22
menentukan cara memperjuangkan tujuan itu, dan menyumbang pengembangan minat sosial. Kekuatan diri kreatif itu membuat setiap manusia bebas, bergerak
menuju tujuan yang terarah.
2.1.2 Anak Jalanan Perempuan
2.1.2.1 Definisi Anak Jalanan Perempuan
Konsep anak didefinisikan dan
dipahami
secara bervariasi, tentunya dengan sudut pandang dan kepentingan yang berbeda, terutama mengenai batasan
usia bagi anak. Menurut Convention on the Right of the Child tahun 1989 yang telah diratifikasi pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 39
tahun 1990 menyebutkan bahwa anak adalah mereka yang berusia 18 tahun ke bawah. UNICEF mendefinisikan anak sebagai “penduduk yang berusia 0 sampai
dengan 18 tahun” Huraerah, 2006: 19. Undang-undang Republik Indonesia nomor 4 tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak mendefinisikan bahwa anak adalah “mereka yang belum berusia 21 tahun dan belum menikah.” Sementara itu, berdasarkan ketentuan
umum pasal 1 ayat 1 Undang-undang Republik Indonesia nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa anak adalah “seseorang yang
belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.” Chaplin 2005: 83 mendefinisikan istilah anak sebagai “seseorang yang belum mencapai
tingkat kedewasaan.” Hal ini berarti anak adalah seorang individu di antara kelahiran dan masa
pubertas, atau seorang individu di antara masa kanak-kanak masa pertumbuhan
23
atau masa kecil dan masa pubertas. Walaupun berbeda dalam mendefinisikan usia anak, beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak adalah
seseorang yang berusia di bawah 18 tahun termasuk anak yang masih berada dalam kandungan dan belum menikah. Penjelasan ini digunakan sebagai batasan
yang lugas antara anak yang masih berada dalam tanggung jawab orang tua dan anak yang sudah tidak menjadi tanggung jawab orang tua. Anak yang sudah tidak
menjadi tanggung jawab orang tua adalah seseorang yang sudah menikah dan otomatis sudah menjadi tanggung jawab kepala rumah tangga walaupun masih
dalam kategori usia anak. Departemen Sosial dalam Lokakarya Kemiskinan dan Anak Jalanan tahun
1995 mendefinisikan anak jalanan sebagai “anak yang menghabiskan sebagian waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan dan tempat-tempat umum
lainnya.” Definisi tersebut dikembangkan Johanes dalam Huraerah 2006: 80 yang menyebutkan bahwa anak jalanan adalah “anak yang menghabiskan waktunya di
jalanan, baik untuk bekerja maupun tidak, yang terdiri dari anak-anak yang mempunyai hubungan dengan keluarga atau terputus hubungannya dengan keluarga, dan anak yang
mandiri sejak kecil karena kehilangan orang tua atau keluarga.” Ada berbagai istilah yang digunakan untuk menyebut anak jalanan
perempuan seperti kere, gelandangan, anak mandiri, tekyan setitik tur lumayan, istilah tekyan awalnya digunakan oleh para copet di Semarang yang kemudian
berkembang sebagai istilah untuk menyebut anak jalanan. Istilah lainnya yaitu anak 505. Istilah ini sering digunakan oleh anak jalanan di Semarang. 505 diambil
dari nomor pasal dalam KUHP mengenai pelanggaran terhadap ketertiban umum
24
yang digunakan sebagai dasar memberikan hukuman oleh pengadilan terhadap anak-anak jalanan yang tertangkap razia Shalahuddin, 2000: 5.
Menurut Hapsari 2007: 63 anak jalanan perempuan di Yogyakarta dikenal dengan istilah rendan atau singkatan dari kere miskin dandan, yang bias
diartikan meskipun mereka tidak memiliki uang, tapi penampilan mereka tidak kalah dengan perempuan rumahan. Perilaku mereka tidak berbeda dengan
kebanyakan anak perempuan yang rentan turun ke jalan karena faktor gaya hidup. Istilah anak jalanan perempuan yang berada dalam prostitusi jalanan
disebut ciblek. Istilah ciblek diambil dari nama sebuah burung yang bentuk fisiknya kecil, tetapi lincah dan suara ocehannya keras dan menarik sehingga
indah dipandang dan didengar. Burung tersebut dikenal dengan sebutan ciblak. Namun, orang Semarang lebih mudah mengucapkan ciblek. Kondisi dan sifat
inilah yang dianalogkan dengan anak-anak perempuan di Semarang yang suka keluar malam, mempunyai sifat lincah, ramah, enerjik, suka diajak jalan-jalan
memutari kota, makan, dan mau melayani “cinta instan” Suyanto, 2002: 40. Dalam perkembangannya, ciblek ini menjadi akronom atau singkatan dari cilik-
cilik betah melek atau cilik-cilik iso digemblek. Berdasarkan pengertian anak jalanan perempuan diatas, dapat disimpulkan
bahwa anak jalanan perempuan merupakan anak perempuan yang berusia dibawah 18 tahun, banyak melakukan aktifitas di jalanan, masih memiliki hubungan
keluarga ataupun sudah putus hubungan keluarga serta memiliki kemampuan untuk memikat lawan jenis dengan bujuk rayu uri-uri demi mendapatkan
imbalan berupa uang atau perlindungan.
25
2.1.2.2 Kategori Anak Jalanan