Daya Pembeda Analisis Instrumen Penelitian

Mudah Sedang √ √ √ √ √ √ Sukar √ √ Dari perhitungan tersebut dihasilkan bahwa perbandingan soal mudah : sedang : sukar adalah 0 : 6 : 2. Perbandingan tersebut memang tidak sesuai dengam ketentuan yang berlaku. Akan tetapi peneliti tetap menggunakan soal ini karena peneliti akan mengukur kemampuan berpikir kritis siswa sehingga soal mudah tidak akan dipergunakan dalam penelitian ini. Perhitungan mengenai tingkat kesukaran masing-masing butir soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11.

3.7.1.4. Daya Pembeda

Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauhmana suatu butir soal mampu membedakan siswa yang sudah menguasai kompetensi dengan siswa yang belumkurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu Arifin, 2012: 350. Daya pembeda ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Pada pengujian daya pembeda soal, terdapat tanda negatif. Tanda negatif pada daya pembeda berarti soal tersebut tidak dapat membedakan siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai. Atau dengan kata lain, anak yang kurang pandai bisa mengerjakan tetapi anak yang pandai justru tidak bisa mengerjakan. Demikian ada tiga titik pada daya pembeda yaitu : -1,00 0,00 1,00 Daya Pembeda Daya Pembeda Daya Pembeda Negatif rendah Tinggi positif Arikunto, 2007: 211 Arifin, 2012: 133 Bagi suatu soal yang dapat dijawab dengan benar oleh siswa pandai maupun siswa bodoh, maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Demikian pula jika semua siswa baik pandai maupun kurang pandai tidak dapat menjawab dengan benar, maka soal tersebut tidak baik juga karena tidak mempunyai daya pembeda. Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab dengan benar oleh siswa yang pandai saja Arikunto, 2007: 211. Seluruh pengikut tes dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok pandai atau kelompok atas upper group dan kelompok kurang pandai atau kelompok bawah lower group. Jika seluruh kelompok atas dapat menjawab soal tersebut dengan benar, sedang seluruh kelompok bawah menjawab salah, maka soal tersebut mempunyai daya pembeda paling besar yaitu 1,00. Sebaliknya jika semua kelompok atas menjawab salah, tetapi semua kelompok bawah menjawab benar, maka daya pembedanya -1,00. Tetapi jika siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah sama-sama menjawab benar atau sama-sama salah, maka soal tersebut mempunyai daya pembeda 0,00, atau dengan kata lain tidak mempunyai daya pembeda sama sekali Arikunto, 2007: 211. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi pada butir soal uraian adalah: Keterangan: D : Daya Pembeda : Rata-Rata Skor Kelompok Atas : Rata- Rata Skor Kelompok Bawah maks : Skor maksimal Kategori interpretasi skor yang diperoleh dari rumus di atas dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut. Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda Butir Soal Indeks Diskriminasi D Klasifikasi DP 0,40 Sangat Baik 0,30 ≤ DP 0,40 Baik 0,20 ≤ DP 0,30 Cukup, soal perlu perbaikan D 0,20 Kurang baik, soal tidak dipakai Arifin, 2012: 351 Berdasarkan pengujian daya pembeda, diperoleh bahwa butir soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, dan 7 mempunyai daya beda baik. Sedangkan untuk butir soal nomor 6 dan 8 mempunyai daya beda yang cukup sehingga berdasarkan kriteria diatas, soal harus diperbaiki. Perhitungan daya pembeda masing-masing butir soal dapat dilihat pada Lampiran 12, dan perbaikan soal dapat dilihat pada Lampiran 15.

3.7.1.5. Hasil Analisis Soal Uji Coba

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

KEEFEKTIFAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN SMART STICKER TERHADAP RASA INGIN TAHU DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII

13 60 391

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN CPS DENGAN STRATEGI TS TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII MATERI SEGIEMPAT

0 18 223

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN CPS BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATERI POKOK GEOMETRI KELAS X

1 7 313

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN POHON MASALAH DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP

0 29 270

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN TAPPS BERBANTUAN ROAL MATEMATIKA TERHADAP MOTIVASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII

0 34 394

KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN PRAKARYA ORIGAMI TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VIII

0 32 414

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUIMODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning( PTK Pembelajaran Matematika Di Kelas XI IPA-2 MAN 2 Boyolali Tahun Ajaran 2

0 1 11

PENGARUH METODE DISCOVERY LEARNING DAN METODE DISKUSI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA.

0 1 30

PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA NEGERI KARANGPANDAN TAHUN PELAJARAN 2013/ 2014.

1 1 16