Selanjutnya  guru  memberikan  solusi  guna  menjawab  kesulitan-kesulitan  yang dialami siswa.
e. Penguasaan materi Obtaining mastery
Pada  tahap  ini  guru  akan  mengetahui  tingkat  penguasaan  materi  siswa secara individu atau keseluruhan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan
tes kepada siswa sesuai dengan materi yang telah dipelajari. f.
Melakukan verifikasi Verification Pada  tahap  ini  guru  mengidentifikasi  siswa  yang  telah  memahami  atau
menguasai  materi  dan  siswa  yang  belum  menguasai  materi  dengan  melihat hasil tes yang telah diberikan pada tahap sebelumnya.
g. Pengayaan Enrichment
Pada  tahap  ini  guru  memberikan  respon  terhadap  hasil  verifikasi  yaitu dengan memberikan soal pengayaan kepada siswa.
2.4 Teori yang Mendukung Metode IMPROVE
2.4.1 Teori Metakognisi
Metakognisi  merupakan  unsur  utama  dalam  penerapan  metode IMPROVE. Hal ini dikarenakan metakognisi bagian terpenting dari urutan metode
IMPROVE  dan  yang  membedakan  metode  IMPROVE  dengan  metode  lainnya yang sejenis.
Kesuksesan seseorang dalam meyelesaikan masalah antara lain bergantung pada  kesadaran  tentang  apa  yang  mereka  ketahui  dan  bagaimana  dia
melakukannya.  Metakognisi  merupakan  teori  yang  berkaitan  dengan  pengenalan
terhadap  diri  sendiri  dan  bagaimana  dia  mengontrol  serta  menyesuaikan perilakunya.  Anak  perlu  menyadari  akan  kelebihan  dan  kekurangan  yang
dimilikinya.  Menurut Tim MKPBM 2001:  95  metakognisi  adalah  suatu bentuk kemampuan untuk melihat pada diri sendiri sehingga  apa yang dia lakukan dapat
terkontrol  secara  optimal.  Dengan  kemampuan  seperti  ini  seseorang dimungkinkan  memiliki  kemampuan  tinggi  dalam  pemecahan  masalah,  karena
dalam  setiap  langkah  yang  dia  kerjakan  senantiasa  muncul  pertanyaan:  “  Apa yang  saya  kerjaka
n?”,  “Mengapa  saya  mengerjakan  ini?”,  “Hal  apa  yang  bisa membantu dalam menyelesaikan masalah ini?”.
Menurut Noornia 2009: 2, secara sederhana metakognisi sering diartikan “thinking  about  thinking”.  Secara  bebas  dapat  diartikan  berpikir  terkait  proses
berpikir atau adanya kesadaran dalam diri pribadi untuk menghayati apa yang ada dalam benaknya ketika sedang berpikir.
Menurut  Ridley,  sebagaimana  dikutip  oleh  Noornia  2009:  2, metakognitif diartikan sebagai berikut.
Metacognitive  skills  include  taking  conscious  control  of  learning, planning  and  selecting  strategies,  monitoring  the  progress  of  learning,
correcting  errors, analyzing  the effectiveness of learning  strategies, and changing learning behaviors and strategies when necessary.
Kemampuan  metakognitif  adalah  kemampuan  seseorang  mengontrol proses  belajarnya,  mulai  dari  tahap  perencanaan,  memilih  strategi  yang  tepat
sesuai  dengan  masalah  yang  dihadapi,  memonitor  kemajuan  proses  belajarnya, mengoreksi kesalahan selama proses belajarnya, menganalisis keefektifan strategi
belajar  yang  telah  dipilih,  dan  mengubah  kebiasaan  belajar  serta  strategi  belajar jika dibutuhkan.
Menurut  Noornia  2009:  3  metakognisi  adalah  sesuatu  yang  berkenaan dengan  refleksi  diri,  tanggung  jawab  pribadi,  dan  kesadaran  diri.  Siswa  yang
diberi  kesempatan  dan  latihan  untuk  mengembangkan  kemampuan  metakognitif akan menjadi penyelesai soal yang baik.
Berdasarkan  uraian  di  atas,  maka  dapat  disimpulkan  bahwa  metakognisi merupakan  aktivitas  abstrak  yang  tidak  terlihat  secara  fisik  karena  merupakan
proses  berpikir  atau  lebih  tepatnya  adalah  proses  refleksi  diri  seseorang  dalam memecahkan  suatu  masalah,  mulai  dari  perencanaan,  pemilihan  strategi,  analisis
keefektifan  strategi  sampai  pada  tahap  perubahan  strategi  penyelesaian  masalah jika diperlukan. Keterampilan metakognisi ini sangat dibutuhkan oleh setiap siswa
dalam  menunjang  proses  belajarnya.  Oleh  karena  itu,  peran  serta  guru  sangatlah penting dalam rangka menumbuhkembangkan kemampuan metakognitif siswa.
Perkembangan  metakognisi  dapat  diupayakan  melalui  cara  dimana  anak dituntut untuk mengobservasi tentang apa yang mereka ketahui dan kerjakan, dan
untuk  merefleksi tentang  yang dia observasi. Menurut Tim MKPBM 2001:  96, beberapa  hal  yang  dapat  dilakukan  guru  untuk  menolong  mengembangkan
kesadaran metakognisinya antara lain melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut. a.
Ajukan  pertanyaan  yang  berfokus  pada  “apa”  dan  “mengapa”  seperti  “Apa yang  kamu  lakukan  saat  mengerjakan  soal  ini?”,  “Mengapa  kamu  harus
memeriksa kembali pekerjaan yang suda h selesai?”.
b. Kembangkan  berbagai  aspek  pemecahan  masalah  yang  meningkatkan
prestasi  seperti:  suatu  masalah  dapat  diselesaikan  dalam  beberapa  alternatif
penyelesaian,  masalah  tertentu  memerlukan  waktu  lama  untuk  diselesaikan, dan tidak selamanya masalah yang memuat informasi yang lengkap.
c. Dalam  proses  pemecahan  suatu  masalah,  anak  harus  secara  nyata
melakukannya secara mandiri atau berkelompok sehingga mereka merasakan langsung liku-liku proses menuju suatu penyelesaian masalah.
2.4.2 Teori Konstruktivisme