1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa proses pembelajaran pada
satuan pendidikan diselenggarakan interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan menantang. Agar siswa termotivasi untuk berpartisipasi aktif. Guru memberikan
keluasan kepada siswa untuk membangun kreativitas dan kemandirian siswa sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik maupun psikologis siswa.
Selanjutnya berdasarkan Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan bahwa mata pelajaran
matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari Sekolah Dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis,
kreatif maupun kemampuan dalam bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola serta
memanfaatkan informasi untuk kelangsungan hidup dalam bermasyarakat yang selalu berubah dan kompetitif.
Menurut BSNP 2006: 417 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SDMI mengenai tujuan pembelajaran matematika adalah agar
peserta didik memiliki kemampuan: 1 memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep logaritma,
secara luas, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah, 2 menggunakan
penalaran pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika, 3 memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh, 4 mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah, 5 memiliki
sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet
dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Selanjutnya ruang lingkup mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SDMI meliputi aspek-aspek
sebagai berikut : 1 bilangan, 2 geometri dan Pengukuran, 3 pengolahan data. Menurut Glaser dalam Uno, 2011: 153, kualitas merupakan pencapaian
tujuan yang lebih mengarah pada sesuatu yang lebih baik.Sedangkan menurut Prokopenko dalam Daryanto, 2011: 54, kualitas pembelajaran merupakan suatu
gambaran tentang keberhasilan dan keefektifan proses pembelajaran dalam mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang ditentukan. Kualitas pembelajaran
dikatakan rendah apabila dalam proses pembelajaran tidak berjalan dengan efektif yang dapat mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh siswa tidak sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Menurut Hamruni 2012: 29, efektivitas suatu proses pembelajaran ditandai dengan adanya suasana belajar yang kondusif diantaranya
terjalin hubungan dan kerja sama antarsiswa dengan baik, sehingga aktivitas belajar siswa menjadi menarik dan menyenangkan. Aktivitas belajar yang efektif
dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai Hamdani, 2011: 22.
Matematika sebagai suatu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup memegang peran penting, karena metematika merupakan suatu sarana berpikir
untuk mengkaji sesuatu secara logis, dan sistematis. Oleh sebab itu, akan sangat penting jika matematika dapat dikuasai sedini mungkin oleh para siswa. Namun
pada kenyataannya, banyak orang yang tidak menguasai matematika.Termasuk anak-anak yang masih duduk di bangku SD-MI. Mereka menganggap bahwa
matematika sulit dipelajari, serta gurunya kebanyakan tidak menyenangkan, membosankan, menakutkan, angker, killer, dan sebagainya.Anggapan ini
menyebabkan mereka semakin takut untuk belajar matematika.Sehingga mengakibatkan hasil belajar matematika mereka menjadi rendah.Akibat
selanjutnya mereka menjadi semakin tidak suka terhadap matematika.Sehingga hasil belajar matematika mereka menjadi semakin merosot Pitajeng, 2006: 1.
Berdasarkan naskah akademik kajian kebijakan kurikulum mata pelajaran Matematika dalam Depdiknas, 2007: 17 dari hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa proses pembelajaran matematika kebanyakan masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Upaya guru ke arah peningkatan kualitas
proses belajar mengajar belum optimal. Hal ini guru dalam menyampaikan materi banyak ceramah.Pembelajaran kurang dikemas secara menarik dan kurang
memanfaatkan media.Sarana prasarana yang di sekolah tidak dimanfaatkan secara maksimal dalam pembelajaran matematika.
Permasalahan pembelajaran matematika di atas juga terjadi di SDN Purwoyoso 01 Semarang. Hal tersebut diperoleh dari hasil observasi yang
dilakukan oleh peneliti di kelas IV SDN Purwoyoso 01 pada tanggal 18 September 2012 bahwa pembelajaran geometri belum berjalan secara optimal.
Pada saat menyampaikan materi guru belum mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa.guru sudah membagi kelompok, namun belum jelas dalam
penugasan kepada setiap siswa, sehingga siswa kurang bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Sedangkan guru belum memberikan motivasi yang
menyebabkan siswa cenderung pasif.Mereka tidak berani bertanya dan mengeluarkan pendapatnya.Selain itu, media yang digunakan guru dalam
pembelajaran geometri belum menggunakan media ICT.Sehingga pembelajaran geometri kurang menarik dan dalam pemanfaatannya belum optimal.Hal ini
menyebabkan siswa bosan dan tidak memperhatikan penjelasan guru. Kondisi tersebut mengakibatkan pembelajaran tidak kondusif sehingga hasil belajar siswa
menjadi rendah atau dibawah KKM yang ditetapkan yaitu 60. Pencapaian hasil belajar mata pelajaran Matematika pada materi geometri
siswa kelas IV masih banyak yang nilainya di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 60. Sebanyak 15 dari 36 siswa
41,67 mendapatkan nilai ≥ 60 mengalami ketuntasan belajar, sedangkan 21
dari 36 siswa 58,33 mendapatkan nilai belum mengalami ketuntasan
belajar. Pencapaian nilai terendah siswa adalah 35 dan nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 84, dengan nilai rata-rata kelas 58.
