Sifat Fisik Tanah HASIL DAN PEMBAHASAN

tanah, tata air dan masih banyak lagi. Kerusakan karena kegiatan pemanenan terhadap tegakan tinggal, pertama disebabkan oleh adanya kegiatan penebangan, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan penyaradan atau pengeluaran kayu. Kerusakan itu bisa pada tajuk, pada batang, pada banir atau pada akar Sutisna, 2002. Khusus untuk kegiatan sistem silvikultur TPTII ini kerusakan juga ditambah dengan adanya penebangan untuk pembuatan jalur tanam selebar 3 m tiap 20 m.

H. Sifat Fisik Tanah

Sifat Fisik tanah merupakan sifat-sifat yang berasal dari partikel- partikel pembentuk jarah tanah. Beberapa sifat fisik tanah yang diamati dalam kegiatan penelitian ini adalah struktur, bobot isi dan kadar air tanahnya. Tabel.19. Pengukuran Sifat Fisik Tanah Pada Hutan Areal Bekas tebangan Kelerangan Kedalaman cm Struktur Bobot isi grcm 3 Kadar Air 0-15 0-20 butiran 1,26 32,8 20-40 butiran 1,28 36,92 15-25 0-20 butiran 1,22 40,32 20-40 butiran 1,33 36,29 25-40 0-20 butiran 1,11 34.75 20-40 butiran 1,20 32.78 Struktur tanah berasal dari partikel-partikel tanah yang membentuk agregat tanah yang saling berikatan membentuk suatu bongkahan tanah. Peubah ini sangat ditentukan oleh komponen pembentuk tanah dan ukuran partikelnya tekstur. Untuk hasil lengkap dari kegiatan pengukuran sifat fisik tanah dapat dilihat pada Tabel 19. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan struktur tanah baik yang berada di hutan primer maupun areal bekas tebangan struktur tanahnya adalah butiran dengan kelas halus sampai dengan sedang Pengukuran bobot isi tanah berkisar antara 1,11 grcm 3 sampai dengan 1,33 grcm 3 . Dari hasil pengukuran tersebut terlihat bahwa bobot isi tanah pada kedalaman 20-40 cm lebih tinggi dibandingkan dengan dengan kedalaman 0-20 cm. Hal ini dimungkinkan karena pada kedalam 0-20 cm tanahnya relatif lebih gembur karena kandungan bahan organik seperti serasah lebih banyak pada kedalaman tersebut dibandingkan dengan kedalaman 20-40 cm. Pada pengukuran kadar air tanah berkisar antara 32,78 sampai 40,32.

I. Sifat Kimia Tanah

1. pH Tanah

Berdasarkan hasil analisa laboratorium kimia tanah menunjukkan bahwa reaksi tanah pH tanah yang berada dilokasi pengamatan pada setiap hutan primer dan areal bekas tebangan diambil dari kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm terlihat bahwa pH tanah ini termasuk ke dalam kategori masam baik untuk hutan areal bekas tebangan maupun hutan primer dimana pH tanah nilainya kurang dari 5,5. Tabel 20. pH tanah Dari tabel diatas terlihat bahwa pH tanah yang berada pada kedalaman 0-20 cm memiliki pH yang lebih rendah dari tanah yang berada pada kedalaman 20-40 cm. . Hal ini diakibatkan karena tingginya kation asam yang terkandung di dalam tanah Al, Fe dan H, sedangkan kation basa yang terdapat di dalam tanah kandungannya rendah. Menurut Nyakpa et al 1988 yang menyebabkan reaksi tanah menjadi asam diantaranya adalah tingginya curah hujan mengakibatkan basa-basa mudah tercuci yang kedua adanya dekomposisi mineral alumunium silikat akan membebaskan ion alumunium Al 3+ . Ion tersebut dapat dijerap kuat oleh koloid tanah dan bila dihidrolisis akan menyumbangkan ion H + , akibatnya tanah menjadi masam.

2. Analisis Unsur Hara Tanah

Kegiatan analisis tanah ini dilakukan untuk mengetahui unsur-unsur hara tanah terutama yang berhubungan langsung dengan pertumbuhan tanaman. Unsur-unsur hara yang ingin diketahui adalah unsur-unsur yang termasuk ke dalam hara esensial. Untuk keperluan analisis kimia tanah ini Kondisi hutan Kedalaman pH H 2 O KCl Hutan primer 0 - 20 4,1 3,2 20 - 40 4,4 3,4 Hutan bekas tebangan 0 - 20 4,5 3,6 20 - 40 4,7 3,7

Dokumen yang terkait

Komposisi dan Struktur Tegakan pada Areal Bekas Tebangan Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat)

3 21 271

Analisis komposisi jenis dan struktur tegakan di hutan bekas tebangan dan hutan primer di areal IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber Kalimantan Tengah

0 14 110

Struktur Dan Komposisi Tegakan Pada Areal Bekas Tebangan Dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Tptj) (Di Areal Iuphhk Pt. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

3 30 125

Petubahan KOihposisi Dan Struktut Tegakan Hutan Produksi Alam Dengan Menggunakan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT. Ema Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 15 229

Model Struktur Tegakan Pasca Penebangan dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Studi Kasus di PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 19 70

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) (Di Areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 24 109

Perkembangan tegakan pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang pilih tanam Indonesia intensif (TPTII) (Di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 11 232

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII): studi kasus di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah

2 16 96

Struktur, Komposisi Tegakan dan Riap Tanaman Shorea parvifolia Dyer. pada Areal Bekas Tebangan dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif

0 2 160

Kualitas Tanah pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat

0 6 30