133
4.4.5 Gaya Hidup Life Style
Style of life is the term Adler 1998: 78 used to refer to the flavor of a
person’s life. It includes a person’s goal, self-concept, feelings for others, and attitude toward the world. It is the product of the interaction of heredity,
environment, and a person’s creative power. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa dengan konsep gaya hidup, Adler menjelaskan keunikan manusia. Setiap
orang memiliki tujuan, merasa inferior, berjuang menjadi superior, dan dapat diwarnai atau tidak diwarnai oleh minat sosial.
Tujuan hidup PT adalah menuju kebebasan, hal ini dijelaskan melalui perilaku PT seperti: alcoholic, drugs, merokok, perilaku kriminal, berganti-ganti
pasangan dan berbohong mythomania. Gaya hidup PT tersebut merupakan manifestasi dari tujuan hidup PT yaitu meraih kebebasan. Kebebasan menurut PT
adalah kebebasan yang diukur dari dirinya sendiri tanpa ada aturan dari orang lain. Adler 1998: 78 menyatakan bahwa gaya hidup terbentuk pada usia 4-5
tahun. Gaya hidup itu tidak hanya ditentukan oleh kemampuan intrinsik hereditas dan lingkungan objektif, tetapi dibentuk oleh anak melalui
pengamatannya dan interpretasinya terhadap keduanya. Tetapi berdasarkan data yang ditemukan di lapangan, gaya hidup PT yang sekarang ini terbentuk pada
usia 8 tahun saat ia mengalami kekerasan oleh orang tua dan pamannya. Disamping mengalami pelecehan seksual saat usia 8 tahun, PT tidak
menemukan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya sehingga ia mencari kepuasan akan kasih sayang dan perhatian dari teman sebayanya di lingkungan
terdekat. Teman sebayanya berasal dari kalangan anak jalanan, sehingga dari
134
sinilah PT mendapatkan pengaruh pada perilakunya. Pada usia 8 tahun inilah gaya hidup PT mulai terbentuk dan mempengaruhi kehidupannya saat ini.
4.4.6 Kekuatan Diri Kreatif Creative Power of the Self
Diri kreatif creative power of the self bersifat padu, konsisten, berdaulat dalam struktur kepribadian. Menurut Adler dalam Feist, 1998: 79 keturunan
memberi kemampuan tertentu dan lingkungan memberi kesan tertentu. Setiap orang memiliki kekuatan untuk bebas menciptakan gaya hidupnya sendiri-sendiri.
Manusia memiliki kekuatan kreatif untuk mengontrol kehidupan dirinya, bertanggung jawab mengenai tujuan finalnya, menentukan cara memperjuangkan
mencapai tujuan itu, dan menyumbang pengembangan minat sosial. Kekuatan diri kreatif itu membuat setiap manusia menjadi bebas dan bergerak menuju tujuan
hidupnya. PT mempunyai kekuatan kreatif untuk mengontrol kehidupan dirinya
dengan menentukan cara memperjuangkan tujuan hidupnya kebebasan yaitu dengan hidup di jalanan, berganti-ganti pasangan, dan melakukan hubungan seks
dengan banyak orang sexual instinct poligamously. Saat hidup di jalan, tidak ada orang yang berhak mengaturnya. Begitu pula PT enggan untuk terikat dengan
komitmen pernikahan, sehingga ia lebih suka berganti-ganti pasangan dan melakukan hubungan seksual dengan banyak laki-laki.
PT memiliki tujuan final yaitu kebebasan yang tidak jelas karena ia pribadi yang memiliki tanggung jawab rendah. Hal ini dapat diketahui dari rendahnya
perawatan diri, rendahnya komitmen terhadap pasangan, rendahnya tanggung
135
jawab terhadap cita-cita dan rendahnya tanggung jawab untuk memenuhi janji saat mengadakan pertemuan dengan peneliti.
Cara PT memperjuangkan tujuannya dengan kebiasaan berbohong. Kebiasaan ini dilakukan PT untuk membuat orang lain berempati pada dirinya
sehingga ia dapat dengan mudah mendapatkan materi dan perlindungan. Selain itu, minat sosial PT sangat rendah karena perjuangan superioritasnya hanya
terpusat pada dirinya sendiri. Adler 1998: 79 menyatakan bahwa kekuatan diri kreatif membuat setiap
manusia menjadi manusia bebas, bergerak menuju tujuan yang terarah. Hal ini tidak terjadi pada kasus PT, meskipun PT adalah individu yang bebas tetapi ia
bergerak menuju tujuan yang tak terarah.
4.4.7 Cara Subjek Bertindak Terhadap Masalah yang Terjadi