Upacara Ritual Peranan Tari Kelompok Nusantara

112 Seni Tari untuk SMAMA Kelas XI tangan dan gerak mata pada tarian India mempunyai arti tertentu, yaitu berarti kata benda, kata sifat, kata kerja, dan sebagainya. Posisi tangan dan gerak mata pada tari Jawa dan Bali tampaknya sudah kehilangan makna aslinya, mungkin hanya untuk kepentingan estetis saja. Tarian yang terkenal ciptaan para raja, khususnya di Jawa, adalah bentuk teater tari seperti wayang wong dan bedhaya ketawang. Dua tarian ini merupakan pusaka raja Jawa. Namun selanjutnya, wayang wong lebih berkembang di keraton Yogyakarta, sedangkan bedhaya ketawang berkembang di keraton Surakarta. Selain kedua tarian itu, berkembang pula Wayang Topeng. Wayang Topeng adalah teater tari yang penarinya menggunakan penutup muka yang disebut topeng. Teater tari ini tersebar di Jawa, Bali, dan Madura. Salah satunya adalah tari Topeng Cirebon seperti yang telah dipelajari pada bab terdahulu.

3. Perkembangan Tari pada Masa Pascakerajaan

Pada masa ini, terdapat situasi yang cukup menonjol dalam bidang kesenian yang disebabkan oleh perubahan masyarakat yang agraris-feodal menuju masyarakat negara kesatuan atau Republik Indonesia yang modern. Kecepatan perubahan tersebut didukung pula oleh media massa elektronik, seperti televisi. Pada masa ini banyak sekali akulturasi dalam seni tari. Gagasan tari banyak dituangkan dengan jalan menembus secara sengaja atas batas-batas kesukuan etnik, penyederhanaan tari-tari tradisional yang sudah mapan, dan ramuan unsur-unsur tari berbagai daerah di Indonesia. Dukungan dari pemerintah dan situasi negara saat ini memungkinkan tari berkembang dengan pesat. Hal tersebut ditandai dengan bemunculannya perkumpulan seni tari yang salah satunya digagas oleh Tb. Oemay bangsawan dari Banten seperti Sekar Pakuan yang kemudian berubah menjadi BKI tahun 1948. Tari- tarian yang diajarkan adalah tari Jawa dan tari Keurseus Sunda. Untuk bidang Tari Jawa didatangkan guru asal Jawa bernama Sujono dan Sudiani. Materinya adalah tari Golek, tari Srimpi, tari Srikandi Mustakaweni, dan sebagainya. Pada tahun 1960-an berdirilah lembaga pendidikan formal kesenian, yaitu Akademi Seni Tari Indonesia ASTI, sekarang ISI di Yogyakarta yang dipelopori antara lain, oleh Soedarsono dan Ben Soeharto, sedangkan Akademi Seni Karawitan Indonesia ASKI, sekarang STSI di Surakarta dimotori oleh SD Humardani. Disusul dengan berdirinya ASTI Bandung, STSI Denpasar, Bali, dan ASKI Padang Panjang, di Sumatra Barat. Instansi ini sangat berkepentingan untuk mempelajari secara praktis dan teoretis tari-tarian tradisional, baik rakyat maupun keraton, menumbuhkan proses kreatif, dan mengkaji tari secara ilmiah. Di samping lembaga formal, muncul pula lembaga nonformal, yaitu Taman Ismail Marzuki TIM Jakarta pada tahun 1968 yang dipromotori oleh Ali Sadikin. Dua instansi ini menjadi pusat revitalism