Selanjutnya dikemukakan bahwa penyebaran hutan hujan tropika di Indonesia terdapat terutama di Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi,
serta Irian.
B. Dinamika Masyarakat Tumbuhan
Ewusie 1990 menyatakan bahwa suksesi merupakan hasil dari tumbuhan itu sendiri, dalam arti bahwa tumbuhan yang berada dalam daerah
tersebut pada suatu waktu tertentu mengubah lingkungannnya, yang terdiri dari tanah, tumbuhan dan iklim mikro yang berada di atasnya, sedemikian
rupa sehingga membuatnya lebih cocok untuk spesies yang lain daripada bagi tumbuhan itu sendiri.
Soerianegara dan Indrawan 1988 masyarakat hutan adalah suatu sistem yang hidup dan tumbuh, suatu masyarakat yang dinamis. Masyarakat
hutan terbentuk secara berangsur-angsur melalui beberapa tahap invasi oleh tumbuh-tumbuhan, adaptasi, agregasi, persaingan, dan penguasaan, reaksi
terhadap tempat tumbuh dan stabilisasi. Proses ini disebut suksesi atau sere. Selama suksesi berlangsung hingga tercapai stabilisasi atau keseimbangan
dinamis dengan lingkungan terjadi pergantian-pergantian masyarakat tumbuh- tumbuhan hingga terbentuk masyarakat yang disebut vegetasi klimaks. Pada
masyarakat yang telah stabil pun selalu terjadi perubahan-perubahan, misalnya karena pohon-pohon yang tua tumbang dan mati, timbullah anakan-anakan
pohon atau pohon-pohon yang selama ini hidup tertekan demikian, setiap ada perubahan, akan ada mekanisme atau proses yang yang mengembalikan pada
keadaan kesetimbangan.
C. Stratifikasi
Didalam masyarakat tumbuh-tumbuhan, seperti hutan, terjadi persaingan antara individu-individu dari suatu jenis species atau berbagai
jenis, jika mereka mempunyai kebutuhan yang sama, misalnya dalam hal hara mineral tanah, air cahaya dan ruang.
Hutan hujan tropika terkenal karena adanya perlapisan atau stratifikasi. Ini berarti bahwa populasi campuran didalamnya disusun pada arah vertikal
dengan jarak teratur secara tak-sinambung. Meskipun ada beberapa keragaman yang perlu diperhatikan kemudian, hutan menampilkan tiga lapisan pohon
yaitu lapisan paling atas tingkat-A terdiri dari pepohonan setinggi 30 – 45 m dengan tajuk yang diskontinyu, lapisan pepohonan kedua tingkat-B terdiri
dari pepohonan dengan tinggi sekitar 18 – 27 m dengan tajuk yang kontinyu sehingga membentuk kanopi, lapisan pepohonan ketiga tingkat-C, terdiri
dari pepohonan dengan tinggi sekitar 8 – 14 m cenderung membentuk lapisan yang rapat. Selain lapisan pepohonan juga terdapat semak belukar yang
ketinggiannya kurang dari 10 m dan yang terakhir adalah lapisan terna yang terdiri dari tetumbuhan yang lebih kecil yang merupakan kecambah dari
pepohonan yang lebih besar dari bagian atas, atau spesies terna Ewusie 1990. Soerianegara dan Indrawan 1988 menyatakan bahwa didalam
masyarakat hutan, sebagai akibat persaingan, jenis-jenis tertentu lebih berkuasa dominan dari pada yang lain. Pohon-pohon tinggi dari stratum
lapisan teratas mengalahkan pohon-pohon yang lebih rendah, merupakan pohon yang mencirikan masyarakat hutan yang bersangkutan.
Hutan hujan tropika terkenal karena stratifikasinya. Ini berarti bahwa populasi campuran didalamnya tesusun secara vertikal dengan jarak teratur
secara tak-sinambung Ewusie , 1990. Stratifikasi tajuk dalam hutan hujan misalnya sebagai berikut
Soerianegara dan Indrawan 1988 : a.
Stratum A : Lapisan teratas, terdiri dari pohon-pohon yang tinggi totalnya 30 m keatas. Biasanya tajuknya diskontinyu, batang pohon
tinggi dan lurus, batang bebas cabang clear bole tinggi. Jenis-jenis pohon dari stratum ini pada waktu mudanya,
tingkat semai hingga sapihan seedling sampai sapling, perlu naungan sekedarnya, tetapi untuk pertumbuhan
selanjutnya perlu cahaya yang cukup banyak. b.
Stratum B : Terdiri dari pohon-pohon yang tingginya 20-30 m, tajuknya kontinyu, batang pohon biasanya banyak bercabang, batang
bebas cabang tidak terlalu tinggi. Jenis-jenis pohon dari
stratum ini kurang memerlukan cahaya atau tahan naungan toleran
c. Stratum C : Terdiri dari pohon-pohon yang tingginya 4-20 m, tajuknya
kontinyu. Pohon-pohon dalam stratum ini rendah, kecil, banyak bercabang.
Disamping ketiga strata pohon itu terdapat pula strata perdu-semak dan tumbuh-tumbuhan penutup tanah, yaitu :
a. Stratum D : Lapisan perdu dan semak, tingginya 1-4 m.
b. Stratum E : Lapisan tumbuh-tumbuhan penutup tanah ground cover,
tingginya 0-1 m.
D. Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif TPTII