dan mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri. Menurut Suyono Hariyanto 2014: 86, Piaget menjelaskan bahwa pembangunan kemampuan kognitif harus
melalui pengalaman atau tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan, jadi pembelajaran harus bersifat aktif.
Secara nyata, teori ini mendukung model pembelajaran discovery learning. Di dalam model tersebut siswa bekerja dan berdiskusi secara
berkelompok dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 orang siswa untuk menemukan konsep dan menyelesaikan permasalah yang disajikan. Dengan
pembelajaran kelompok yang menuntut keaktifan siswa serta pengalaman nyata yang dialami siswa diharapkan perkembangan kognitif mereka menjadi lebih
berarti.
2.1.4.4. Teori Belajar Vygotsky
Teori Konstruktivisme Vygotsky menekankan pentingnya memanfaatkan lingkungan
dalam pembelajaran.
Pembentukan pengetahuan
menurut konstruktivistik memandang siswa yang aktif menciptakan struktur-struktur
kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Terdapat empat prinsip kunci dari teori Lev Semyonovich Vygotsky, yaitu: 1 penekanan pada hakikat sosiokultural
dari pembelajaran the sosiocultural nature of learning, 2 zona perkembangan terdekat zone of proximal development, 3 pemagangan kognitif cognitive
apprenticenship, dan 4 perancah scaffolding Trianto, 2007 :76. Pada prinsip pertama, Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial
dengan orang lain orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu dalam
proses pembelajaran. Prinsip kedua dari Vygotsky adalah ide bahwa siswa belajar paling baik apabila berada dalam zona perkembangan terdekat mereka, yaitu
tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan anak saat ini. Prinsip ketiga dari teori Vygotsky adalah menekankan pada kedua-duanya, hakikat sosial
dari belajar dan zona perkembangan. Siswa dapat menemukan sendiri solusi dari permasalahan melalui bimbingan dari teman sebaya atau pakar. Prinsip keempat,
Vygotsky memunculkan konsep scaffolding, yaitu memberikan sejumlah besar bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian
mengurangi bantuan tersebut untuk selanjutnya memberi kesempatan kepada siswa untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia
dapat melakukannya. Bantuan tersebut dapat berupa bimbingan atau petunjuk, peringatan, dorongan, ataupun yang lainnya Trianto, 2007:76.
Penerapan dari teori ini dalam pembelajaran matematika termuat dalam langkah-langkah pembelajaran discovery learning serta kemampuan berpikir kritis
siswa. Dalam langkah pembelajaran ini, siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil, yang terdiri dari 3-4 orang siswa, mereka dihadapkan dengan suatu
permasalahan untuk menemukan suatu konsep. Permasalahan tersebut harus mereka pecahkan berdiskusi dengan teman dalam kelompoknya, dalam hal ini
pendidik berperan sebagai pakar, yang akan memberikan bantuan scaffolding kepada siswanya jika diperlukan agar mereka dapat menyelesaikan permasalahan
yang ada.
2.1.5. Kriteria Ketuntasan Minimal KKM