Penerapan Model Model Quantum Learning

20 mereka dan sesuai dengan gaya belajar yang siswa tersebut. Hal tersebut dapat diwujudkan dalam sebuah tulisan- tulisan untuk mempermudah siswa dalam mengingatnya. Menurut DePorter Hernacki 2015: 146 alasan utama untuk mencatat adalah bahwa mencatat meningkatkan daya ingat. Tanpa adanya mencatat dan mengulangi kemungkinan kecil siswa dapat mengingatnya, karena siswa hanya menggunakan satu gaya belajar saja yakni auditorial. Oleh karena itu penerapan keseluruhan gaya belajar harus selalu diterapkan oleh guru agar siswa paham mengenai semua materi yang diajarkan. 5 Melatih kekuatan memori anak Kekuatan memori sangat diperlukan dalam belajar anak, sehingga anak perlu dilatih untuk mendapatkan memori yang baik. Aktifitas siswa setiap hari tidak terlepas oleh kerja memori dalam otak. Sugihartono 2013:10 menambahkan memori merupakan kemampuan untuk memasukan, menyimpan, dan memunculkan kembali informasi yang kita terima. Dengan kekuatan memori siswa dapat mengingat apa yang telah mereka rasakan dan alami. Selain itu kekuatan memori pada quantum learning juga melibatkan semua panca indra yang siswa miliki. Semakin banyak indra yang terlibat, maka materi yang diajarkan semakin mudah untuk dipahami oleh siswa. 6 Jadikan anak lebih aktif dan kreatif Guru hendaknya dapat mendorong siswa lebih berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Dengan siswa aktif dapat membuat siswa menjadi termotivasi untuk melakukan hal baru dan berpikir positif. Tumbuhnya sikap positif dalam 21 belajar membangun potensi dan kemampuan dalam diri siswa. Dalam belajar aktif, membantu siswa untuk memahami apa yang mereka alami. Sillbermen 2016:31 menjelaskan bahwa hendaknya memberikan pelajaran singkat setelah berlangsungnya kegiatan belajar aktif agar siswa dapat menghubungkan apa yang dialami siswa dengan konsep-konsep yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut akan medorong anak aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Seseorang yang kreatif selalu ingin tahu, suka mencoba, senang bermain, intuitif, dan semua orang berpotensi menjadi orang kreatif DePorter Hernacki 2015: 293. Dengan adanya sikap kreatif yang baik bagi siswa akan mampu menghasilkan ide-ide dalam belajarnya. Dalam pembelajaran guru hendaknya memberikan kebebasan agar anak menjadi lebih aktif dan kreatif. 7 Memupuk sikap juara Perlunya memupuk sikap juara harus diterapkan sejak kecil sekalipun pada tingkat sekolah dasar. Hal ini dimaksudkan dapat memotivasi dalam belajar siswa dan siswa merasa lebih dihargai dalam belajar. DePorter Hernacki 2015: 58 menjelaskan bahwa dalam setelah menyelesaikan suatu pekerjaan, maka pentinglah untuk merayakan aktivitas atau prestasi tersebut. Melakukan aktivitas apapun yang membawa keberhasilan harus bisa dirayakan, dengan memberikan umpan balik yang positif yang bertujuan memberikan perasaan keberhasilan, penyelesaian, kepercayaa, dan membangun motivasi untuk melakukan aktivitas selanjutnya. 22 Hal ini juga dipertegas oleh hasil Research and Studies Quantum Learning Education Singer Nourie: 1998 yaitu, Students are flexible, open, have positive attitudes before quantum learning 60 and after quantum learning 69. Sebelum siswa menggunakan model quantum learning fleksibilitas, keterbukaan, dan sikap positif siswa masih 60 dan setelah menggunakan model quantum learning naik menjadi 69. Hal ini menerangkan bahwa penerapan model quantum learning memberikan dampak yang baik bagi siswa dalam pembelajaran. 8 Penerapan TANDUR Perencanaan pembelajaran yang dinamis juga berpebgaruh terhadap suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dapat dibuat sedinamis mungkin, konsisten dan mudah. Perencanaan pembelajaran seperti halnya TANDUR. DePorter Hernacki 2008: 88 mengatakan bahwa TANDUR adalah unsur- unsur kerangka rancangan belajar dengan Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Dibawah ini adalah penjelasan mengenai TANDUR dan maknanya DePorter Hernacki2008: 10: a. Tumbuhkan Menumbuhkan dan memikat siswa dengan melibatksn siswa dalam semua kegiatan sehingga siswa dapat mengetahui apa saja manfaat pelajaran yang telah dilakukan untuk kehidupan sehari-hari. Cobalah untuk menumbuhkan suasana yang sangat menyenangkan dan menggembirakan di hati siswa. Buatlah siswa merasa belajar adalah kebutuhan bukanlah tuntutan. Kegiatan di kelas seperti siswa diajak bernyanyi sesuai dengan materi yang diajarkan. 23 b. Alami Memberikan pengalaman belajar siswa untuk menumbuhkan kebutuhan mengetahui. Kebutuhan tersebut seperti: menciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua siswa. Siswa diajak guru membentuk kelompok-kelompok. c. Namai Berikan apa yang siswa inginkan, tepat saat minat siswa memuncak. Untuk itu harus disediakan kata kunci, konsep, model, rumus, startegi yang kemudian menjadikan sebuah masukan bagi siswa. Setelah melalui pengalama belajar pada kompetensi dasar tertentu, siswa diajak untuk menulis dalam kertas, memberikan nama apa saja yang mereka peroleh, informasi, rumus, ataupun hal yang baru. d. Demonstrasikan Hal ini berati memberikan kesempatan mereka untuk mengaitkan pengalaman dengan hal yang baru. Sediakan kesempatan bagi siswa untuk menunjukan bahwa mereka tahu dengan melakukan demostrasi. Setelah mengalami siswa mampu mengingat 90 karena siswa melakukantiga aktivias sekaligus yakni; mendengarkan, melihat, dan melakukan. e. Ulangi Rekatkan keseluruhan materi pembelajaran, tunjukan kepada para siswa tentang cara- cara mengulangi materi dan menegaskan “aku tahu bahwa aku memang tahu ini”. Pengulangan memperkuat koneksi syaraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini” pengulangan sebaiknya dilakukan setelah melakukan demonstrasi. 24 f. Rayakan Perayaan adalah ekspresi dari kelompok seseorang yang telah berhasil mengajarkan suatu tugas atau kewajiban dengan baik. Perayaan akan menandakan kesan rampung, menghormati, usaha, ketekunan, dan kesuksesan. Pengakuan untuk penyelesaian partisipasi, dan diperoleh keterampilan dan ilmu pengetahuan.

