke-33 tahun. Tsuboi Yobumi dalam Situmorang 2007:148.
Ritus pendewasaan yang terdiri dari obi iwai, shussan iwai, okuizome, shichigosan, seijinshiki, sampai pada ritus kekkonshiki menunjukkan tahap-tahap
perubahan dari anak-anak menjadi orang dewasa. Konsep dewasa bagi orang jepang tercermin pada ritus seijinshiki. Berikut ini ritus-ritus pendewasaan yang
dilakukan orang Jepang.
a. Obi Iwai
Pada saat kehamilan 5 bulan diadakan obi iwaiacara memakai stagen pada wanita yang sedang hamil. Ritus obi iwai ini bukan ditujukan kepada ibu
yang sedang hamil, kepada janin yang berusia 5 bulan. Ini merupakan ritus pertama yang dilaksanakan dalam lingkaran hidup orang Jepang.
Ritus ini merupakan kebiasaan yang dilakukan orang Jepang untuk menyambut kedatangan bayi sebelum ia lahir ke dunia. Janin yang berusia 5 bulan
sudah berbentuk manusia dengan anggota tubuh yang lengkap. Dengan demikian janin tersebut sudah mulai dapat diterima sebagai anggota yang akan hadir dalam
37
kelompok suatu masyarakat. Untuk itu, dilakukan penyambutan karena ada rasa suka cita terhadap anggota baru yang akan lahir.
Obi iwai merupakan salah satu ritus konstitutif karena mengungkapkan hubungan janin yang merupakan anggota baru yang akan disambut kedatangannya
dalam kelompoknya. Obi iwai merupakan ritus penerimaan dalam tahap peralihan. Janin menjadi subjek dari prosedur perubahan, dari yang tidak ada menjadi ada
dan dilakukan penyucian dalam penyambutannya.
b. Shussan Iwai
Shussan adalah kelahiran. Shussan atau kelahiran disini bukan dilihat dari kedudukan anak yang dilahirkan, melainkan ibu yang melahirkan. Sedangkan
untuk anak disebut tanjou. Dalam pemikiran masyarakat Jepang, shussan adalah suatu keadaan yang sangat rawan bagin perempuan. Hal ini dikarenakan adanya
pendarahan pada saat persalinan yang mengakibatkan ancaman jiwa bagi yang melahirkan. Terlebih lagi pada saat teknologi kedokteran yang belum maju. Oleh
karena itu saat melahirkan dianggap saat yang paling rawan sepanjang hidup perempuan.
Pada saat persalinan, meskipun si Ibu yang melahirkan dan anak yang dilahirkan berada dalam situasi yang tidak sama, namun keduanya dianggap
sedang pada keadaan yang sama yaitu melewatkan waktu antara dunia sini dan dunia sana. Si anak yang terikat hubungan dengan ibunya melalui tali pusar, pada
saat si anak itu lahir, tali pusar tersebut putus dan kemudian membentuk hubungan sosial di dunia ini dengan lingkungannya.
38
c. Okuizome