E. Pemanenan Kayu
Pemanenan kayu adalah serangkaian kagiatan untuk memindahkan kayu dari hutan ke tempat penggunaan atau pengolahan dengan biaya yang
ekonomis dan kerusakan lingkungan yang minimum Budiaman, 2003. Sedangkan menurut Suparto 1979 dalam Kurniawan 2003 pemanenan hasil
hutan merupakan serangkaian kegiatan kehutanan yang mengubah pohon dan biomassa lainnya menjadi bentuk yang dapat dimanfaatkan bagi kehidupan
dan kebudayaan masyarakat.
F. Dampak dari Kegiatan Pemanenan Kayu
Untuk meminimalkan kerusakan lingkungan akibat pembalakan perlu adanya perencanaan yang matang. Dalam kegiatan pembalakan di Indonesia
dikenal sebutan RIL Reduced Impact Logging atau RITH Reduce Impact Timber Harvesting
untuk mengurangi kerusakan terhadap lingkungan. Menurut Elias 2002, RIL Reduced Impact Logging atau RITH Reduce
Impact Timber Harvesting adalah suatu teknik pemanenan kayu yang
direncanakan secara intensif, dalam pelaksanaan dan peralatan yang tepat serta diawasi secara intensif untuk meminimalkan kerusakan terhadap tegakan
tinggal dan tanah. Dari beberapa rangkaian kegiatan pemanenan hasil hutan kayu kegiatan penebangan dan kegiatan penyaradanlah yang paling
menimbulkan kerusakan pada lingkungan. Beberapa gangguan tersebut diantaranya adalah :
1. Pemadatan Tanah
Tanah merupakan kumpulan tubuh alam di atas permukaan bumi yang mengandung benda-benda hidup dan mampu mendukung
pertumbuhan tanaman. Sifat fisik tanah hutan telah lama diyakini oleh para peneliti sebagai faktor yang penting dalam proses pertumbuhan
tegakan. Tekstur tanah yang merupakan perbandingan relatif fraksi pasir, debu dan liat mempunyai pengaruh besar terhadap produktivitas dan daya
guna suatu lahan. Tanah yang bertekstur kasar dan pasir bergaluh tidak dapat memberikan hasil yang maksimal. Sebaliknya tanah yang bertekstur
halus misalnya liat, liat berlempung atau liat berdebu mampu menyekap
air dan zat hara. Untuk pertumbuhan tanaman diperlukan tanah yang bertekstur pertengahan Hamzah, 1983 dalam Matarangan, 1992.
Besarnya tingkat pemadatan tanah akibat pemanenan kayu dapat diduga dari hasil pengukuran kerapatan limbaknya. Hovland et al. 1983
dalam Matarangan 1992 membedakan kelas pemadatan tanah sebagai
berikut: a.
Tanah longgar loose soils dengan kerapatan limbak tanah 0,9 – 1,3 gcm
3
. b.
Tanah normal normal soils dengan kerapatan limbak tanah 1,3 – 1,5 gcm
3
. c.
Tanah padat compact soils dengan kerapatan limbak tanah 1,5 – 1,8 gcm
3
. Terjadinya kepadatan tanah akibat kegiatan pemanenan terutama
terjadi pada kegiatan penebangan dan penyaradan. Pada kegiatan penyaradan yang menggunakan traktor berban ulat menunjukkan
terjadinya kenaikkan pemadatan tanah yang ditunjukkan oleh meningkatnya kerapatan limbak tanah dengan semakin tingginya
intensitas penyaradan. Pada kedalaman 0 – 5 cm perubahan tingkat kepadatan lebih besar dibandingkan perubahan kepadatan tanah yang
terjadi pada kedalaman 5 – 10 cm dan 10 – 15 cm Matangaran, 1992. Kegiatan pemanenan kayu yang melibatkan penggunaan traktor
dapat mengubah berbagai penampilan fisik tanah hutan tanamannya, khususnya di bekas jalan saradnya. Watak fisik tanah yang paling mudah
mengalami perubahan adalah kepadatannya. Pemanenan kayu cenderung memadatkan tanah yang akan memberikan dampak berantai pada watak
tanah lainnya, misalnya peningkatan nilai bobot isi dan penurunan ukuran pori, kesarangan, infiltrasi, dan perembihannya. Intensitas perubahan
tersebut antara lain bergantung pada ciri-ciri tanah lainnya dan intensitas perlintasan alat beratnya.
2. Erosi dan Sedimentasi