Erosi dan Sedimentasi Keterbukaan Lahan

air dan zat hara. Untuk pertumbuhan tanaman diperlukan tanah yang bertekstur pertengahan Hamzah, 1983 dalam Matarangan, 1992. Besarnya tingkat pemadatan tanah akibat pemanenan kayu dapat diduga dari hasil pengukuran kerapatan limbaknya. Hovland et al. 1983 dalam Matarangan 1992 membedakan kelas pemadatan tanah sebagai berikut: a. Tanah longgar loose soils dengan kerapatan limbak tanah 0,9 – 1,3 gcm 3 . b. Tanah normal normal soils dengan kerapatan limbak tanah 1,3 – 1,5 gcm 3 . c. Tanah padat compact soils dengan kerapatan limbak tanah 1,5 – 1,8 gcm 3 . Terjadinya kepadatan tanah akibat kegiatan pemanenan terutama terjadi pada kegiatan penebangan dan penyaradan. Pada kegiatan penyaradan yang menggunakan traktor berban ulat menunjukkan terjadinya kenaikkan pemadatan tanah yang ditunjukkan oleh meningkatnya kerapatan limbak tanah dengan semakin tingginya intensitas penyaradan. Pada kedalaman 0 – 5 cm perubahan tingkat kepadatan lebih besar dibandingkan perubahan kepadatan tanah yang terjadi pada kedalaman 5 – 10 cm dan 10 – 15 cm Matangaran, 1992. Kegiatan pemanenan kayu yang melibatkan penggunaan traktor dapat mengubah berbagai penampilan fisik tanah hutan tanamannya, khususnya di bekas jalan saradnya. Watak fisik tanah yang paling mudah mengalami perubahan adalah kepadatannya. Pemanenan kayu cenderung memadatkan tanah yang akan memberikan dampak berantai pada watak tanah lainnya, misalnya peningkatan nilai bobot isi dan penurunan ukuran pori, kesarangan, infiltrasi, dan perembihannya. Intensitas perubahan tersebut antara lain bergantung pada ciri-ciri tanah lainnya dan intensitas perlintasan alat beratnya.

2. Erosi dan Sedimentasi

Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau atau bagian- bagian dari tanah dari suatu tempat yang diangkut oleh air atau angin ketempat lain. Didaerah beriklim basah erosi oleh airlah yang penting, sedangkan oleh angin tidak berarti. Erosi menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air Arsyad, 1989. Sedangkan menurut Sarief 1985 erosi tanah adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik yang disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Proses ini dapat menyebabkan merosotnya produktivitas tanah, daya dukung tanah untuk produksi pertanian dan kualitas lingkungan hidup. Intensitas hujan yang tinggi maka setiap penggunaan lahan tanpa memperhatikan efektifitas penutupan tanah atau bentuk pengelolaan lahan lainnya akan mengundang bahaya erosi Poerwowidodo, 1986 Menurut El-Swaify dan Bangler 1982 dalam Poerwowidodo 1986, karakteristik iklim khususnya hujan saja tidaklah cukup untuk menilai bahaya erosi total, oleh karena itu erosi tanah ini akan tergantung pada faktor lain seperti: watak tanah, kedudukan topografi, penutupan tetumbuhan dan faktor-faktor pengelolaan.

3. Keterbukaan Lahan

Keterbukaan areal hutan disebabkan oleh dua hal yaitu akibat penebangan adalah luasan wilayah yang terbuka akibat hempasan pohon roboh dan keterbukaan areal akibat penyaradan adalah luasan wilayah yang terbuka akibat pembuatan jalan ongkak jalan sarad Kurniawan, 2002. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Triyana 1995 di HPH PT Industries et Forests Asiatiques Jambi, kegiatan pemanenan kayu akan mengakibatkan terbukanya areal hutan. Besarnya keterbukaan lahan akibat penebangan adalah 5,25 yang disebabkan dari 13 batang pohon yang ditebang, sedangkan keterbukaan lahan akibat penyaradan sebesar 30,98 dari seluruh areal penebangan. Laju dekomposisi serasah tidak dipengaruhi oleh ukuran gap yang terbentuk, tetapi kehadiran gap akan menurunkan laju dekomposisi. Perbedaan laju dekomposisi antara pada hutan yang tertutup dan pada gap dapat dijelaskan oleh perbedaan kondisi lingkungan dan gangguan oleh flora dan fauna tanah dan juga penebangan. Kondisi iklim mikro yang terbuka ini akan menyebabkan lapisan humus dan 5 cm lapisan tanah teratas menjadi mengering. Kondisi ini sedikit menguntungkan bagi flora dan fauna tanah dalam proses dekomposisi. Dalam gap, kondisi iklim mikro selama siang hari cukup untuk menguapkan semua air yang di intersepsi oleh lapisan humus pada waktu satu atau dua jam setelah hujan. Dalam hutan yang tertutup, air hujan yang diserap oleh serasah tidak cukup dalam waktu sehari untuk mengevaporasinya. Kondisi iklim yang terdapat gap seperti ini akan meningkatkan laju dekomposisi unsur hara tanah van Dam, 2001.

4. Kerusakan Tegakan Tinggal

Dokumen yang terkait

Komposisi dan Struktur Tegakan pada Areal Bekas Tebangan Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat)

3 21 271

Analisis komposisi jenis dan struktur tegakan di hutan bekas tebangan dan hutan primer di areal IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber Kalimantan Tengah

0 14 110

Struktur Dan Komposisi Tegakan Pada Areal Bekas Tebangan Dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Tptj) (Di Areal Iuphhk Pt. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

3 30 125

Petubahan KOihposisi Dan Struktut Tegakan Hutan Produksi Alam Dengan Menggunakan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT. Ema Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 15 229

Model Struktur Tegakan Pasca Penebangan dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Studi Kasus di PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 19 70

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) (Di Areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 24 109

Perkembangan tegakan pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang pilih tanam Indonesia intensif (TPTII) (Di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 11 232

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII): studi kasus di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah

2 16 96

Struktur, Komposisi Tegakan dan Riap Tanaman Shorea parvifolia Dyer. pada Areal Bekas Tebangan dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif

0 2 160

Kualitas Tanah pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat

0 6 30