dengan tinggi pohon yang ditebang. Pohon yang ditebang yaitu yang berdiameter 50 cm keatas. Analisa kerusakan tegakan akibat penebangan
ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan penebangan satu pohon menyebabkan terjadinya kerusakan pada pohon non-target.
Data yang diperlukan didalam analisa kerusakan akibat penebangan adalah :
a. Jumlah pohon yang rusak dirinci menurut kelas diameter 10 – 19 cm, 20
cm keatas. b.
Bentuk kerusakan : patah, kulit batang terkelupas, tajuk rusak, perakaran banir rusak, roboh dan condong.
c. Persentasi kerusakan, dihitung berdasarkan antara jumlah pohon yang
rusak dibagi dengan jumlah pohon sebelum dilakukan penebangan kayu dikurangi jumlah pohon yang ditebang.
3. Pengukuran Kerusakan Tegakan Akibat Kegiatan Pemanenan Kayu
Kerusakan tegakan akibat kegiatan pemanenan kayu meliputi kerusakan akibat kegiatan penebangan dan kerusakan akibat penyaradan.
Dalam kegiatan ini diamati pohon-pohon yang hilang dat rusak akibat kegiatan penebangan maupun penyaradan. Kriteria pohon rusak menurut
Wijayanti 1993 dalam Sukendar 1999 berdasarkan tipe kerusakan yang terjadi individu pohon, maka dapat ditetapkan sebagai tingkat kerusakan
yang terjadi sebagai berikut : 4
Tingkat kerusakan berat : a.
Patah batang b.
Pecah batang c.
Roboh, tumbang miring membentuk sudut 45 dengan tanah
d. Rusak tajuk 50
e. Luka batangrusak kulit lebih dari setengah keliling pohon
f. Rusak banirakar lebih dari setengah banir
5 Tingkat kerusakan sedang
e. Rusak tajuk : 30 – 50
f. Luka batangrusak kulit : ¼ - ½ banir
g. Rusak banirakar : 13 – 12 banirakar rusak atau terpotong
h. Condong atau miring : membentuk sudut 45
dengan tanah Sedangkan berdasarkan populasi pohon dalam petak, tingkat
kerusakan tegakan tinggal dapat dikelompokkan sebagai berikut Departemen Kehutanan , 1993 :
• Tingkat kerusakan ringan 25 • Tingkat kerusakan sedang 25 – 50
• Tingkat kerusakan berat 50
4. Pengukuran Keterbukaan Lahan Bekas Tebangan
Analisa keterbukaan lahan bekas tebangan dilakukan pada keadaan hutan yang baru saja dilakukan pemanenan kayu. Adapun tujuannya
adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kegiatan pemanenan kayu dapat menimbulkan keterbukaan lahan.
Keterbukaan lahan akibat pembukaan lahan dapat diketahui dengan cara mengukur jumlah areal-areal yang terbuka akibat penebangan pohon
dalam luasan satu hektar. Cara pengambilan data keterbukaan lahan ini dengan cara pengamatan dan pengukuran luas areal yang terbuka atau gap
akibat penebangan pada petak pengamatan ukuran 100 x 100m 1 ha. Keterbukaan jalan sarad dapat ditentukan dengan mengukur panjang
dan lebar jalan sarad dalam satu hektar, kemudian ditentukan luas jalan sarad tersebut, yang merupakan keterbukaan lahan akibat jalan sarad.
Keterbukaan lahan akibat penebangan ditentukan berdasarkan penjumlahan luas tajuk pohon yang ditebang dan luas tajuk pohon yang
tumbang akibat penebangan. Selanjutnya perhitungan luas keterbukaan lahan per hektar dengan cara menjumlahkan keterbukaan lahan akibat
penebangan dan penyaradan.
5. Stratifikasi Tajuk