4. Metode Ceramah

Suatu pembelajaran di kelas pasti memerlukan suatu metode agar tujuan dapat tersampaikan dengan baik, salah satunya dengan metode ceramah. Sagala 2010: 201 mengatakan metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru pada siswa. Metode utama yang dilakukan dalam perhubungan guru dengan siswa dengan berbicara. Sedangkan peranan siswa dalam metode ceramah yang penting adalah mendengarkan dengan teliti serta mencatat yang pokok-pokok yang dikemukakan oleh guru. Suryobroto 2002: 169 mengungkapkan bahwa langkah-langkah usaha-usaha yang perlu dipersiapkan antara lain sebagai berikut: 1. Terlebih dahulu harus diketahui dengan jelas dan dirumuskan sekhusus- khususnya mengenai tujuan pembicaraan atau hal yang hendak dipelajari oleh siswa. 2. Bahan ceramah kemudian disusun sedemikian hingga: a. Dapat dimengerti dengan jelas, artinya setiap pengertian dapat menghubungkan anatar guru dengan pendengaran siswa. b. Menarik perhatian siswa. 25 c. Memperlihatkan pada siswa bahwa bahan pelajaran yang mereka peroleh berguna bagi penghidupan mereka. Metode ceramah asumsinya memiliki keunggulan tersendiri karena selalu digunakan dalam setiap pembelajaran, namun metode ini kurang baik jika berdiri sendiri tanpa adanya kolaborasi dari berbagai metode.

