67
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Setting Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Kota Semarang
Semarang sebagai ibukota provinsi Jawa Tengah memiliki letak geografis yang sangat menguntungkan. Kota Semarang memiliki posisi geostrategis karena
berada pada jalur lalu lintas ekonomi pulau Jawa dan merupakan koridor pembangunan Jawa Tengah yang terdiri dari empat simpul pintu gerbang yakni
koridor pantai Utara; koridor Selatan ke arah kota-kota dinamis seperti Kabupaten Magelang, Surakarta yang dikenal dengan koridor Merapi-Merbabu, koridor
Timur ke arah Kabupaten Demak dan Grobogan; dan Barat menuju Kabupaten Kendal. Secara geografis wilayah Kota Semarang berada antara 6
o
50’- 7
o
10’ Lintang Selatan dan 109
o
35’ – 110
o
50’ Bujur Timur. Ketinggian kota Semarang terletak antara 0,75 sampai dengan 384 di atas garis pantai BPS Kota Semarang,
2009: 2. Semarang sangat berperan terutama dengan adanya pelabuhan. Dalam
perkembangan dan pertumbuhan Jawa Tengah, jaringan transport darat jalur kereta api dan jalan serta transport udara yang merupakan potensi bagi simpul
transportasi Regional Jawa Tengah dan Kota Transit Regional Jawa Tengah. Posisi lain yang tak kalah pentingnya adalah kekuatan hubungan dengan luar
Jawa, secara langsung sebagai pusat wilayah nasional bagian tengah.
68
Secara administratif Kota Semarang terbagi menjadi 16 Kecamatan dan 177 Kelurahan. Dari 16 Kecamatan yang ada, terdapat 2 Kecamatan yang
mempunyai wilayah terluas yaitu Kecamatan Mijen, dengan luas wilayah 57,55 km
2
dan Kecamatan Gunungpati, dengan luas wilayah 54,11 km
2
. Kedua Kecamatan tersebut terletak di bagian selatan yang merupakan wilayah perbukitan
yang sebagian besar wilayahnya masih memiliki potensi pertanian dan perkebunan. Sedangkan kecamatan yang mempunyai luas terkecil adalah
Kecamatan Semarang Selatan, dengan luas wilayah 5,93 Km
2
diikuti oleh Kecamatan Semarang Tengah, dengan luas wilayah 6,14 km
2
. Secara Demografi, berdasarkan data statistik Kota Semarang penduduk
Kota Semarang periode tahun 2005-2009 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 1,4 per tahun. Pada tahun 2005 adalah 1.419.478 jiwa, sedangkan pada
tahun 2009 sebesar 1.506.924 jiwa, yang terdiri dari 748.515 penduduk laki-laki, dan 758.409 penduduk perempuan.
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kota Semarang
Tahun 2005-2009
No Tahun Jumlah
Penduduk Pertumbuhan
Laki-laki Perempuan Jumlah 1 2005 705.627 713.851
1.419.478 1,45
2 2006 711.755 722.270 1.434.025
1,06 3 2007 722.026 732.568
1.454.594 1,43
4 2008 735.457 746.183 1.481.640
1,86 5 2009 748.515 758.409
1.506.924 1,71
Sumber: BPS Kota Semarang, 2009
69
Peningkatan jumlah penduduk tersebut dipengaruhi oleh jumlah kelahiran, kematian dan migrasi. Pada tahun 2005 jumlah kelahiran sebanyak 19.504 jiwa,
jumlah kematian sebanyak 8.172 jiwa, penduduk yang datang sebanyak 38.910 jiwa dan penduduk yang pergi sebanyak 29.107 jiwa. Besarnya penduduk yang
datang ke Kota Semarang disebabkan daya tarik kota Semarang sebagai kota perdagangan, jasa, industri dan pendidikan BPS Kota Semarang, 2009: 26-27.
Seiring dengan perkembangan Kota, Kota Semarang berkembang menjadi kota yang memfokuskan pada perdagangan dan jasa. Berdasarkan lokasinya,
kawasan perdagangan dan jasa di Kota Semarang terletak menyebar dan pada umumnya berada di sepanjang jalan-jalan utama. Kawasan perdagangan modern,
terutama terdapat di Kawasan Simpanglima yang merupakan urat nadi perekonomian Kota Semarang.
