proses pembelajaran. Prinsip kedua dari Vygotsky adalah ide bahwa siswa belajar paling baik apabila berada dalam zona perkembangan terdekat mereka, yaitu
tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan anak saat ini. Prinsip ketiga dari teori Vygotsky adalah menekankan pada kedua-duanya, hakikat sosial
dari belajar dan zona perkembangan. Siswa dapat menemukan sendiri solusi dari permasalahan melalui bimbingan dari teman sebaya atau pakar. Prinsip keempat,
Vygotsky memunculkan konsep scaffolding, yaitu memberikan sejumlah besar bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian
mengurangi bantuan tersebut untuk selanjutnya memberi kesempatan kepada siswa untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia
dapat melakukannya. Bantuan tersebut dapat berupa bimbingan atau petunjuk, peringatan, dorongan, ataupun yang lainnya Trianto, 2007:76.
Penerapan dari teori ini dalam pembelajaran matematika termuat dalam langkah-langkah pembelajaran discovery learning serta kemampuan berpikir kritis
siswa. Dalam langkah pembelajaran ini, siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil, yang terdiri dari 3-4 orang siswa, mereka dihadapkan dengan suatu
permasalahan untuk menemukan suatu konsep. Permasalahan tersebut harus mereka pecahkan berdiskusi dengan teman dalam kelompoknya, dalam hal ini
pendidik berperan sebagai pakar, yang akan memberikan bantuan scaffolding kepada siswanya jika diperlukan agar mereka dapat menyelesaikan permasalahan
yang ada.
2.1.5. Kriteria Ketuntasan Minimal KKM
Berdasarkan Permendiknas No. 20 tahun 2007 tentang standar penilaian pendidikan, Kriteria Ketuntasan Minimal KKM adalah kriteria ketuntasan
belajar KKB yang ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan
teknologi merupakan nilai batas ambang kompetensi. KKM ditentukan dengan memperhatikan karakteristik siswa, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi
satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik. KKM menjadi acuan bersama antara guru dan siswa. Apabila telah dilakukan suatu tes, ternyata masih ada siswa
yang nilainya belum mencapai KKM, maka guru harus mengadakan layanan remedial. Sedangkan siswa yang telah memenihi KKM mendapatkan layanan
pengayaan. Menurut BNSP 2006: 13, ketuntasan belajar setiap indikator yang telah
ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75. Satuan pendidikan harus
menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata siswa, kompleksitas kompetensi, serta kemampuan sumber
daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. KKM pada masing-masing pelajaran berbeda-beda, dan KKM setiap
satuan pendidikan bisa berbeda, bahkan KKM pada satuan pendidikan yang sama, tetapi berbeda sekolah belum tentu sama. KKM dalam penelitian ini disesuaikan
dengan obyek penelitian. Peneliti memilih siswa SMP Negeri 1 Jati Kudus sebagai obyek penelitian. KKM untuk mata pelajaran matematika dalam
penelitian ini didasarkan pada penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal KKM
SMP 1 Jati Kudus yang ditetapkan berdasarkan hasil analisis ketuntasan minimal pada setiap indikator dengan memperhatikan kompleksitas, daya dukung, dan
intake siswa yaitu sebesar 75, sehingga untuk mencapai tuntas belajar secara individual, hasil belajar siswa dalam penelitian ini diuji melalui tes kemampuan
berpikir kritis khususnya pada materi pertidaksamaan linier satu variabel harus lebih atau sama dengan 75. Sedangkan ketuntasan klasikal akan terpenuhi apabila
sekurang-kurangnya 75 dari siswa yang ada dikelas tersebut nilai kemampuan berpikir krtitis ≥ KKM 75.
2.1.6. Materi Pokok Pertidaksamaan Linier Satu Variabel