5. Karakteristik siswa kelas V SD

Piaget Rita Eka Izzaty,dkk, 2013 mengatakan tahap perkembangan kognitif anak dapat dibagi menjadi 4 tahap sebagai berikut : a Tahap sensorik umur 0-2 tahun b Tahap praoperasional umur 2-7 tahun c Tahap praoperasional konkrit umur 7-11 tahun d Tahap operasi formal umur 11-16 tahun Dalam pembelajaran IPS sangat penting untuk menyesuaikan dengan karakter dan tahap perkembangan siswa agar guru mengerti kebutuhan siswa. Berdasarkan karakteristik siswa SD yang memiliki rentang umur 6-7 tahun sampai 12 atau 13 tahun, perkembangan kognitif telah memasuki tahap operasional konkrit dan fase operasi formal pada fase ini anak masih tergantung pada rupa benda dan keadaan yang nyata , namun dia telah mampu mengetahui tentang lingkungan sekitar. Dapat diartikan bahwa anak lebih mudah menyusun pengetahuan mereka berdasarkan ransangan objek atau benda konkret yang dapat dilihat panca indranya dan anak lebih mudah menangkap segala sesuatu yang mereka alami secara langsung. 26 Rita Eka Izzaty,dkk 2013:105 menjelaskan masa oprasional konkrit anak dapat melakukan banyak pekerjaan pada tingkat yang lebih tinggi dari pada yang dapat mereka lakukan pada masa sebelumnya. Pemahamannya tentang konsep, ruangan, kausalitas, kategorisasi, konversi, dan penjumlahan lebih baik. Hal ini berarti siswa telah mampu memahami konsep-konsep yang ada pada pembelajaran IPS. Ciri-ciri sifat anak pada masa kelas tinggi di Sekolah dasar, yaitu : 1 Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari 2 Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis 3 Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus 4 Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya disekolah 5 Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya. Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan anak kelas V Sekolah Dasar berada pada tahap operasional konkret. Anak mampu berpikir logis untuk memecahkan persoalan-persoalan yang sifatnya konkret yaitu dengan cara mengamati atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Pembelajaran untuk kelas V Sekolah Dasar harus dibuat nyata sesuai dengan keadaan lingkungan sekitarnya yang menyenangkan sehingga konsep yang didapatkan akan lebih bermakna. Guru mengajak siswa memahami konsep IPS dengan nyata sesuai keadaan yang terjadi. Dengan model ini siswa diajak untuk berdiskusi dan bermain. Kegiatan ini digunakan untuk meningkatkan minat siswa sesuai dengan karakteristik siswa kelas V SD. 27

B. Penelitian Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah Yuli Rahmawati 2012 dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Strategi Pembelajaran Cooperative Tipe Numbered Head NHT terhadap Pemahaman Konsep dalam Mata Pelajaran IPS pada Kelas V SD Negeri Se Gugus Diponegoro Kecamatan Pamotan Rembang. Tujuan penelitian ini adalah Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh signifikan ditunjukan dengan signifikasi 0,0540,05 penggunaan stretegi pembelajaran Cooperative Tipe Numbered Head NHT terhadap Pemahaman Konsep dalam Mata Pelajaran IPS. Irlaila Kusumawardani 2016 dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Quantum Learning untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pelajaran PKN Kelas V A SDN Pungkuran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model quantum learning terhadap peningkatan motivasi belajar siswa kelas V SDN Pungkuran. Hasil penelitian ini menunjukan peningkatan motivasi belajar menunjukkan bahwa penerapan model quantum learning dengan menggunakan strategi TANDUR Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakanrasikan, Ulangi, dan Rayakan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas VA. Hal ini dapat dilihat dari hasil angket yaitu motivasi belajar siswa yang masuk dalam kategori tinggi atau sangat tinggi memiliki persentase sebesar 41 pada pra tindakan meningkat menjadi 68 pada siklus I. Persentase tersebut kembali meningkat pada siklus II menjadi 86.