perkembangan intelektual siswa, 3 prinsip dan teori belajar, 4 keterlibatan siswa secara aktif, 5 keterkaitan dengan kehidupan siswa sehari-hari, 6
pengembangan dan pemahaman penalaran matematis. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran
matematika guru harus lebih banyak berperan sebagai pembimbing dibandingkan sebagai pemberi tahu.Siswa terlibat langsung dan berperan aktif dalam
menemukan penyelesaian. Dapat menjadikan pembelajaran akan lebih bermakna dan bertahan lama dalam ingatan siswa. Sehingga siswa memperoleh kompetensi
tentang materi yang telah dipelajari.
2.1.9. Teori Belajar Matematika
Dalam penelitian ini teori belajar matematika yang digunakan adalah teori belajar Van Hiele untuk pembelajaran geometri.Sedangkan teori belajar Brunner
dan Piaget untuk penggunaan benda konkret dalam memahami materi. Disesuaikan dengan karakteristik siswa tingkat SD yang cara berpikirnya masih
tingkat operasional konkret. 2.1.9.1.Teori Belajar Van Hiele
Menurut Pierre dan Dina Van Hiele dalam Aisyah, 2007: 4-8 dalam teorinya menyatakan bahwa tingkat-tingkat pemikiran geometrik dan fase
pembelajaran siswa berkembang atau maju menurut tingkatannya.Teori ini memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Belajar adalah suatu proses yang diskontinu. b. Tingkat-tingkat itu berurutan dan berhirarki.
c. Konsep-konsep yang secara implisit dipahami pada suatu tingkat menjadi dipahami secara eksplisit pada tingkat berikutnya.
d. Setiap tingkat mempunyai bahasanya sendiri. Ada 5 tahap belajar siswa dalam belajar geometri Pitadjeng, 2006: 42-44.
a. Tahap pengenalan Dalam tahap ini siswa mulai mengenal suatu bentuk geometri secara
utuh, namun belum mengetahui sifat-sifat dari bentuk geometri yang dilihatnya.
b. Tahap analisis Pada tahap ini siswa sudah mulai mengenal sifat-sifat pada benda
geometri yang diamati. c. Tahap pengurutan
Dalam tahap ini siswa sudah mulai mampu melakukan penarikan kesimpulan tetapi belum sepenuhnya.Namun siswa sudah mampu
mengurutkan.Misal siswa sudah mengenali bahwa persegi adalah jajar genjang.
d. Tahap deduksi Dalam tahap ini siswa sudah mampu menarik kesimpulan sepenuhnya,
dari hal-hal yang bersifat umum menuju khusus. e. Tahap akurasi
Pada tahap ini siswa sudah mengetahui pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian.
Dalam penelitian ini siswa akan belajar memahami benda-benda geometri terutama bangun ruang melalui tahap-tahap yang sudah ditentukan. Akan tetapi
dalam penelitian ini tahap yang digunakan sampai tahap pengurutan.Sesuai dengan tahap berpikir siswa tingkat SD yang masih bersifat konkret. Sehingga
materi akan lebih mudah diterima dan dipahami oleh siswa. 2.1.9.2. Teori Belajar Brunner
Brunner dalam Muhsyeto, 2011: 1.12, menyebutkan bahwa ada tiga tingkatan yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasi keadaan siswa yaitu:
a enaktif; b ikonik; c simbolik. Ketiga tingkatan atau tahapan tersebut akan dijelaskan Pitadjeng, 2006: 29 sebagai berikut.
a. Tahap enaktif Pada tahap ini siswa menggunakan benda-benda konkret secara
langsung.Siswa diberikan alat peraga bangun ruang prisma, kubus, balok, limas, tabung dan kerucut.
b. Tahap ikonik Pada tahap ini siswa sudah dapat memanipulasi dengan memakai gambaran
dari objek-objek yang dimaksud.Siswa dapat menggambarkan kerangka dari bangun ruang prisma dan limas yang diamati.
c. Tahap simbolik Tahap ini siswa memanipulasi symbol-simbol secara langsung dan tidak
kaitannya dengan objek.Tahap ini siswa diminta untuk menghitung panjang
rusuk sebuah bangun kubus maupun panjang pita melingkar pada rusuk tabung.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada teori belajar Brunner akan lebih memudahkan guru dalam menjelaskan dan mempermudah siswa dalam
memahami sifat-sifat dan jaring-jaring bangun ruang. 2.1.9.3. Teori Belajar Piaget
Pada tahap ini menurut Jean Piaget dalam Muhsyeto, 2011: 1.9-1.10 menyatakan bahwa kemampuan intelektual anak berkembang secara bertingkat
atau bertahap.Pembelajaran matematika menurut teori Piaget menekankan pada keterkaitan materi baru dengan bahan pelajaran matematika yang telah diberikan,
sehingga lebih memudahkan siswa dalam memahami materi baru. Menurut Piaget dalam Pitadjeng, 2006: 28, perkembangan belajar
matematika anak melalui 4 tahap. a. Tahap konkret
Kegiatan yang dilakukan anak adalah untuk mendapatkan pengalaman langsung atau memanipulasi objek-objek konkret.Siswa diberikan alat peraga
bangun ruang prisma, kubus, balok, limas, tabung dan kerucut. b. Tahap semi konkret
Pada tahap semi konkret sudah tidak lagi memanipulasi objek-objek konkret melainkan dengan mengamati gambar dari objek yang sesuai
materi.Siswa dapat menggambarkan kerangka bangun ruang yang diamati seperti prisma dan limas.
c. Tahap semi abstrak
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan siswa dengan melihat tanda sebagai ganti gambar untuk dapat berpikir abstrak.
d. Tahap abstrak Sedangkan pada tahap abstrak, siswa sudah mampu berpikir secara
abstrak dengan melihat symbol atau membaca dan mendengar secara verbal tanpa ada kaitannya dengan objek-objek konkret.
Berdasarkan teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa pentingnya pembelajaran yang bermakna terutama pada pelajaran matematika.Melalui fase-
fase belajar, siswa lebih mudah dalam memahami materi.Dalam penelitian ini, tahap yang digunakan dalam pembelajaran geometri hanya sampai tahap semi
konkret. Sehingga pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari akan lebih tahan lama untuk diingat.
2.1.10. Pembelajaran Geometri Ruang di SD