Jenis permainan tradisional Kajian Permainan Tradisional

25 Sedangkan menurut Sukirman Dharmamulya 2008: 9, permainan tradisional dikategorikan dalam tiga pola permainan yaitu a. Bermain dan bernyanyi, dan atau dialog seperti ancak-ancak alis, bethet thing-thong, cublak-cublak suweng, jamuran, dhingklik oglak-aglik, kucing- kucingan, layangan, dan sebagainya. b. Bermain dan adu ketangkasan seperti bas-basan sepur, dhakon, macanan, dan mul-mulan. c. Bermain dan olah pikir seperti anjir, ingkling, benthik, dhul-dhulan, jeg- jegan, layung, patil lele, dan sebagainya. Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua permainan tradisional yaitu ingkling dan dingklik oglak-aglik. Jika dikaitkan dengan kebugaran jasmani permainan ingkling dan dingklik oglak-aglik dapat mengembangkan kemampuan tubuh ketika dapat mempertahankan tubuh tidak goyang ataupun jatuh keseimbangan, kaki dapat menompang tubuh sesuai aturan waktu tanpa jatuh kekuatan dan anak dapat berbalik arah atau bergerak dengan berpindah tempat menggunakan satu kaki kelincahan. Berikut penjelasan dari permainan ingkling dan dingklik oglak-aglik tersebut: a. Ingkling 1 Asal usul permainan Permainan ini berasal dari bahasa Belanda, yaitu Zondag dan Maandag. Zondag berarti “Minggu” dan Maandag berarti “senin”. Permainan ini pada mulanya dilakukan pada hari Minggu dan Senin. Pada mulanya dikarenakan 26 pelafalan yang sulit dilakukan secara tepat, orang Jawa melafalkan “Sunda Manda”. Di daerah Yogyakarta, permainan ini disebut engklek atau ingkling. 2 Waktu dan tempat permainan Permainan ini dapat dilakukan pada pagi, siang, maupun sore hari. Adapun tempat permainan adalah di area yang lapang dengan permukaan yang rata, seperti halaman rumah, lapangan, atau di tempat yang memungkinkan untuk dibuat garis yang membentuk lapangan permainan ingkling. 3 Peserta permainan Peserta permaian minimal 2 orang, bisa seluruhnya anak laki-laki, atau seluruhnya anak perempuan, atau anak laki-laki dan anak perempuan bergabung dalam satu permainan. 4 Peralatan permaian a Gacuk Gacuk yaitu alat yang dilemparkan ke kotak ingkling yang diinginkan. Gacuk yang digunakan memiliki permukaan rata, contohnya pecahan genting. b Arena permainan ingkling karpet ingkling Arena permainan ingkling dapat berbentuk menyerupai kerangka kubus, jenis yang dipakai adalah ingkling biasa, ingkling setengah lingkaran, ingkling rok. 5 Aturan permainan Aturan permaianan ingkling meliputi; a Permaianan dilakukan dengan melompat menggunakan satu kaki. Posisi kaki yang satu diangkat ke belakang. 27 b Para pemain harus membuat arena permainan, dapat dilakukan dengan membuat gambar arena di tanah atau tempat luas dan datar lainnya. c Para pemain membuat kesepakatan bermain. Sebagai contoh, setiap pemain yang menginjak garis mati tidak diperkenankan bermain dan harus digantikan oleh pemain lainnya. Kesepakatan lainnya membuat “kuping” atau telinga di sisi kotakan, apabila dua kotak tunggal sudah menjadi sawah. Aturan lain, apabila seorang pemain sudah menyelesaikan babak pertama melempar gacuk dilanjutkan dengan ingkling sambil membawa gacuk di telapak tangan. Jika bisa lolos, serta merta gacuk dilemparkan ke arah kotak yang masih kosong. Apabila ada di dalam kotak, maka si pemain itu mendapatkan satu sawah. Permainan dilanjutkan ke pemain giliran berikutnya. 6 Jalannya permainan Setelah para pemain menyepakati dan memahami aturan bermain, maka dimulai dengan “sut” atau “hompimpah”. Anak yang menang pertama mendapat giliran bermain terlebih dahulu, kemudian disusul pemenang selanjutnya. Usai mengetahui urutan main, pemain urutan kedua dan selanjutnya menunggu giliran. Sebagai contoh terdapat 4 pemain, setelah diadakan “hompimpah”, pemain yang menang secara berurutan adalah D, B, A, dan C. Maka pemain D dapat memulai permainan. Pemain D melemparkan gacuk pertama kali ke kotak tunggal yang paling dekat dengannya. Kemudian, pemain D mulai melompat ke kotak kedua dengan ingkling begitu seterusnya dilanjutkan ke kotak-kotak paling ujung kemudian 28 berbalik hingga ke kotak kedua. Setelah itu pemain D harus mengambil gacuk dan kemudian melompat dari awal berdiri. Saat melalui kotak ganda kanan-kiri, pemain D boleh meletakkan kedua kaki. Namun jika kotak kembar tadi salah satunya sudah ada sawahnya, maka pemain juga harus ingkling. Jika pemain D lolos pada tahap awal, maka ia melanjutkan melemparkan gacuk ke kotak berikutnya dengan jalan permainan sama. Begitu pula ketika ia melemparkan kotak di kotak kembar, maka cara mengambil gacuk setelah ingkling sampai ujung dan kembali sejajar di kotak kembar itu. Setelah itu, pemain