Radiasi Neto Rn Neraca Energi
19
Nielsen et al., 1981 menyatakan bahwa neraca energi, terutama fluks
sensible heat, merupakan faktor penentu karakteristik golak turbulence dari lapisan batas bumi
Planetary Boundary Layer, PBL. Selain itu neraca energi juga merupakan mata rantai utama yang mengaitkan karakteristik permukaan bumi
dengan model sirkulasi umum atau General Circulation Model, GCM Sellers et al.
1997. Gambaran di atas menunjukkan bahwa dengan neraca energi dapat dikenali limpahan energi suatu sistem, selain itu neraca energi dapat menggambarkan
kondisi iklim lokal. Contoh sederhana dari gambaran iklim lokal melalui neraca energi adalah bila konversi energi yang dominan ke
sensible heat H, maka dapat diartikan bahwa kawasan tersebut mengalami cekaman air atau lengas pemukaan
rendah sebagai gambaran kekeringan. Konversi dan limpahan energi di permukaan bumi dipengaruhi oleh sifat termal
dan emisivitas permukaan, kekasapan roughness dan kandungan lengas tanah
Campbell 1977. Besaran nilai masing-masing komponen neraca energi ditentukan kelembaban udara dan kandungan lengas permukaan
http:www.balticuniv.uu .
Masing-masing komponen neraca energi memberikan pengaruh terhadap proses fisik dan biologi seperti pemindahan massa uap air, pemanasan atau pendinginan
udara dan tanah. Bentuk umum dari limpahan atau pemindahan energi dari suatu tempat ke tempat lain adalah konveksi dan konduksi. Uraian ini menggambarkan
bahwa dinamika energi di permukkan bumi berkaitan erat dengan karakteristik permukaan dan berhubungan dengan proses fisik lainnya. Sekalipun demikian kajian
tentang neraca energi terutama di daerah lintang rendah masih sangat terbatas seperti halnya di Indonesia. Asdak
et al. 1998 menghitung nilai evaporasi hutan berdasarkan perinsip neraca energi sebagai dampak penebangan pada ekosistem
hutan alam di Kalimantan Tengah. Penelitian terakhir tentang neraca energi yang memperhatikan kondisi topografi banyak dilakukan untuk kawasan di daerah beriklim
subtropis dimana faktor topografi, perubahan tata guna lahan dan kondisi pertanian, dan presipitasi sangat menentukan distribusi spasialnya Kalthof
et al. 1999; Friedrich et al. 2000; Polonia dan Soller 2000.