13 Guru memberikan tugas individu kepada masing-masing siswa untuk membuat rangkuman materi hasil pembelajaran dan membagikan Lembar
Tugas Siswa LTS untuk dikerjakan dirumah dan akan dibahas serta harus dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya.
2.1.3. Kemampuan Berpikir Kritis
Beragam definisi dikemukakan oleh para ahli mengenai definisi berpikir kritis.
Menurut Ennis 1993: 180, “Critical thinking is reasonable reflective thinking focused on deciding what to believe or do
”. Tujuan berpikir kritis difokuskan ke dalam pengertian sesuatu yang penuh kesadaran mengarah kepada
suatu tujuan yang akhirnya memungkinkan untuk membuat keputusan. Menurut Nickerson, sebagaimana dikutip oleh Bruning et al
., 1999: 201, “critical thinking is distinguishing between thinking that is directed at adopting versus
clarify ing a goal”. Adopting lebih dekat dengan pemecahan masalah karena
menekankan pandangan produk pengambilan keputusan, sedangkan klarifikasi menekankan proses yang digunakan untuk mencapai suatu keputusan.
Johnson 2002: 183 mengartikan berpikir kritis sebagai kemampuan untuk berpendapat dengan cara terorganisasi, dan merupakan kemampuan untuk
mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat orang lain. Menurut Chaffe, sebagaimana dikutip oleh Johnson 2002: 187, berpikir krtitis
merupakan berpikir untuk menyelidiki secara sistematis proses berpikir itu sendiri. Maksudnya, tidak hanya memikirkan dengan sengaja, tetapi juga meneliti
bagaimana kita dan orang lain menggunakan bukti dan logika.
Bruning et al ., 1999: 211, mengungkapkan bahwa “critical thinking is
related more closely to ill defined problems, whereas problem solving often relates to well defined problems
”, artinya berpikir kritis berkaitan erat dengan masalah yang tidak jelas, sedangkan pemecahan masalahnya berhubungan dengan
didefinisikannya suatu masalah dengan baik. Empat keterampilan umum yang dapat mempengaruhi dalam kemampuan berpikir kritis adalah pengetahuan,
inferensi, evaluasi dan metakognisi. Schafersman 1991: 3 mendefinisikan berpikir kritis yaitu berpikir dengan
benar dalam memperoleh pengetahuan yang relevan dan reliabel. Berpikir kritis adalah berpikir nalar, reflektif, bertanggungjawab, dan mahir berpikir. Dari
definisi Schafersman ini seseorang yang berpikir kritis dapat menentukan informasi yang relevan dan dapat membuat kesimpulan yang tepat. Schafersman
1991: 3 menjelaskan bahwa : “Critical thinking can be described as the scientific method applied by
ordinary people to the ordinary world. This is true because critical thinking mimics the well-known method of scientific investigation: a
question is identified, an hypothesis formulated, relevant data sought and gathered, the hypothesis is logically tested and evaluated, and
reliable conclusions are drawn from the result” Schafersman menggambarkan berpikir kritis sebagai metode tentang
penyelidikan ilmiah, yaitu mengidentifikasi masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data-data yang relevan, menguji hipotesis secara logis, dan
evaluasi serta membuat kesimpulan yang reliabel. Menurut
Glaser, sebagaimana dikutip
oleh Fisher 2008:
3 mendefinisikan berpikir kritis sebagai 1 suatu sikap mau berpikir, secara
mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan
pengalaman seseorang; 2 pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis; dan 3 semacam suatu keterampilan untuk menerapkan
metode-metode tersebut. Dari definisi Glaser ini sesorang yang berpikir menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif
berdasarkan bukti
pendukungnya, dan
kesimpulan-kesimpulan yang
diakibatkannya. Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis
adalah berpikir rasional tentang sesuatu. Kemudian mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang sesuatu tersebut sebelum mengambil suatu keputusan
atau melakukan suatu tindakan. Menurut Suherman et al. 2003: 78 menyatakan bahwa matematika
hanyalah sebagai alat untuk berpikir, fokus utama belajar matematika adalah memberdayakan siswa untuk berpikir mengkonstruksi pengetahuan matematika
yang pernah ditemukan oleh ahli-ahli sebelumnya. Hal ini berarti siswa akan lebih mudah mempelajari matematika dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis.
Menurut Habsari 2010, berpikir kritis matematis adalah aktivitas mental siswa untuk memperoleh pemahaman yang mendalam pada mata pelajaran matematika.
Keterkaitan berpikir kritis dalam pembelajaran adalah perlunya mempersiapkan siswa agar menjadi pemecah masalah yang tangguh, pembuat keputusan yang
matang, dan orang yang tak pernah berhenti belajar. Kemampuan berpikir kritis siswa dalam penelitian ini dapat dilihat dari hasil jawaban soal uraian
pertidaksamaan linier satu variabel PtLSV yang telah dikerjakan.
Setiap orang dapat menguasai keterampilan berpikir kritis karena berpikir kritis sesuai dengan prinsip pengaturan diri alam semesta. Hanya latihanlah yang
membuat keterampilan menjadi suatu kebiasaan. Menurut Johnson 2002: 190, ada delapan langkah berpikir kritis yang dapat ditempuh oleh siswa untuk
memperoleh pemahaman pelajaran yang mendalam, termasuk pelajaran matematika. Kedelapan langkah tersebut disajikan dalam bentuk sebuah
pertanyaan, karena dengan menjawab pertanyaan para siswa dilibatkan dalam kegiatan mental yang mereka perlukan untuk mendapatkan pemahaman yang
mendalam. Delapan langkah dan indikator penilaian dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis seperti tampak pada tabel 2.1 sebagai berikut.
Table 2.1 Indikator Penilaian dalam Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis
Langkah-langkah Berpikir Kritis Indikator-Indikator
1 Apa sebenarnya
isu, masalah,
keputusan, atau kegiatan yang sedang dipertimbangkan?
Siswa dapat menuliskan pokok permasalahan dari soal yang
diajukan kedalam
Bahasa Indonesia yang baik.
2 Apa sudut pandangnya? Siswa dapat mengetahui inti dari
soal yang diajukan dengan menuliskan permasalahan yang
ditanyakan dalam soal.
3 Apa alasan yang diajukan? Siswa
dapat memberikan
argumen sesuai
dengan kebutuhan.
Siswa dapat
menjawab pertanyaan
yang ditanyakan
dalam soal dengan jelas. 4 Apa asumsi-asumsi yang dibuat?
Siswa dapat
menuliskan informasi yang diketahui dari
soal. Siswa dapat mengidentifikasi
informasi dalam soal ke dalam
bahasa matematika. 5 Apakah bahasanya jelas?
Siswa dapat menyelesaikan soal dengan susunan kalimat yang
runtut dan jelas diketahui, ditanyakan, jawab, kesimpulan.
Siswa dapat menjawab semua soal yang diberikan.
6 Apakah alasan didasarkan pada bukti- bukti yang meyakinkan?
Siswa dapat menyelesaikan soal sesuai materi.
7 Kesimpulan apa yang ditawarkan? Siswa dapat menyimpulkan
pertanyaan dari uraian jawaban. 8 Apakah ada implikasi dari kesimpulan
tersebut? Siswa dapat mengevaluasi hasil
dari kesimpulan
yang di
diperoleh.
2.1.4. Teori Belajar