Berdasarkan diskusi peneliti dengan guru kelas IV SDN Purwoyoso 01 perlu adanya upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran geometri. Masalah
yang berhubungan dengan kualitas pembelajaran antara lain: a guru belum mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari; b guru sudah membagi
kelompok, namun belum jelas dalam penugasan kepada setiap siswa; c kurangnya rasa tanggung jawab masing-masing siswa terhadap tugas yang
diberikan; d guru juga belum memberikan motivasi yang menyebabkan siswa cenderung pasif; e media yang menunjang proses pembelajaran belum
menggunakan ICT, menyebabkan siswa bosan dan tidak memperhatikan penjelasan guru sehingga hasil belajar matematika siswa di kelas IV pun menjadi
rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan perbaikan untuk memudahkan siswa belajar melaksanakan tanggung jawab individunya sebagai
anggota kelompok dan mengurangi kebosanan atau kejenuhan jika guru mengelompokkan siswa secara permanen.Selain itu juga mengarahkan kegiatan
siswa yang dimulai dengan mencari dan menemukan sifat-sifat bangun ruang melalui benda-benda konkret sehingga mendapatkan kesimpulan umum
Suharjana, 2008: 2.Maka peneliti bersama kolaborator menetapkan alternatif tindakan dengan menerapkan model kooperatif kepala bernomor terstruktur
berbantuan media audio visual untuk meningkatkan kualitas pembelajaran geometri.
Model pembelajaran Kooperatif merupakan rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
dirumuskan Hamdani, 2010: 30. Sedangkan menurut Rusman 2011: 202
pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Menurut Joyce dalam Trianto, 2009: 22, model pembelajaran
lebih mengarah pada desain pembelajaran untuk membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.Salah satu model kooperatif
adalah kepala bernomor, namun peneliti menambahkan dengan teknik kepala bernomor terstruktur.Teknik ini merupakan modifikasi dari kepala bernomor
NHT.Kepala bernomor terstruktur, siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya Lie, 2010:
60.Kepala bernomor terstruktur memudahkan dalam pembagian tugas.Sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional. Menurut Hamid 2011: 222 langkah-langkah dalam model Kooperatif Kepala Bernomor Terstruktur adalah: 1 siswa dibagi dalam
kelompok dan setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor, 2 penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang
berangkai. Misal siswa nomor satu bertugas mencatat soal, siswa nomor dua bertugas mengerjakan soal dan siswa nomor tiga bertugas menyampaikan hasil
diskusi. Setiap pertemuan masing-masing siswa mendapat tugas yang berbeda dari pertemuan sebelumnya, 3 jika perlu, guru bisa meminta siswa kerja sama antar
kelompok. Siswa diminta keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa
dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja
sama mereka, 4 melaporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain, 5 penutup.
Model kooperatif kepala bernomor terstruktur ini berbantuan media audio visual yang merupakan kombinasi audio dan visual atau bisa disebut media
pandang-dengar. Dengan audio visual akan menjadikan penyajian bahan ajar kepada siswa semakin lengkap dan optimal. Selain itu, dalam batas-batas tertentu
dapat juga menggantikan peran dan tugas guru Hamdani, 2010: 249. Dengan penggunaan media audio visual ini akan lebih menarik perhatian dan motivasi
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai sesuai tujuan yang telah ditentukan.
Penelitian dengan menggunakan model kooperatif kepala bernomor terstruktur pernah dilakukan oleh Andrianny 2012: 1 dalam upaya meningkatkan
kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif kepala
bernomor terstruktur dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa setiap siklusnya.Selanjutnya penelitian menggunakan media audio visual dalam
pembelajaran dilakukan oleh Jayanti 2010: 145 dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan media audio visual.Hasil penelitian hasil
belajar siswa setelah guru menggunakan media audio visual sangat baik sekali, rata-rata siswa banyak mendapat hasil yang baik.Dengan begitu penggunaan
media audio visual sangat bermanfaat sekali bagi guru dan siswa, karena guru lebih mudah menjelaskan materi-materi dan menjadikan siswa pintar, cermat dan
berintelektual.
Berdasarkan ulasan latar belakang tersebut maka peneliti akan mengkaji melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “PENERAPAN MODEL
KOOPERATIF KEPALA BERNOMOR TERSTRUKTUR BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS
PEMBELAJARAN GEOMETRI KELAS IV SDN PURWOYOSO 01”
1.2. RUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH