78
peneliti juga mengajak mereka pergi ke beberapa tempat mangkal anak jalanan sekedar mengobrol dan mentraktir minuman kesukaan mereka: ciu dan putihan
yang dicampur minuman berenergi rasa anggur. Proses wawancara, observasi dan pengetesan subjek dilakukan di sela-sela
kegiatan tersebut. Saat wawancara sebisa mungkin subjek dan para informan merasa nyaman dan tidak merasa sedang wawancara.
Ketika seluruh data terkumpul, tahap selanjutnya adalah tahap pascapenelitian. Tahap pascapenelitian ini berisi pengolahan dan analisis data,
pengolahan data dilakukan dengan mengkombinasi dan memilah data yang terkumpul dari masing-masing instrumen. Selain itu proses pendampingan subjek
masih dilakukan dengan memfasilitasi subjek melalui kegiatan-kegiatan yang diadakan Yayasan Setara. Peneliti juga mengusahakan untuk membantu subjek
agar ia kembali kepada keluarganya. Jika tidak memungkinkan peneliti berusaha memfasilitasi agar subjek bersedia tinggal di tempat tinggal alternatif orangtua
asuh atau panti asuhan.
4.2.1 Kendala Penelitian
Saat melakukan penelitian, peneliti menemukan kendala yang menghambat proses pengambilan data. Beberapa kendala tersebut adalah sebagai
berikut: Pertama, waktu pengambilan data seringkali dilakukan pada malam hingga
dini hari pukul 20.00-02.30. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan kegiatan subjek dan para informan. Saat pagi hingga sore hari mereka biasanya masih
79
bekerja ataupun tidur, sedangkan malam hari adalah waktu bagi mereka untuk bersantai dan berkumpul dengan teman-teman mereka. Namun, kendala tersebut
dapat diatasi dengan kesanggupan subjek dan informan saat dilakukan wawancara.
Kedua, subjek yang sering menghilang pada saat proses penelitian menjadi kendala tersendiri bagi peneliti. Sejak peneliti mengenal subjek, sudah tiga kali
subjek tiba-tiba menghilang dan sulit dilacak keberadaannya. Menghilangnya subjek pertama kali pada 23 Oktober 2010 karena ada masalah pribadi dengan
BW. Pencarian dilakukan di tempat yang sering didatangi subjek, serta mencari di tempat-tempat kemungkinan subjek berada dengan menanyakan kepada teman-
teman subjek sesama anak jalanan selain itu juga menanyakan pada teman-teman sesama anak jalanan.
Pada hilangnya subjek kedua kali terjadi pada tanggal 3 November 2010, hilangnya subjek karena adanya kasus perkelahian antara BW dengan PY orang
yang diduga tengah dekat dengan PT. Peneliti mendapatkan kejutan tidak terduga karena justru subjek yang memberitahu peneliti melalui Short Message Service
SMS mengenai keberadaannya. Pada hilangnya subjek yang ketiga terjadi pada tanggal 14 Desember 2010,
peneliti dan pembimbing lapangan mulai kehilangan jejak PT. MD, orang yang dulu dekat dengan subjek memberitahukan bahwa kini subjek dekat dengan laki-
laki lain. Kami pun sempat mencari laki-laki itu dan mendatangi rumahnya, tetapi subjek tidak berada di rumah. Namun, secara keseluruhan kendala yang berkaitan
80
dengan subjek ini dapat diatasi dengan pemanfaatan relasi antara peneliti, pendamping lapangan dan teman-teman anak jalanan.
Ketiga, Besarnya sifat kecenderungan pengamanan safeguarding pada subjek untuk mengakui bahwa ia bukan seorang pelacur. Tetapi kendala tersebut
dapat diatasi dengan triangulasi dari tiga informan yang mengatakan keyakinannya mengenai pekerjaan subjek tersebut sehingga pernyataan ketiga
informan tersebut memperkuat data mengenai pekerjaan subjek sebagai seorang pelacur.
Keempat, Peneliti tidak dapat melacak keberadaan ayah kandung PT suami pertama NR membuat kurangnya informasi mengenai pengungkapan
pengalaman masa kecil childhood memory terutama mengenai informasi pelecehan seksual yang dilakukan ayah kandung terhadap PT. Padahal menurut
teori Adler penting diketahui karena berkaitan dengan prototype yang menentukan kepribadian seseorang pada saat ini. Tidak ditemukannya ayah kandung PT dapat
digantikan dengan kehadiran informan keempat, yaitu MD. Kelima, penelitian mengenai anak jalanan perempuan yang terlibat
pelacuran tidak semudah yang peneliti bayangkan sebelumnya. Sebagai seorang perempuan yang memakai jilbab, peneliti pernah ditanyai kesiapan melakukan
penelitian ini oleh staf lapangan Yayasan Setara. Peneliti juga pernah ditanyakan mengenai kesediaan melepas jilbab dan mengikuti gaya hidup seperti merokok,
bermain kartu, dan minum minuman beralkohol agar dapat lebih menyatu dengan mereka. Pada saat itu, peneliti memiliki kebimbangan untuk menjalani totalitas
penelitian ataukah tetap menjadi diri sendiri seutuhnya. Tetapi kendala ini dapat
81
diatasi dengan keyakinan peneliti untuk tetap menjadi diri sendiri, berbaur dengan apa adanya, dan berusaha menyatu dengan anak-anak jalanan. Akhirnya,
merekapun terbiasa dengan kehadiran peneliti dan menaruh kepercayaan pada peneliti selayaknya teman mereka sendiri.
4.3 Temuan Penelitian