10
konsistennya model yang dikembangkan dan pada akhirnya berdampak serius ter- hadap
out put model.
2.2 Intersepsi Hujan dan Aliran Massa
Intersepsi hujan merupakan bagian dari siklus hidrologi yang mempengaruhi agihan hujan sebelum mencapai permukaan tanah. Proses ini memiliki nilai stretegis
tidak hanya dalam aspek hidrologi, tetapi juga aspek meteorologi karena berkaitan dengan penerimaan air pada sistem permukaan tanah dan porsi massa air yang di-
kembalikan ke atmosfir melalui evaporasi. Pengaruh intersepsi hujan dalam konteks hidrologi adalah berkaitan dengan neraca air suatu DAS Van Dijk dan Bruijnzeel
2001. Asdak et al. 1998, berpendapat bahwa pengaruh intersepsi hujan terhadap
neraca air suatu DAS adalah berkaitan dengan mekanisme berlangsungnya proses evaporasi dan transpirasi yang terjadi pada sistem vegetasi. Menurut Lee 1980
bahwa bagian hujan yang mencapai permukaan tanah merupakan akumulasi dari dua proses hidrologi yaitu curahan tajuk dan aliran batang. Nilai kumulatif kedua
komponen tersebut disebut curah hujan neto. Secara mekanistik, curahan tajuk merupakan air hujan yang tiba pada suatu
permukaan melalui celah tajuk dan atau air hujan yang menetes melalui daun, ranting dan cabang Ward dan Robinson 1990. Secara alami pada hutan yang
tajuknya rapat, curahan tajuk umumnya bertambah dengan meningkatnya jarak dari batang pohon, dan umumnya kosentrasi terbesar di dekat tepi tajuk Lee 1980.
Dihubungkan dengan pendapat Horton 1919 di atas, maka dapat disimpulkan bahwa porsi hujan yang tiba di permukaan tanah melalui curahan tajuk dipengaruhi
oleh karakter tajuk yakni penutupan permukaan yang direpresentasikan oleh luas tajuk dan indeks luas daun ILD.
Menurut Hewlett dan Nutter 1969 bahwa aliran batang adalah bagian dari curah hujan yang tertahan sementara oleh batang, terkumpul dan mengalir ke bawah
sampai ke permukaan tanah melalui batang. Pandangan ini menunjukkan bahwa karakteristik batang memiliki peranan penting terhadap volume air hujan yang tiba di
permukaan melalui aliran batang. Karakteristik batang yang dimaksud adalah lingkar batang, bentuk batang dan tekstur kulit batang Manokaran 1979 dan Voigt 1960.
Secara mekanistik, bagian hujan yang diterima oleh batang bersumber dari curah hujan yang diterima oleh tajuk yang kemudian mengalir menuju batang sehingga
dapat dinilai bahwa aliran batang tidak hanya dipengaruhi oleh karakteristik batang melainkan juga dipengaruhi oleh porsi hujan yang diterima dari tajuk. Dampak
11
hidrologi dari aliran batang memungkinkan terjadi diistribusi lengas tanah meng- alami pengurangan dengan bertambahnya jarak dari batang.
Uraian di atas memberikan pemahaman secara konseptual bahwa aliran massa air hujan ke sistem tanah melalui vegetasi tidak hanya ditentukan oleh sifat
hujan sebagai imput juga dipengaruhi oleh karakter vegetasi sebagai fungsi transfer.
Curah Hujan Total Pg
Aliran Batang Sf = ptPg
Intersepssi I = Pg-Tf+Sf
Permukaan tanah
Evaporasi tanah E
p
Curahan Tajuk Tf = pPg
Evapotranspirasi ETP
Permukaan Tajuk dan
Batang
Curah hujan bersih Pn = Pg-I
Gambar 2. Agihan hujan pada proses intersepsi hujan Berkaitan dengan karakter fisik vegetasi maka ahli hidrologi menetapkan empat
parameter intersepsi yaitu : a. Kapasitas tajuk S yang merepresentasikan porsi curah hujan yang tertahan di
tajuk b. Porositas tajuk p yang merepresentasikan porsi curah hujan yang jatuh
langsung ke tanah melalui celah tajuk c. Kapasistas batang St yang merepresentasikan porsi curah hujan yang tertahan
pada batang d. Koefisien input batang pt yang merepresntasikan besaran curah hujan yang
diterima oleh batang dari tajuk.
12
Penelitian di lembah Yass Australia menunjukkan bahwa kapasitas intersepsi tanaman
eucalyptus dan cemara adalah 1,7 dan 2 mm Crockford dan Richardson, 1990. Kapasitas tajuk merupakan volume maksimum air yang dapat tersimpan baik
pada tajuk S maupun pada batang St. Fleischbein et al. 2005 mencatat hasil
penelitian yang menetapkan nilai parameter kapasitas tajuk dan porositas tajuk khususnya untuk hutan pegunungan dataran rendah di berbagai negara, yang
ditunjukkan pada Tabel 1.
2.3. Pendugaan Intersepsi Hujan