61
keinginan, sifat-sifat kepribadian dan sikap-sikap keluarga terhadap kehidupannya.
3.4.5.2 HTP House-Tree-Person
House-Tree-Personmenggambar rumah-pohon-manusia HTP dipublikasikan oleh J.N Buck pada tahun 1948. awalnya merancang tes untuk
menilai penyesuaian kepribadian, Karyono dan Listiara 2005: 3. Umumnya HTP dapat di interpretasikan sebagai penggambaran baik
menyangkut sikap dan perasaan terhadap orang-orang yang penting dalam hidup individu maupun perasaan yang terarah kepada diri self individu sendiri. Bagi
sejumlah individu, rumah menggambarkan hubungan mereka dengan ibu mereka, pohon menggambarkan perasaan-perasaan mereka pada ayah mereka, dan
manusia menggambarkan perasaan-perasaan mengenai diri mereka sendiri Karyono dan Listiara, 2005: 38.
Tes diberikan dengan cara meminta subjek untuk membuat sebuah gambar pada selembar kertas putih bersih 8.5 x 11 inchi dengan posisi horizontal dan
dengan pensil. Instruksi yang diberikan “buatlah gambar yang didalamnya ada rumah, pohon, dan manusia”.
3.5 Analisis dan Interpretasi
Data
Poewandari 2009: 171-172 menjelaskan langkah penting pertama sebelum analisis dilakukan adalah membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh.
Koding dapat dimaksudkan untuk mengorganisasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang
62
dipelajari. Langkah awal koding dapat dilakukan melalui: 1.
Peneliti menyusun transkip verbatim kata demi kata atau catatan lapangannya sedemikian rupa sehingga ada kolom kosong yang cukup besar
disebelah kiri dan kanan transkip tersebut. 2.
Peneliti secara urut dan kontinyu melakukan penomoran pada baris-baris transkip atau catatan lapangan tersebut.
3. Peneliti menggunakan nama untuk masing-masing berkas dengan kode
tertentu. Kode yang dipilih haruslah kode yang mudah diingat dan dianggap paling tepat mewakili berkas tersebut. Jangan lupa untuk selalu
membubuhkan tanggal ditiap berkas. Penggunaan analisis tematik sebagai dasar analisis penelitian kualitatif
memungkinkan peneliti menemukan pola yang pihak lain tidak melihatnya secara jelas. Setelah kita menemukan pola “seeing”, kita akan mengklasifikasikan atau
meng’encode’ pola tersebut “seeing as” dengan memberi label, definisi atau deskripsi Boyatzis, 1998 dalam Poerwandari, 2009: 173. Tema tersebut secara
minimal dapat mendeskripsikan fenomena, dan secara maksimal memungkinkan interpretasi fenomena. Suatu tema dapat diidentifikasi pada tingkat termanifestasi
manifest level, yakni yang secara langsung dapat terlihat. Suatu tema juga dapat ditemukan pada tingkat laten latent level, tidak secara eksplisit terlihat, tetapi
mendasari atau membayangi underlying the phenomenon. Setelah langkah-langkah penyusunan koding, peneliti dapat mulai
memberikan perhatian pada substansi data yang dikumpulkannya. Setelah itu, membaca transkrip beberapa kali agar peneliti memperoleh ‘sense’ tentang hal-hal
63
berkenaan dengan subjek penelitian. Peneliti kemudian menyeleksi fakta-fakta relevan, atau dengan kata lain membuat catatan mengenai padatan fakta. Padatan-
padatan fakta itu akan membawa kita pada tema atau kata-kata kunci. Kata-kata kunci dapat diambil dari istilah yang dipakai oleh responden
sendiri, yang oleh peneliti dianggap benar-benar tepat dan dapat mewakili fenomena yang dijelaskan. Sementara itu, konsep yang diambil peneliti umumnya
adalah konsep-konsep yang telah dikenal dan digunakan dalam literatur atau disiplin ilmu yang terkait.
Proses interpretasi memerlukan distansi upaya mengambil jarak dari data, dicapai melalui langkah-langkah metodis dan teoretis yang jelas, serta melalui
dimasukkannya data dalam konteks konseptual yang khusus. Interpretasi yang mengacu pada ‘pemahaman diri’ subjek penelitian harus divalidasi dalam
kerangka subjek penelitian tersebut. Interpretasi ‘pemahaman umum’ harus divalidasi dalam kerangka pemahaman umum masyarakat atau kelompok,
misalnya melalui konsensus atau pemahaman bersama. Sementara itu, interpretasi ditingkat pemahaman teoretis harus dilihat misalnya melalui apakah teori tersebut
cocok untuk bidang yang dipelajari, apakah interpretasi yang dilakukan telah mengikuti logika teori yang dipakai dan sebagainya Kvale, 1996 dalam
Poerwandari 2009: 194.
3.6 Keabsahan Data