Sifat Kimia dan Unsur-unsur Hara Esensial Tanah

Poerwowidodo, 2002. Sedangkan menurut Hardjowigeno 2003 tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus 2mm. b. Struktur Tanah Menurut Harjowigeno 2003 struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lainnya. Sedangkan menurut Poerwowidodo 2002 Struktur tanah adalah istilah untuk menunjuk pada fenomena penyusun jarah-jarah primer tanah untuk membentuk paduan jarah tanah jarah-jarah sekunder tanah. c. Bobot Isi Tanah Bulk Density Bobot isi tanah atau kerapatan lidak merupakan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk pori-pori tanah, yang dinyatakan dalam satuan gcm 3 atau gcc.

2. Sifat Kimia dan Unsur-unsur Hara Esensial Tanah

a. Bahan Organik Hardjowigeno 1995, menyatakan bahwa bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya 3-5 saja tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah sangat besar. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya terhadap pertumbuhan tanaman adalah sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah, sumber unsur hara N,P,S, dan unsur mikro lainnya, menambah kemampuan tanah untuk menahan air, menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara dan sumber energi bagi mikroorganisme. Keesensialan suatu anasir hara untuk nutrisi tanaman dapat ditetapkan mengikuti kriteria yaitu : 1 jika kekahatan anasir hara X menyebabkan tanaman tidak mampu menyelesaikan jenjang vegetatif atau reproduktifnya, maka anasir hara X itu termasuk hara esensial, 2 jika tanaman memperlihatkan gejala kahat suatu hara X, kemudian dipasok dengan hara X menyebabkan gejala kahat dapat dicegah atau diperbaiki, maka hara X itu termasuk hara esensial, dan 3 Hara esensial terlibat langsung dalam nutrisi tanaman, yang peranannya khususnya tidak dapat digantikan oleh hara lainnya Arnon, 1940 dalam Poerwowidodo, 1993. b. Kapasitas Tukar Kation Kapasitas Tukar Kation KTK suatu tanah dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan koloid tanah menjerap dan mempertukarkan kation. Nilai KTK sangat dipengaruhi oleh: 1 reaksi tanah, 2 tekstur atau jumlah liat, 3 Jenis mineral liat, 4 bahan organik, 5 pengapuran serta pemupukan Direktorat Jederal Pendidikan Tinggi, 1991. Sedangkan menurut Hardjowigeno Kapasitas Tukar Kation KTK adalah banyaknya kation dalam miliekivalen yang dapat dijerap oleh tanah persatuan berat tanah biasanya per 100 gr. Kapasitas tukar kation sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK yang tinggi mampu menjerap dan menyediakan unsur hara lebih baik dari pada KTK rendah. Tanah dengan KTK tinggi biasanya didominasi oleh kation basa sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah, sebaliknya jika tanah didominasi oleh kation asam dapat mengurangi kesuburan tanah. Pengaruh bahan organik terhadap KTK tanah sangat nyata, bahan organik menghasilkan humus yang mempunyai KTK jauh lebih tinggi dari pada mineral liat. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah maka semakin tinggi pula KTK-nya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991. c. Kejenuhan Basa Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa rendah berarti kemasaman tinggi dan kejenuhan bisa mendekati 100 tanah bersifat alkalis. Kejenuhan basa selalu dihubungkan sebagai petunjuk mengenai kesuburan suatu tanah. Tanah sangat subur bila kejenuhan basa 80, berkesuburan sedang jika kejenuhan basa antara 50-80 dan tidak subur apabila 50, hal ini didasarkan pada kemudahan membebaskan kation basa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991. Kejenuhan basa menunjukkan perbandingan perbandingan antara jumlah kation basa dengan jumlah semua kation. Kejenuhan basa sangat berkaitan erat dengan pH tanah dimana apabila pH rendah maka kejenuhan basa akan rendah sebaliknya jika pH tinggi maka kejenuhan basanya pun akan tinggi Harjowigeno, 2003. Tanah dengan kejenuhan basa yang rendah biasanya didominasi oleh kation asam seperti Al 3+ dan H + . d. Unsur-unsur hara esensial Unsur-unsur hara esensial adalah unsur hara yang sangat diperlukan oleh tanaman, dan fungsinya tidak dapat digantikan oleh unsur lain, sehingga bila tidak terdapat alam jumlah yang cukup di dalam tanah, tanaman tidak dapat tumbuh dengan normal Hardjowigeno, 2003. Unsur-unsur hara esensial tersebut diantaranya adalah : Unsur Hara Makro : C, H, O, N, S, P,K Ca, Mg Unsur Hara Mikro : Mn, Fe, B, Zn, Cu, Mo, Cl Tabel 1. Jenis Dan Unsur Hara yang diserap Tanaman Dari Sistem Tanah Poerwowidodo, 1992 No Jenis Hara Tanaman Bentuk ion hara yang banyak di serap perakaran tanaman 1 Unsur Hara Makro a. Nitrogen b. Fosfor c. PotasiumKalium d. Kalsium e. Magnesium f. Sulfur NO 3 - , dan NH 4 + H 2 PO 4 - dan HPO 4 2- K + Ca 2+ Mg 2+ SO 4 - 2 Unsur Hara Mikro a. Mangan b. Besi c. Boron d. Seng e. Tembaga f. Molibdenum g. Klorida Mn 2+ Fe 2+ BO 3+ Zn 2+ Cu 2+ MoO 4 2+ Cl - e. Kesuburan Tanah Kesuburan tanah menunjukkan kemampuan tanah sebagai media tumbuh memasok hara yang dibutuhkan tanaman dalam takaran yang cukup, seimbang dan sinambung, untuk menjamin pertumbuhan optimal dan produksi maksimal Poerwowidodo, 1990. Beberapa unsur hara yang paling mempengaruhi tingkat kesuburan tanah diantaranya adalah bahan organik, N-total, P 2 O 5, K 2 O, KTK dan KB. Tabel.2. Penilaian Sifat Kimia Tanah Staf Pusat Penelitian Tanah, 1983 Sifat Tanah Rendah Sedang Tinggi Bahan Organik 0,346 3,46 - 5,19 5,19 C 1,00 – 2,00 2.01 – 3,00 3,01 – 5,00 N 0,10 – 0,20 0,21 – 0,50 0,51 – 0,75 CN 5 – 10 11 – 15 16 – 25 P 2 O 5 HCl mg100 g 10 – 20 21 – 40 41 – 60 K 2 O HCl 25 mg100g 10 – 20 21 - 40 41 – 60 KTK cmol+Kg 5 – 16 17 – 24 25 – 40 KB 20 – 35 36 – 50 51 – 70 Masam Agak Masam Netral Agak Alkalis Alkalis pH 4,5-5,5 5,6-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 8,5

