40
Beberapa anak meninggalkan rumah karena tidak nyaman berada dalam lingkungan rumah sedangkan beberapa anak meninggalkan rumah sebagai
bentuk pemberontakan pada orangrua. Konflik yang terjadi antara orangtua dan anak menyebabkan anak berusaha melepaskan ketergantungan pada orangtuanya
dan membangun gambaran diri yang nyata self reliance sebagai bentuk sifat dari orang dewasa. Flowers, 2001; Steinberg, 2001.
Dari penjabaran diatas dapat diambil kesimpulan bahwa yang mendorong anak-anak menjadi pelacur antara lain: faktor ekonomi atau kondisi kemiskinan,
pemenuhan standar hidup yang tinggi, adanya kebutuhan seks yang tinggi, faktor sosial budaya dan kebodohan sosial, kenakalan remaja delinquency, anak-anak
yang meninggalkan rumah running away, anak-anak yang tidak memiliki rumah homelessness, anak-anak yang mengalami kekerasan dan pengabaian
abuse and neglect, disfungsi keluarga family dysfunction, dan anak-anak yang memberontak Rebellion.
2.1.3.3 Tipe-tipe Praktik Pelacuran Anak
Pada dasarnya pelacuran anak dapat digolongkan dua tipe berdasarkan latar belakang dan motivasi yaitu golongan dimana anak terjun ke dunia pelacuran
karena dorongan sosial dan budaya sedangkan tipe kedua adalah anak yang terjun dikarenakan dorongan yang sifatnya individual misalnya pengaruh keluarga tidak
harmonis, tekanan ekonomi, pergaulan seks bebas, keinginan material Kantor Perburuhan Nasional 2002.
41
Namun begitu secara spesifik dikenal pula berbagai tipe pelacuran. Ada tiga macam tipe pelacuran menurut hubungannya dengan pihak pengelola yaitu
bekerja sendiri tanpa calo atau majikan dikenal dengan prostitusi freelance. Kedua adalah pelacur anak yang memiliki calo atau beberapa calo yang saling terkait
secara hirarkhis. Tipe ketiga, pelacur yang dibawah naungan sebuah lembaga atau organisasi mapan.
Pelacur freelance seringkali beroperasi di pinggir jalan, mal, atau masuk bar ke bar lainnya. Tipe ini juga ditemui di Prumpung Jakarta Timur, biasanya
terjadi pada pelacur anak yang merasa ditindas, dirugikan atau dikekang oleh germo sehingga memutuskan freelance dengan konsekuensi mencari langganan
sendiri tanpa campur tangan germo. Pelacur anak yang baru biasanya masih membutuhkan ikatan dengan germo karena belum mengenal medan dan sasaran,
sedangkan yang relatif lama lebih mandiri karena mengetahui peta konsumen dan bahkan memiliki langganan tetap.
Tipe kedua biasanya hanya memperoleh sebagian kecil dari uang yang dibayarkan oleh konsumen. Sedangkan tipe ketiga adalah pelacur yang tergabung
dalam panti pijat, tempat lokalisasi, dan hotel-hotel Saptari dan Holzner 1997: 391-392 dalam Kantor Perburuhan internasional Program Internasional
Penghapusan Pekerja Anak 2002. Penelitian Harry Benjamin dan R.E.L Masters dalam Flowers 2001: 87-
88 membagi pelacuran dalam dua tipe besar, yaitu pelacuran yang terjadi secara sukarela voluntary prostitutes dan pelacuran yang terjadi karena paksaan
compulsive prostitutes. Pelacuran yang terjadi secara sukarela, menerima
42
pekerjaan tersebut dengan pikiran yang rasional dan pilihan bebas. Sedangkan pelacuran karena paksaan menjual jasa seksualitasnya berdasarkan kebutuhan
keterpaksaan karena kebutuhan psikoneurotik ataupun ketergantungan narkotika. Paul Goldstein dalam Flowers 2001: 87-88, membagi komitmen terhadap
prostitusi dihitung berdasarkan frekuensi terhadap suatu komitmen. Ada tiga tipe prostitusi dilihat dari komitmen bekerjanya, yaitu sementara temporary, kadang-
kadang occasional, dan terus-menerus continual. Penjelasan tipe prostitusi menurut Flowers 2001: 87-88, sebagai berikut:
1. Prostitusi sementara temporary prostitute merupakan kegiatan prostitusi yang
dilakukan secara hati-hati yang berlangsung kurang dari enam bulan dalam lingkungan pergaulan yang spesifik.
2. Prostitusi kadang-kadang occasional prostitute merupakan kegiatan prostitusi
yang dilakukan dua atau lebih selama enam bulan. 3.
Prostitusi yang kontinyu continual prostitute prostitusi yang terjadi setidaknya dalam enam bulan dalam lingkungan pergaulan yang spesifik, pada
basis yang tetap. Jenis lain pelacuran berdasarkan kategori tingkatan menurut Dermawan
1998: 2 dalam Utami 2002: 21 yaitu: street walker, bar girls, studio model dan escort, masseuses, hotel and conventional prostitutes, call girls. Walaupun
peletakan tipe pelacur ke dalam rentang tingkatan tidaklah dapat dikatakan sempurna namun secara umum dapat dikatakan sempurna namun secara umum
dapat dikatakan bahwa streetwalkers berada pada tingkatan terentah, sedangkan call girl ada pada tingkatan tertinggi.
43
Ditinjau dari kondisi dan sifat kerjanya streetwalkers merupakan tipe pelacuran yang paling transparan atau mudah dilihat, didekati konsumen, harga
dan tipe pelayanan seksual dapat ditawar, transaksi biasanya dilakukan di hotel murahan atau bahkan di mobil, truk, dll. Berbeda dengan call girls yang selain
berpenampilan menarik, orang yang mempunyai kelebihan dalam bidang sosial, pintar, pandai membawa diri. Dalam bisnisnya dirancang sebagian besar melalui
telpon sehingga sifat dan kondisi kerjanya lebih tertutup dibanding streetwalker.
2.2 Kajian Pustaka
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya baik berupa jurnal, skripsi, tesis, maupun penelitian yang diadakan oleh lembaga sosial. Hasil
penelitian tersebut cukup relevan dengan penelitian mengenai dinamika kepribadian anak jalanan perempuan yang terlibat pelacuran. Dari penelitian-
penelitian tersebut, ada satu penelitian dilakukan oleh Kemala Sukma pada tahun 2003 mengenai fenomena pelacuran anak jalanan di Yogyakarta, satu penelitian
dilakukan oleh Carolina Nitimiharjo pada tahun 2000 yang mengungkap mengenai pengaruh kepribadian terhadap pelacuran anak. Dua hasil penelitian
yang mengungkap mengenai harapan pelacur anak dan berkenaan dengan penetapan tujuan hidup yang realistis dilakukan oleh Debora, dkk pada tahun
2004 dan Kantor Perburuhan internasional tahun 2004, dan satu hasil penelitian yang mengungkap mengenai hubungan pelacur anak dengan teman dan kerabat
dilakukan oleh Arif Wahyunadi, dkk UNICEF pada tahun 2004.