Di kawasan tersebut terdapat setidaknya tiga pusat perbelanjaan, yaitu Matahari, Living Plaza ex-Ramayana dan Mall Ciputra, serta PKL-PKL yang
berada di sepanjang trotoar. Selain itu, kawasan perdagangan jasa juga terdapat di sepanjang Jl. Pandanaran dengan adanya kawasan pusat oleh-oleh khas Semarang
dan pertokoan lainnya serta di sepanjang Jl. Gajahmada. Kawasan perdagangan jasa juga dapat dijumpai di Jl. Pemuda dengan adanya DP mall, Paragon City dan
Sri Ratu serta kawasan perkantoran. Kawasan perdagangan terdapat di sepanjang Jl. MT Haryono dengan
adanya Java Supermall, Sri Ratu, ruko dan pertokoan. Adapun kawasan jasa dan perkantoran juga dapat dijumpai di sepanjang Jl. Pahlawan dengan adanya kantor-
kantor dan bank-bank. Belum lagi adanya pasarpasar tradisional seperti Pasar
70
Johar di kawasan Kota Lama juga semakin menambah aktivitas perdagangan di Kota Semarang.
Seiring dengan perkembangan tersebut menimbulkan masalah-masalah yang harus cepat diatasi. Permasalahan tersebut antara lain kerusakan lingkungan,
pertumbuhan penduduk yang cukup pesat baik perpindahan maupun kelahiran. Arus perpindahan penduduk dari kota-kota disekitarnya demikian pesat,
begitupula dengan pusat-pusat kegiatan, baik kegiatan pemerintahan dan pembangunan, ekonomi dan perdagangan, hiburan dan sebagainya. Tidak dapat
dipungkiri bahwa dengan berdirinya kantor-kantor, pabrik, dan berbagai sarana hiburan menyebabkan orang-orang dari luar kota berbondong-bondong masuk ke
Kota Semarang. Apalagi hal ini didukung oleh sarana transportasi yang memang komplit seperti transportasi darat, laut, dan udara. Jaringan transportasi umum di
Kota Semarang telah disediakan berbagai fasilitas yang menunjang yaitu stasiun, terminal, pelabuhan, dan bandara. Pengguna jasa transportasi darat dengan bus
dapat dilayani melalui terminal Terboyo, sub terminal Penggaron dan sub terminal Mangkang. Sedangkan untuk pengguna jasa kereta api dilayani melalui Stasiun
Besar Tawang dan Stasiun Kereta Api Poncol. Pengguna transportasi laut dilayani melalui pelabuhan Tanjung Emas, sedangkan pengguna jasa transportasi udara
dapat dilayani melalui Bandara Ahmad Yani. Pertumbuhan kota yang demikian pesat juga ikut berpengaruh terhadap
kebiasaan dan budaya masyarakat kota Semarang. Munculnya sarana dan tempat- tempat hiburan yang beroperasi sampai malam hingga dini hari menyebabkan kota
ini tidak pernah sepi. Banyak orang dengan berbagai kesibukan baik bekerja
71
maupun bersantai di tempat umum pada malam hari menyebabkan seolah-olah tidak ada perbedaan waktu antara siang dan malam, dengan demikian orang-orang
bahkan anak-anak menjadi betah tinggal di tempat-tempat umum. Efek kegiatan tersebut maka anak-anak yang kehilangan kontrol
orangtuanya atau anak-anak yang tidak mendapatkan kenyamanan di rumah akan beralih ke tempat-tempat tersebut demi memuaskan kebutuhan akan
kesenangannya. Anak-anak itu kemudian lupa akan kewajibannya menuntut ilmu, terjebak dalam kesenangan semu, pergaulan bebas, hingga terlibat dalam
pelacuran. Penelitian ini mengambil kasus yang ada di kota Semarang dengan
pertimbangan bahwa Semarang merupakan salah satu kota terbesar kelima di Indonesia yang juga tidak luput menjadi lokasi kegiatan anak jalanan. Tentunya
Kota Semarang memiliki lembaga khusus baik yang dibentuk pemerintah, bekerjasama dengan pemerintah maupun lembaga non pemerintah yang bergerak
di bidang pengabdian masyarakat, khususnya pada masalah anak jalanan. Semarang awalnya memiliki empat RPSA Rumah Perlindungan Sosial Anak
yang bekerjasama dengan pemerintah khususnya Dinas Kesejahteraan Sosial, namun saat ini hanya dua RPSA yang masih aktif yaitu RPSA Gratama yang
dikelola oleh yayasan Gradhika dan RPSA Anak Bangsa yang dikelola oleh yayasan sosial Soegijopranoto. Selain itu ada lembaga-lembaga lain seperti
Lembaga Perlindungan Anak Provinsi Jawa Tengah LPA Jateng, Griya ASA PKBI, Perisai, KJ HAM, Yayasan Setara dan sebagainya. Penelitian ini
bekerjasama dengan salah satu lembaga tersebut yaitu Yayasan Setara
72
4.1.2 Profil Yayasan Setara