Hubungan Intersepsi Hujan dengan Sifat Hujan dan Karakter Vegetasi

75

5.6 Hubungan Intersepsi Hujan dengan Sifat Hujan dan Karakter Vegetasi

Intersepsi merupakan bagian curah hujan yang tertahan di vegetasi dan tidak mencapai permukaan tanah Nilai ini merupakan selisih antara curah hujan yang diterima pada tajuk dan curah hujan neto. Berdasarkan hal tersebut, maka intersepsi hujan selama periode I adalah sebanyak 686,35 mm atau rata-rata 3,4 mm± 2,8 per hari hujan. Ini berarti kondisi vegetasi beserta sifat hujan di lokasi penelitian menyebabkan reduksi hujan yang tiba dipermukaan tanah sebanyak 36,34 . Nilai intersepsi hujan pada berbagai sifat hujan disajikan pada Lampiran 10 dan 13. Analisis regresi hubungan antara curahan tajuk dengan sifat hujan dan vegetasi, serta hubungan antara aliran batang dengan sifat hujan dan vegetasi hutan, maka diperoleh petunjuk bahwa curah hujan yang mencapai permukaan tanah, dominan dipengaruhi oleh jeluk hujan dan ILD. Ini dapat diartikan bahwa kedua komponen tersebut juga dominan pengaruhnya terhadap intersepsi hujan. Secara matematika hubungan antara jeluk hujan dan ILD dengan intersepsi hujan disajikan pada Gambar 33. dan persamaan 40 Ic = 0.980+0.239P+0.035ILD …………………… 40 R 2 = 0,78 16 12 8 4 Gambar 33. Hubungan intersepsi hujan dengan Jeluk hujan dan ILD Adapun hasil uji persamaan duga intersepsi 40 terhadap nilai observasi disajikan pada Gambar 34. 76 Predicted vs. Observed Values Dependent variable: Ic Uraian Sataun Nilai Hubungan antara intersepsi hujan dengan jeluk hujan dan ILD menunjukkan pengaruh jeluk hujan lebih dominan dibandingkan dengan ILD. Selain itu secara alami variabilitas nilai ILD dan perubahannya lebih kecil dibandingkan dengan jeluk hujan. Adapun hubungan antara intersepsi hujan dengan jeluk hujan menunjukkan pola yang bersifat logaritmik. Peningkatan jeluk hujan 5 mm menyebabkan intersepsi hujan meningkat secara nyata. yakni 61,2 dari curah hujan dengan intensitas hujan rata-rata 4,7 mmjam Akan tetapi pada jeluk hujan yang melebihi 20 mm dengan intensitas hujan rata-rata 15,2 mmjam maka porsi curah hujan yang diintersepsi berkurang secara nyata yakni hanya 27,1 , Secara proporsional terhadap jeluk hujan, intersepsi hujan yang tinggi pada jeluk 0,5-5 mm per hari hujan juga dikarenakan intensitas hujan pada jeluk ini adalah rendah yakni hanya 4,7 mmjam, sedangkan pada jeluk yang lebih besar dari 20 mm per hari hujan intensitasnya mencapai 15,2 mm. Secara teoritik, jeluk hujan yang tinggi disertai dengan intensitas yang tinggi maka proses pejenuhan tajuk menjadi singkat sehingga potensi intersepsi hujan berkurang. Kondisi sebaliknya terjadi jika jeluk hujannya kecil yang disertai dengan intensitas rendah maka dapat dipastikan porsi hujan yang diintersepsi akan lebih besar. disajikan pada Gambar 35. Kejadian hujan hari 200 Obesrvasi O mm 686,35 Hipotetik D mm 686,46 Ek 0,78 Em 23,44 Deviasi hipotetik 0,016 -2 2 6 10 14 18 O bserved V alues 95 confidence 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Predicted Values Gambar 34. Hasil uji persamaan pendugaan intersepsi hujan pada berbagai jeluk hujan dan ILD sesuai persamaan 40 77 sdak at al. 1998 melaporkan hasil penelitiannya di Kalimatan Tengah bahwa h menguatkan teori bahwa sifat A intersepsi hujan pada hutan yang belum terganggu adalah sebanyak 11 dari curah hujan. Hal serupa yang dilaporkan oleh Bruijnzeel dan Critchley 1994 bahwa nilai intersepsi pada hutan tropis adalah mencapai 10 – 25 . Berdasarkan hasil penelitian di atas maka nilai intersepsi yang diperoleh pada penelitian ini adalah tergolong tinggi. Akan tetapi jika dibadingkan dengan hasil penelitian lainnya maka nilai intersepsi hujan yang diperoleh memiliki kesamaan seperti yang dilaporkan oleh Zinke 1967 yakni 10 – 40 dari total hujan. Fleischbein 2005 di Ekuador Selatan mendapatkan intersepsi hujan sebanyak 25 – 52 dari jeluk hujan. Hasil peng- ukuran selama periode 2001 – 2004, menunjukkan intersepsi hujan pada hutan hujan di Queesland Utara, Australia adalah sebanyak 25 dari hujan Wallace and McJannet 2006. Nilai intersepsi hujan yang tinggi sesungguhnya telah ditemukan oleh peneliti sebelumnya seperti yang dilaporkan oleh Cavelier et al. 1979; Scellekens et al. 1999 masing masing memperoleh nilai intersepsi 37 dan 50 curah hujan diacu dalam Wallace and McJannet 2006. Besaran kuantitatif intersepsi hujan yang diperole hujan sebagai input dan karakter vegetasi sebagai tempat berlangsungnya proses agihan hujan merupakan dua faktor penting yang mempengaruhi intersepsi hujan. Intersepsi hujan dalam perencanaan dan pengelolaan sumber daya air memiliki peranan yang penting dalam perhitungan neraca air di satu sisi, di sisi lain untuk menganali dan mengetahui besaran kuantitatif air hujan yang tiba dipermukaan tanah yang bervegetasi adalah merupakan pekerjaan yang rumit dan membutuhkan 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 P mm -2 2 4 6 8 10 12 14 16 Ic mm Mean ±SE ±0,95 Conf. Interval Intersepsi hujan pada berbagai jeluk CH mm 0,5-5 5-20 20 Total n hari 91 88 21 200 P mm 2,3 11,1 33,2 9,4 Ic mm 1,44 4,17 8,98 3,43 SD Ic 0,7 1,6 2,9 2,8 IcP 61,2 37,5 27,1 36,3 I mmjam 4,7 11,4 15,2 8,8 Gambar 35. Intersepsi hujan pada berbagai jeluk hujan di Hutan Babahaleka TNLL Ic = 0,0123+4,6688log10x R2 = 0,74 78 waktu yang tidak singkat. Karena itu menjadi penting dikembangkan teknik pendugaan yang dapat dimanfaatkan lebih luas. 5.7 Pendugaan Intersepsi Model Gash 5.7.1 Parameter Komponen Model