menguasai konsep, teorema, definisi dan semacamnya, anak harus dilatih untuk melakukan penyusunan representasinya. Untuk melekatkan ide atau definisi
tertentu dalam pikiran, anak-anak harus menguasai konsep dengan mencoba dan melakukannya sendiri.
2.1.4.2. Teori Belajar Ausubel
D.P. Ausubel dalam Hudojo 1988: 61 mengemukakan bahwa belajar dikatakan menjadi bermakna meaningful bila informasi yang akan dipelajari
siswa disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa itu sehingga siswa itu dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang
dimilikinya. Dengan belajar bermakna ini siswa menjadi kuat ingatannya dan transfer belajar mudah dicapai.
Belajar seharusnya merupakan apa yang disebut asimilasi bermakna, materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang
telah dipunyai sebelumnya. Untuk itu diperlukan dua persyaratan, 1 materi yang secara potensial bermakna dan dipilih oleh guru dan harus sesuai dengan tingkat
perkembangan dan pengetahuan masa lalu siswa; 2 diberikan dalam situasi belajar yang bermakna. Dalam hal ini faktor motivasional memegang peranan
penting, sebab siswa tidak akan mengasimilasikan materi baru tersebut apabila mereka tidak mempunyai keinginan dan pengetahuan bagaimana melakukannya.
Berdasarkan uraian di atas maka belajar bermakna menurut Ausubel adalah suatu proses belajar di mana siswa dapat menghubungkan informasi baru
dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dan dalam pembelajaran bermakna diperlukan dua hal yaitu pilihan materi yang bermakna sesuai tingkat pemahaman
dan pengetahuan yang dimiliki siswa dan situasi belajar yang bermakna yang dipengaruhi oleh motivasi.
Empat kemungkinan tipe belajar menurut Ausubel, sebagaimana dikutip oleh Hudojo 1988: 62 adalah :
1 Belajar dengan penemuan yang bermakna, artinya informasi yang dipelajari ditentukan secara bebas oleh siswa. Siswa menghubungkan pengetahuan baru
yang diperolehnya dengan struktur kognitif yang dimiliki. 2 Belajar dengan ceramah yang bermakna, artinya informasi yang disusun
secara logik disajikan kepada siswa dalam bentuk final. 3 Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna, artinya informasi yang
dipelajari ditentukan secara bebas oleh siswa, kemudian ia menghafalnya. 4 Belajar dengan ceramah yang tidak bermakna, artinya informasi dari setiap
tipe bahan disajikan kepada siswa dalam bentuk finalnya. Menurut Reilley dan Lewis, sebagaimana dikutip oleh
Rifa’i Anni 2011: 197, bahwa prinsip pembelajaran akan lebih bermakna meaningfull
learning apabila 1 menekankan akan makna dan pemahaman, 2 mempelajari materi tidak hanya proses pengulangan, tetapi perlu disertai proses transfer secara
lebih luas, 3 menekankan adanya pola hubungan, seperti bahan dan arti, atau bahan yang telah diketahui dengan struktur kognitif, 4 menekankan
pembelajaran prinsip dan konsep, 5 menekankan struktur disiplin ilmu dan struktur kognitif, 6 obyek pembelajaran seperti apa adanya dan tidak
disederhanakan dalam bentuk eksperimen dalam situasi laboratoris, 7
menekankan pentingnya bahasa sebagai dasar pemikiran dan komunikasi, dan 8 perlunya memanfaatkan pengajaran perbaikan yang lebih bermakna.
Dari kedelapan prinsip belajar bermakna Ausubel tersebut dapat diketahui bahwa prinsip-prinsip tersebut mengarahkan kepada pengolahan
informasi dalam struktur kognitif siswa, agar siswa dapat merelevansikan pengetahuan informasi baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya sehingga dapat dihasilkan belajar bermakna yang kemudian dapat diaplikasikan di dalam kehidupan siswa.
Dengan demikian penelitian ini memiliki keterkaitan dengan teori Ausubel yaitu model pembelajaran discovery learning berbantuan resitasi. Dalam
pembelajaran dengan model pembelajaran discovery learning berbantuan resitasi ini siswa dihadapkan pada permasalahan-permasalahan untuk menemukan konsep
dan menyelesaikan tugas dari guru, sehingga siswa dapat mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya untuk memecahkan masalah
tersebut serta dapat berinteraksi secara langsung di lapangan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih bermakna. Resitasi membantu siswa untuk meningkatkan
kreatifitas dan komunikasi dengan orang lain, sehingga pembelajaran menjadi lebih inovatif dalam memecahkan suatu permasalahan dan merupakan
pembelajaran yang bermakna.
2.1.4.3. Teori Belajar Piaget