boleh mengambil gacuk dan melanjutkan permainan ke tempat awal. Namun, apabila pada saat melemparkan gacuk ke kotak ketiga, misalnya, pemain D kurang tepat memposisikan gacuk misalkan: keluar di tengah garis maka pemain D dianggap mati. Sebelum pemain B memulai giliran, pemain D meletakkan gacuk miliknya ke kotak ketiga, yang salah lempar tadi. Kemudian pemain B memulai seperti yang dilakukan pemain D pada awal permainan. Apabila, pemain B dapat lolos sampai ujung, maka pemain tersebut dapat memulai permainan dari arah sebaliknya arah atas. Pemain B memulai permainan dengan cara yang sama. Setiap ada gacuk baik miliknya sendiri maupun milik lawan, harus dihindari atau dilompati. Ketika pemain B dapat lancar bermain dan sukses sampai ujung, maka pemain berhak untuk bermain di tahap kedua. Pada tahap kedua, pemain B memulai bermainan dari tempat bermain awal. Sebelumnya gacuk diletakkan di telapak tangan. Kemudian gacuk itu dilempar ke atas dan diletakkan di sebalik tangannya. Apabila gagal meletakkan, maka pemain 29 ketiga yakni pemain A menggantikkannya. Namun apabila berhasil, maka gacuk yang di sebalik telapak tangan itu terus dibawa sambil ingkling dari satu kotak ke kotak lainnya dan kemudian berbalik dengan langkah yang sama. Setelah berhasil, maka ia dari posisi awal dengan serta-merta melemparkan gacuk yang ada di sebalik telapak tangan tadi untuk dilempar ke arah kotak-kotak. Apabila gacuk jatuh di dalam kotak, maka pemain B memperoleh sawah satu, yaitu di kotak tersebut. Lalu pemain lain menggantikan permainan. Jika pemain B sudah mendapat sawah, misalnya di kotak kedua, maka semua pemain lain tidak boleh menginjakkan kaki atau melemparkan gacuk di sawah tersebut. Sebab sawah itu sudah milik pemain B. Dengan perolehan sawah itu, maka jika pemain B mendapat bermain kembali, maka ia berhak menduduki sawah itu dengan kedua kaki, bukan lagi satu kaki ingkling 7 Fungsi permainan Permainan ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi sebagai wadah untuk mempererat persahabatan Selain itu, permainan ini juga dapat menjadi salah satu cara untuk membantu meningkatkan kemampuan sosial dan kebugaran jasmani anak baik ketangkasan, kelincahan, kekuatan, keseimbangan dan kejelian. b. Dingklik oglak-aglik 1 Asal usul permainan Salah satu jenis permainan tradisional anak-anak yang cara memainkannya meniru suatu bentuk bangku dhingklik yang terbuat dari kayu atau bambu yang tiangnya tidak bagus sehingga bila digunakan untuk duduk akan mudah goyah oglak-aglik. 30 2 Waktu dan tempat permainan Permainan ini tidak memerlukan banyak waktu, sehingga dapat dilakukan kapan saja. Adapun tempat permaian adalah di tanah lapang. 3 Peserta permainan Peserta permaian ini dapat tiga, empat, atau lima anak, tetapi jika untuk pertandingan diperlukan kelipatan kelompok enam, delapan, atau sepuluh anak bisa seluruhnya anak laki-laki, atau seluruhnya anak perempuan, atau anak laki- laki dan anak perempuan bergabung dalam satu permainan. 4 Peralatan permaian Alat permaian yang digunakan dalam permaian ini hanya menggunakan anggota tubuh pemain itu sendiri. 5 Aturan permainan Aturan permainan dalam permainan dingklik oglak-aglik adalah apabila kaitan kaki sudah terlepas ketika lagu belum selesai dinyanyikan, maka selesai sudah permainan ini. 6 Jalannya permainan Permainan ini dilakukan secara bertahap yaitu: a Tahap pertama, semua pemain berdiri berhadap-hadapan dengan tangan saling bergandengan. Sebagai contoh, terdapat 5 pemain yaitu A, B, C, dan D. b Tahap kedua, B dan C menerobos mbrobos di bawah lengan A dan D, sehingga para pemain berdiri dengan saling bertolak belakang dan tangan tetap bergandengan. 31 c Tahap ketiga, setiap peserta mengangkat salah satu kakinya ke arah dalam lingkaran, kemudian masing-masing kaki saling dikaitkan untuk membentuk suatu posisi yang kokoh sehingga tidak akan mudah jatuh, d Tahap terakhir, tangan yang saling bergandengan dilepaskan, lalu kedua tangan bertepuk tangan. Para pemain melonjak-lonjak sambil bertepuk menyanyikan lagu tembang dingklik oglak-aglik. Tembang dingklik oglak-aglik: Pasang dhingklik oglak-aglik yen kecelik adang gogik, yu yu mbakyu mangga dhateng pasar blanja, leh olehe napa, jenang jagung enthok-enthok jenang jagung, enthok-enthok jenang jagung, enthok-enthok jenang jagung. b. Fungsi permainan Permainan ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi sebagai wadah untuk mempererat persahabatan, selain itu permainan ini juga dapat menjadi salah satu cara untuk membantu meningkatkan kemampuan sosial dan kebugaran jasmani anak baik kekompakan, kelincahan, kekuatan, dan keseimbangan.

