Teori Bruner dengan Belajar Penemuan

bahasa matematika. 5 Apakah bahasanya jelas?  Siswa dapat menyelesaikan soal dengan susunan kalimat yang runtut dan jelas diketahui, ditanyakan, jawab, kesimpulan.  Siswa dapat menjawab semua soal yang diberikan. 6 Apakah alasan didasarkan pada bukti- bukti yang meyakinkan?  Siswa dapat menyelesaikan soal sesuai materi. 7 Kesimpulan apa yang ditawarkan?  Siswa dapat menyimpulkan pertanyaan dari uraian jawaban. 8 Apakah ada implikasi dari kesimpulan tersebut?  Siswa dapat mengevaluasi hasil dari kesimpulan yang di diperoleh.

2.1.4. Teori Belajar

Proses belajar mengajar dapat terlaksana secara efektif, efisien dan optimal jika didukung oleh pengetahuan yang memadai tentang teori-teori pendidikan yang berlaku secara umum. Salah satu teori dalam Psikologi Pendidikan, yang merupakan aplikasi dari teori-teori psikologi dalam praktek pendidikan adalah teori-teori belajar. Ada beberapa teori belajar yang menjadi dasar penelitian ini. Teori-teori tersebut antara lain sebagai berikut.

2.1.4.1. Teori Bruner dengan Belajar Penemuan

Menurut Suherman, et al., 2003: 43, Jerome Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajarannya diarahkan kepada konsep-konsep atau struktur-struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur. Dasar dari teori Bruner adalah ungkapan Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif saat belajar dikelas. Menurut Suyono Hariyanto 2014: 88, konsep dasar dari teori ini adalah belajar dengan menemukan discovery learning, yaitu siswa mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya dengan suatu bentuk akhir yang sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir anak. Dalam kegiatan belajar, Bruner hampir selalu memulai dengan memusatkan manipulasi material. Menurut Hudojo 1988: 56, siswa harus menemukan keteraturan dengan memanipulasi material yang berhubungan dengan keteraturan intuitif yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. The act of discovery dari Bruner, sebagaimana dikutip oleh Dalyono 2007: 42 yaitu : 1 Adanya suatu kenaikan di dalam potensi intelektual. 2 Ganjaran interistik lebih ditekankan daripada ekstrinsik. 3 Siswa yang mempelajari bagaimana menemukan berarti murid itu menguasai metode discovery learning. 4 Siswa lebih senang mengingat-ingat informasi. Bruner melukiskan proses belajar anak melewati 3 tahap berikut. 1 Tahap Enaktif Dalam tahap ini, anak secara langsung terlihat dalam memanipulasi mengotak-atik objek. 2 Tahap Ikonik Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan anak berhubungan dengan mental, yang merupakan gambaran dari objek – objek yang dimanipulasinya. 3 Tahap Simbolik Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu. Siswa pada tahap ini sudah mampu menggunakan notasi tanpa ketergantungan dengan objek riil. Suatu proses belajar akan berlangsung secara optimal jika pembelajaran diawali dengan tahap enaktif, dan kemudian jika tahap belajar yang pertama ini dirasa cukup, siswa beralih ke tahap belajar yang kedua, yaitu tahap belajar dengan menggunakan modus representasi ikonik. Selanjutnya kegiatan belajar itu dilanjutkan pada tahap ketiga, yaitu tahap belajar dengan menggunakan modus representasi simbolik. Bruner melalui teorinya itu mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda alat peraga. Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak akan melihat langsung bagaimana keterangan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya itu. Keteraturan tersebut kemudian oleh anak dihubungkan dengan keterangan intuitif yang telah melekat pada dirinya. Suherman, et al., 2003: 43. Teori ini sesuai dengan model discovery learning yang menuntut keaktifan anak dalam proses belajar secara penuh. Pembelajaran dengan menerapkan model discovery learning mengharuskan guru untuk memandu siswanya sehingga mereka dapat membangun basis pengetahuannya sendiri dan bukan diajari melalui memori hafalan. Hal ini sejalan dengan tujuan pokok pendidikan teori Brunner. Selain itu, kaitan antara teori Bruner dengan discovery learning dimana untuk mengajarkan anak agar mempunyai kemampuan dalam hal menguasai konsep, teorema, definisi dan semacamnya, anak harus dilatih untuk melakukan penyusunan representasinya. Untuk melekatkan ide atau definisi tertentu dalam pikiran, anak-anak harus menguasai konsep dengan mencoba dan melakukannya sendiri.

2.1.4.2. Teori Belajar Ausubel

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

KEEFEKTIFAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN SMART STICKER TERHADAP RASA INGIN TAHU DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII

13 60 391

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN CPS DENGAN STRATEGI TS TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII MATERI SEGIEMPAT

0 18 223

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN CPS BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATERI POKOK GEOMETRI KELAS X

1 7 313

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN POHON MASALAH DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP

0 29 270

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN TAPPS BERBANTUAN ROAL MATEMATIKA TERHADAP MOTIVASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII

0 34 394

KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN PRAKARYA ORIGAMI TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VIII

0 32 414

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUIMODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning( PTK Pembelajaran Matematika Di Kelas XI IPA-2 MAN 2 Boyolali Tahun Ajaran 2

0 1 11

PENGARUH METODE DISCOVERY LEARNING DAN METODE DISKUSI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA.

0 1 30

PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA NEGERI KARANGPANDAN TAHUN PELAJARAN 2013/ 2014.

1 1 16