IV. BAHAN DAN METODE
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari sampai dengan bulan April tahun 2005, pada areal hutan produksi perusahaan
pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor untuk analisis sifat kimia tanah.
B. Bahan dan Alat
Kegiatan penelitian ini dilakukan pada keadaan hutan: 1.
Hutan yang sudah dilakukan penebangan dan baru dilakukan kegiatan pembuatan jalur tanam.
2. Hutan Primer sebagai pembanding.
Alat alat yang dgunakan dalam kegiatan penelitian adalah : 1. Peta kerja
2. Phiband atau pita diameter 3. Cristen meter
4. Kompas brunton 5. Clinometer
6. Tali rafiatambang
7. Buku pengenal vegetasi 8. Golok
9. Tally sheet 10. Cat
11. Ring tanah 12. Caliper
13. Flaging Tape 14. Alat tulis
15. Kamera 16. Patok
C. Metode Pengambilan Data
1. Analisa Vegetasi
Untuk mengetahui struktur tegakan dilakukan analisa vegetasi dengan cara nested sampling, yaitu petak besar mengandung petak-petak
yang lebih kecil Soerianegara dan Indrawan, 1988. Kegiatan analisis vegetasi ini dilakukan pada hutan yang baru dilakukan pembuatan jalur
tanam dan telah dilakukan kegiatan tebang produksi dan pada hutan primer sebagai pembandingnya, pada beberapa kondisi kelerengan yaitu
0-15 datar sampai dengan landai, kelerengan 15 – 25 sedang dan kelerengan 25 – 40 curam.
Metode pengambilan data dilakukan untuk kegiatan analisa vegetasi dapat dilihat pada Gambar.2. Data yang diperlukan untuk analisa vegetasi
ini adalah nama jenis, jumlah, diameter untuk tingkat tiang dan pohon. Sedangkan untuk tingkat pancang dan semai adalah nama jenis dan
jumlahnya saja. Pada masing-masing kelerengan yaitu 0-15, 15-25 dan 25-4
dibuat tiga buah petak pengamatan dengan ukuran petak 100 x 100 m. Pada masing-masing petak pengamatan tersebut dibuat petak contoh dan
sub-sub petak contoh dengan ukuran sebagai berikut: 1.
Tingkat pohon dengan ukuran petak 20 x 20 m sebelum penanaman dan setelah penanaman 17 x 20 m.
2. Tingkat tiang dengan ukuran petak 10 x 10 m
3. Tingkat pancang dengan ukuran petak 5 x 5 m
4. Tingkat semai dengan ukuran petak 2 x 2 m
Untuk mengetahui mengetahui tingkat permudaan pada perkembangan suksesi dipergunakan kriteria sebagai berikut :
1. Tingkat semai seedling, permudaan mulai kecambah sampai setinggi
1,5 m. 2.
Tingkat pancang sapling, permudaan yang tingginya lebih dari 1,5 m dan diameter kurang dari 10 cm.
3. Tingkat tiang pole, pohon muda yang berdiameter 10 cm sampai 20 cm.
4. Tingkat pohon tree, pohon yang berdiameter 20 cm keatas.
100 m
103 m 17 m
Jalur tanam lebar 3 m
17 m 20
m A B C D
Gambar 2. Bagan Petak Pengamatan Analisis Vegetasi Ket :
A = Sub petak intensif untuk tingkat semai 2m x 2m
B = Sub petak intensif untuk tingkat pancang 5m x 5m
C = Sub petak intensif untuk tingkat tiang 10m x 10m
D = Sub petak intensif untuk tingkat pohon sebelum penebangan ukuran
sub petak 20m x 20 m dan setelah penebangan ukuran sub petak
17m x 20m 2.
Pengukuran Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Penebangan Satu pohon
Pengambilan data dilakukan pada hutan yang baru dilakukan penebangan. Metode pengambilan data yang digunakan adalah dengan
cara membuat plot pengamatan berbentuk lingkaran yang berjari-jari sama 20 m
20 m
dengan tinggi pohon yang ditebang. Pohon yang ditebang yaitu yang berdiameter 50 cm keatas. Analisa kerusakan tegakan akibat penebangan
ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan penebangan satu pohon menyebabkan terjadinya kerusakan pada pohon non-target.
Data yang diperlukan didalam analisa kerusakan akibat penebangan adalah :
a. Jumlah pohon yang rusak dirinci menurut kelas diameter 10 – 19 cm, 20
cm keatas. b.
Bentuk kerusakan : patah, kulit batang terkelupas, tajuk rusak, perakaran banir rusak, roboh dan condong.
c. Persentasi kerusakan, dihitung berdasarkan antara jumlah pohon yang
rusak dibagi dengan jumlah pohon sebelum dilakukan penebangan kayu dikurangi jumlah pohon yang ditebang.
3. Pengukuran Kerusakan Tegakan Akibat Kegiatan Pemanenan Kayu