Kerusakan Tegakan Tinggal Dampak dari Kegiatan Pemanenan Kayu

dapat dijelaskan oleh perbedaan kondisi lingkungan dan gangguan oleh flora dan fauna tanah dan juga penebangan. Kondisi iklim mikro yang terbuka ini akan menyebabkan lapisan humus dan 5 cm lapisan tanah teratas menjadi mengering. Kondisi ini sedikit menguntungkan bagi flora dan fauna tanah dalam proses dekomposisi. Dalam gap, kondisi iklim mikro selama siang hari cukup untuk menguapkan semua air yang di intersepsi oleh lapisan humus pada waktu satu atau dua jam setelah hujan. Dalam hutan yang tertutup, air hujan yang diserap oleh serasah tidak cukup dalam waktu sehari untuk mengevaporasinya. Kondisi iklim yang terdapat gap seperti ini akan meningkatkan laju dekomposisi unsur hara tanah van Dam, 2001.

4. Kerusakan Tegakan Tinggal

Kerusakan karena pembalakan terhadap pohon-pohon tinggal, pertama disebabkan oleh kegiatan penebangan, kemudian dilanjutkan oleh kegiatan penyaradan atau pengeluaran kayu. Kerusakan ringan mungkin hanya akan menyebabkan cacat kecil pada kayu. Tetapi luka yang besar akan menjadi lubang masuknya jamur yang menyebabkan kayu itu tidak dapat lagi digunakan pada rotasi tebang berikutnya Sutisna, 2001. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sukendar 1999 kerusakan yang paling banyak diderita akibat penebangan dan penyaradan adalah pohon roboh sebanyak 75 pohon atau sebesar 29,64 yang terdiri dari akibat penebangan 24 pohon dan akibat penyaradan 25 pohon. Berdasarkan sistem TPTI, pohon digolongkan rusak apabila mengalami salah satu atau lebih keadaan, sebagai berikut Departemen Kehutanan, 1993 : 1 Tajuk pohon rusak lebih dari 30 atau cabang pohondahan besar patah. 2 Luka batang mencapai kayu berukuran lebih dari 14 keliling batang dengan panjang lebih dari 1,5 m. 3 Perakaran terpotong atau 13 banirnya rusak. Menurut Wijayanti 1993 dalam Sukendar 1999 berdasarkan tipe kerusakan yang terjadi individu pohon, maka dapat ditetapkan sebagai tingkat kerusakan yang terjadi sebagai berikut : 1 Tingkat kerusakan berat : a. Patah batang b. Pecah batang c. Roboh, tumbang miring membentuk sudut 45 dengan tanah d. Rusak tajuk 50 e. Luka batangrusak kulit lebih dari setengah keliling pohon f. Rusak banirakar lebih dari setengah banir 2 Tingkat kerusakan sedang a. Rusak tajuk : 30 – 50 b. Luka batangrusak kulit : ¼ - ½ banir c. Rusak banirakar : 13 – 12 banirakar rusak atau terpotong d. Condong atau miring : membentuk sudut 45 dengan tanah 3 Tingkat kerusakan ringan a. Rusak tajuk 30 b. Luka batang atau kulit rusak 14 keliling pohon dan panjang luka 1,5m c. Rusak banirakar : 14 banir atau perakaran terpotong Faktor yang mempengaruhi besarnya kerusakan tegakan tinggal adalah intensitas penebangan, teknik penebangan dan penentuan arah rebah, sebaran pohon tebangan diameter lebih dari 40 cm jenis komersial, tanaman perambat yang melilit dan sistem pemanenan Kurniawan, 2002.

G. Analisis Tanah 1.

Dokumen yang terkait

Komposisi dan Struktur Tegakan pada Areal Bekas Tebangan Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat)

3 21 271

Analisis komposisi jenis dan struktur tegakan di hutan bekas tebangan dan hutan primer di areal IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber Kalimantan Tengah

0 14 110

Struktur Dan Komposisi Tegakan Pada Areal Bekas Tebangan Dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Tptj) (Di Areal Iuphhk Pt. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

3 30 125

Petubahan KOihposisi Dan Struktut Tegakan Hutan Produksi Alam Dengan Menggunakan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT. Ema Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 15 229

Model Struktur Tegakan Pasca Penebangan dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Studi Kasus di PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 19 70

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) (Di Areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 24 109

Perkembangan tegakan pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang pilih tanam Indonesia intensif (TPTII) (Di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 11 232

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII): studi kasus di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah

2 16 96

Struktur, Komposisi Tegakan dan Riap Tanaman Shorea parvifolia Dyer. pada Areal Bekas Tebangan dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif

0 2 160

Kualitas Tanah pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat

0 6 30