55
3.2 Ritus-Ritus Daur Hidup Pada Masyarakat Batak Toba 3.2.1 Ritus-Ritus Kelahiran-Pendewasaan
Bahwa manusia itu diadakan adalah untuk mewujudkan kebijakan Mulajadi Nabolon. Karena itu setiap perkawinan suku Batak dianggap ritual yang
akan membuahkan manusia sebagai penjelmaan hahomion kebijakan Mulajadi Na Bolon. Oleh karena itu setiap perkawinan yang hendak dilakukan pria dan
wanita harus lebih dahulu membersihkan diri keseluruhannya agar manusia yang lahir dari perkawinan itu benar-benar wujud kebijakan Mulajadi Na Bolon
Gultom, 1992. Upacara kelahiran termasuk upacara penting bagi keluarga Batak
disamping mengawinkan anak dan memasuki rumah baru. Sewaktu anak masih dalam kandungan sampai lahir hingga berumur beberapa bulan beberapa upacara
yang dilakukan yaitu,
a. Manghunti Pagar Si Ibu Hamil
Semasa kandungan berumur antara tiga sampai empat bulan pihak perempuan hula-hula untuk mengupa si ibu hamil. Kepadanya diberikan
makanan kesukaannya. Disamping itu diberikan juga semacam benda yang disebut pagar dengan harapan semoga siibu dan kandungannya selamat sampai si
bayi lahir kelak. Pagar atau tangkal ini disebut juga sebagai pagar salusu.
Manghunti pagar merupakan salah satu ritus konstitutif karena mengungkapkan hubungan janin yang merupakan anggota baru yang akan
disambut kedatangannya dalam kelompoknya, merupakan ritus penerimaan dalam
56
tahap peralihan. Janin menjadi subjek dari prosedur perubahan, dari yang tidak ada menjadi ada.
b. Ulos Tondi
Pada saat usia kandungan sudah mencapai 7 bulan atau lebih, maka pihak keluarga perempuan hula-hula datang menyampaikan ulos yang dinamai ulos
tondi. Ulostondi ini dimaksudkan agar roh si calon ibu selamat dari gangguan roh jahat. Demikian juga agar si bayi dalam kandungan sehat-sehat. Pada upacara ini
hula-hula menyampaikan ikan yang diistilahkan sebagai dengke si mudur-udur dimasak dengan cara menguapkan airnya hingga kering. Dengke simudur-udur
dengan arti agar anak mereka banyak.
c. Esek-esek Mangan Haroan