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak dan Luas

IUPHHK PT. Erna Djuliawati mendapatkan hak pengusahaan hutan sejak diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 242KptsIUPHHK41979 pada tanggal 2 April 1979 dengan luas areal konsesi sebesar 185.000 Ha. Berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan SK. Pembaharuan atau Perpanjangan, yaitu SK. No. 15Kpts- IV1999 tanggal 18 Januari 1999, tentang Pemberian Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri dengan sistem tebang Pilih Tanam Jalur TPTJ kepada PT. Erna Djuliawati dengan perubahan luasasan areal menjadi 184.206 Ha. Secara geografis areal kerja PT. Erna Djuliawati terletak pada bentangan Lintang Selatan LS 00o52’30’’ sampai dengan 01o22’30’’, dan bentangan Bujur Timur BT 111o30’00’’ sampai dengan 112o07’30’’. Berdasarkan pembagian daerah aliran sungai terletak di Kelompok Hutan S. Salau - S. Seruyan. Secara Administrasi Pemangkuan Hutan, termasuk ke dalam Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan BKPH Seruyun Hulu, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Seruyan, Dinas Kehutanan Propinsi Kalimantan Tengah. Sedangkan menurut administrasi pemerintahan termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Seruyan Hulu, Kabupaten Seruyan, dan Katingan Propinsi Dati I Kalimantan Tengah. Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : a. Sebelah utara : PT. Sari Bumi Kusumah dan Hutan Lindung b. Sebelah barat : PT. Korindo Aria Bima Sari dan Hutan Lindung c. Sebelah timur : PT. Sarmiento Parakanca Timber, PT. Korindo Aria Bima Sari dan S. Salau d. Sebelah selatan : PT. Meranti Mustika dan PT. Berkat Cahaya Timber

B. Topografi dan Kelerangan

Keadaan areal kerja IUPHHK PT. Erna Djuliawati seluruhnya merupakan lahan kering yang berada pada ketingginan 111 - 1.082 m dpl,

Dokumen yang terkait

Komposisi dan Struktur Tegakan pada Areal Bekas Tebangan Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat)

3 21 271

Analisis komposisi jenis dan struktur tegakan di hutan bekas tebangan dan hutan primer di areal IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber Kalimantan Tengah

0 14 110

Struktur Dan Komposisi Tegakan Pada Areal Bekas Tebangan Dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Tptj) (Di Areal Iuphhk Pt. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

3 30 125

Petubahan KOihposisi Dan Struktut Tegakan Hutan Produksi Alam Dengan Menggunakan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT. Ema Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 15 229

Model Struktur Tegakan Pasca Penebangan dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Studi Kasus di PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 19 70

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) (Di Areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 24 109

Perkembangan tegakan pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang pilih tanam Indonesia intensif (TPTII) (Di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 11 232

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII): studi kasus di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah

2 16 96

Struktur, Komposisi Tegakan dan Riap Tanaman Shorea parvifolia Dyer. pada Areal Bekas Tebangan dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif

0 2 160

Kualitas Tanah pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat

0 6 30