Perjuangan Menuju Superioritas Dinamika Kepribadian

16 Sebaliknya, jika anak mengalami cinta dan keamanan, mereka membuat tujuan yang sebagian besar disadari dan dipahami. Anak yang secara psikologis sehat, berjuang menjadi superiorita memakai tolok ukur kesuksesan dan minat sosial. Walaupun tujuan final tidak pernah disadari secara lengkap, individu yang secara psikologis masak memahami dan berjuang mengejar tujuan itu dengan kesadaran yang tinggi.

2.1.1.3 Perjuangan Menuju Superioritas

Pada tahun 1908, Adler telah mencapai kesimpulan bahwa agresi lebih penting daripada seksualitas. Kemudian impuls agresif itu diganti dengan “hasrat akan kekuasaan’. Adler mengidentifikasikan kekuasaan dengan sifat maskulin dan kelemahan dengan sifat feminin. Pada tahap pemikiran inilah kira-kira tahun 1900 ia mengemukakan ide tentang “protes maskulin” suatu bentuk kompensasi berlebihan yang dilakukan baik oleh pria maupun wanita jika mereka merasa tidak mampu dan rendah diri. Kemudian, Adler menggantikan “hasrat akan kekuasaan” dengan “perjuangan kearah superioritas” yang tetap dipakainya untuk seterusnya. Jadi ada tiga tahap dalam pemikiran Adler tentang tujuan final manusia, yakni: menjadi agresif, menjadi berkuasa, dan menjadi superior. Adler menegaskan bahwa superioritas bukan pengkotakan sosial, kepemimpinan, atau kedudukan yang tinggi dalam masyarakat. Tetapi superioritas yang dimaksudkan Adler adalah sesuatu yang sangat mirip dengan konsep Jung tentang diri atau prinsip aktualisasi diri dari Goldstein. Superioritas adalah perjuangan kearah kesempurnaan. Ia merupakan “dorongan kuat ke atas”. Dengan kata lain, perjuangan menuju superioritas merupakan tujuan final yang 17 diperjuangkan oleh manusia dan memberikan konsistensi dan kesatuan pada kepribadian. Saya mulai melihat dengan jelas dalam setiap gejala psikologi perjuangan kearah superioritas. Perjuangan itu berjalan sejajar dengan pertumbuhan fisik dan merupakan suatu kebutuhan yang ada dalam kehidupan sendiri. Dorongan itu merupakan akar dari semua pemecahan masalah hidup dan tampak dari cara kita memecahkan masalah ini. Semua fungsi kita mengikuti jejaknya. Mereka berjuang mendambakan kemenangan, rasa aman, peningkatan, entah dalam arah yang benar atau salah. Impetus dari minus ke plus tidak pernah berakhir. Dasar pemikiran apapun yang diimpikan semua filsuf dan psikolog kita – pelestarian diri, prinsip kenikmatan, ekualisasi – semuanya hanya merupakan gambar kabur, usaha – usaha untuk melukiskan dorongan kuat ke atas Adler 1930: 398 dalam Hall and Lindzey, 1993:245 Adler menyatakan bahwa perjuangan ini bersifat bawaan; bahwa ia merupakan bagian dari hidup; malahan hidup itu sendiri. Dari lahir sampai mati perjuangan kearah superioritas itu membawa sang pribadi dari satu tahap perkembangan ke tahap – tahap perkembangan berikutnya yang lebih tinggi. Ia merupakan prinsip prepoten. Dorongan-dorongan tidak terpisah, Karena masing- masing dorongan mendapatkan dayanya dari perjuangan kearah kesempurnaan. Adler mengakui bahwa dorongan kearah superioritas itu menjelma dengan beribu- ribu cara yang berbeda-beda gaya hidup, dan bahwa setiap orang mempunyai cara kongkret masing-masing untuk mencapai atau berusaha mencapai kesempurnaan.

2.1.1.4 Minat Sosial Social Interest