3. Manfaat permainan tradisional

Menurut Lila Wijayanti Saputri 2013, beberapa manfaat secara umum dari permainan tradisional diantaranya adalah a. Permainan anak selalu melahirkan nuansa suka cita. Dalam permainan tersebut jiwa anak terlihat secara penuh. Suasana ceria, senang yang dibangun senantiasa melahirkan dan menghasilkan kebersamaan yang menyenangkan. 32 Inilah benih masyarakat yang “guyub rukun” itu dimulai. Jarang sekali permainan yang berguna untuk dirinya sendiri. b. Keguyuban itu dibangun secara bersama-sama. Artinya demi menjaga permainan dapat berlangsung secara wajar, mereka mengorganisir diri dengan membuat aturan main di antara anak-anak sendiri. c. Keterampilan anak senantiasa terasah, anak terkondisi membuat permainan dari berbagai bahan yang telah tersedia di sekitarnya. Dengan demikian, kebugaran jasmani anak akan semakin terasah pula. Di pihak yang lain, proses kreatifitasnya merupakan tahap awal untuk mengasah daya cipta dan imajinasi anak memperoleh ruang pertumbuhannya. d. Pemanfaatan bahan-bahan permainan, selalu tidak terlepas dari alam. Hal ini melahirkan interaksi antara anak dengan lingkungan sedemikian dekatnya. Kebersamaan dengan alam merupakan bagian terpenting dari proses pengenalan manusia muda terhadap lingkungan hidupnya. e. Hubungan yang sedemikian erat akan melahirkan penghayatan terhadap kenyataan hidup manusia. Alam menjadi sesuatu yang dihayati keberadaannya, tak terpisahkan dari kenyataan hidup manusia. Penghayatan inilah yang membentuk cara pandang serta penghayatan akan totalitas cara pandang mengenai hidup ini kosmologi. Cara pandang inilah yang kemudian dikenal sebagai bagian dari sisi kerohanian manusia tradisional. f. Melalui permainan masyarakat mulai mengenal model pendidikan partisipatoris. Artinya, anak memperoleh kesempatan berkembang sesuai dengan tahap-tahap pertumbuhan jiwanya. Dalam pengertian inilah, anak

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK MELALUI METODE PERMAINAN SAINS KELOMPOK A TK ABA Peningkatan Perkembangan Kognitif Anak Melalui Metode Permainan Sains Kelompok A TK ABA Merbung Klaten Tahun 2011/2012.

0 0 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL MELALUI PERMAINAN KARTU HURUF PADA ANAK KELOMPOK B2 Peningkatan Kemampuan Membaca Awal Melalui Permainan Kartu Huruf Pada Anak Kelompok B2 TK ABA Tangkisanpos Jogonalan Klaten Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 3 16

PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN BALOK PADA ANAK KELOMPOK B DI TK ABA GADING IV Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Permainan Balok Pada Anak Kelompok B Di Tk ABA Gading IV Belangwetan Klaten Utara Klaten Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 15

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN MELALUI PERMAINAN DETEKTIF PADA ANAK USIA KELOMPOK A DI TK ABA CANDI PURWOBINANGUN PAKEM SLEMAN YOGYAKARTA.

0 5 172

PENINGKATAN KREATIVITAS MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA ANAK KELOMPOK B2 DI TK ABA KERINGAN KECAMATAN TURI KABUPATEN SLEMAN.

0 16 134

MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL MELALUI METODE PROYEK PADA ANAK KELOMPOK B2 TK ABA PLUS AL FIRDAUS MANCASAN, PANDOWOHARJO, SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

0 0 169

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGOMUNIKASIKAN SAINS MELALUI MEDIA GRAFIS PADA ANAK KELOMPOK B TK ABA BALERANTE SLEMAN YOGYAKARTA.

0 0 263

PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KELOMPOK A2 TK ABA KARANGKAJEN YOGYAKARTA MELALUI PERMAINAN.

1 1 136

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGUKURAN (MEASUREMENT) MELALUI PROBLEM SOLVING PADA ANAK KELOMPOK B2 TK ABA 3 IMOGIRI BANTUL.

0 5 225

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL PADA ANAK KELOMPOK B TK ABA NGABEAN 2 TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA.

0 7 135