PENGARUH MODEL QUANTUM LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) PADA KELAS V SD DI GUGUS DANUREJAN KECAMATAN DANUREJAN YOGYAKARTA.

(1)

PENGARUH MODELQUANTUM LEARNINGTERHADAP PEMAHAMAN KONSEP ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) PADA KELAS V SD

DI GUGUS DANUREJAN KECAMATAN DANUREJAN YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Anggun Taruna Puspitasari NIM 13108241035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017


(2)

PENGARUH MODELQUANTUM LEARNINGTERHADAP PEMAHAMAN KONSEP ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) PADA KELAS V SD

DI GUGUS DANUREJAN KECAMATAN DANUREJAN YOGYAKARTA

Oleh

Anggun Taruna Puspitasari NIM. 13108241035

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

quantum learning terhadap pemahaman konsep IPS kelas V SD di Gugus

Danurejan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperiment. Populasi

penelitian ini siswa kelas V SD Segugus Danurejan. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Sampel penelitian adalah SD N

Tegalpanggung dan SD N Widoro. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah soal tes pilihan ganda. Validitas instrumen dihitung menggunakan program computerSPSS 16.0. penelitian ini menggunakan datapretestdanposttestdengan

analisis uji hipotesist-test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model quantum learning

dengan menggunakan strategi TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan) dapat memengaruhi pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran IPS kelas V SD N Tegalpanggung. Hal ini ditunjukan dengan adanya uji t-test dan perubahan nilai rata-rata kelas. Hasil uji hipotesis

menunjukan harga t > t (2,188>2,028,) dengan angka signifikasi

0,035< 0,05. Jadi, dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima. Hal tersebut juga membuktikan bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep IPS antara siswa yang diajar dengan model quantum learningdan siswa yang diajar dengan

metode ceramah.


(3)

THE EFFECT OF QUANTUM LEARNING MODEL UNDERSTANDING OF SOCIAL STUDIES CONCEPTS

Anggun Taruna Puspitasari Abstract

This study aims to find out the effect of the quantum learning model on the understanding of Social Studies concepts in Grade V. This was a quasi-experimental study. The research population comprised all students of Grade V of the elementary schools in Danurejan Cluster. The sample was selected by means of the simple random sampling technique. It consisted of SDN Tegalpanggung and SDN Widoro. The instrument was a multiple choice test. The instrument validity was assessed by the SPSS 16.0 computer program. The study used the pretest and posttest data and the hypothesis testing using the t-test. The results of the study showed that the application of the quantum learning model using the TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan = Grow, Experience, Name, Demonstrate, Repeat, and Celebrate) strategy was capable of

affecting the students’ understanding of concepts in the Social Studies subject in Grade V of the elementary schools in Danurejan Cluster. This was indicated by the results of the t-test and the change in the class mean score. The result of the hypothesis testing showed a significance value of 0.035<0.05. Therefore, it was concluded that there was a difference in the understanding of Social Studies concepts between the students learning through the quantum learning model and those learning through the lecturing method.


(4)

(5)

(6)

(7)

PERSEMBAHAN

Sebuah karya ini sebagai ungkapan pengabdian cinta yang tulus dan penuh kasih sayang teruntuk:

1. Kedua orang tua saya, Bapak Gangsar Joko S. dan Ibu Wiwik Hidayati yang selalu memberikan saya motivasi, wawasan, dan sumber dana dalam proses perkuliahan,

2. Almamaterku tercinta UNY,dan 3. Negeriku tercinta Indonesia.


(8)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT, atas segala inayah dan hidayah-Nya, yang telah member kekuatan, perlindungan dan bimbingan kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model

Quantum LearningTerhadap Pemahaman Konsep IPS Pada Kelas V SD di Gugus

Danurejan Kecamatan Danurejan Yogyakarta”.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi sebagai persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, tentunya skripsi ini tidak mungkin akan berhasil, maka dari itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.

2. Ketua Jurusan PSD dan Ketua Program Studi PGSD beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai selesainya TAS ini.

3. Dosen pembimbing yang telah membimbing dengan sepenuh hati serta keikhalasan di tengah kesibukan beliau, memberikan dorongan dan nasehat dengan sabar selama proses penulisan skripsi hingga selesai,

4. Ketua Penguji, Sekretaris, dan Penguji yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap TAS ini.


(9)

5. Kepala SD N Tegalpanggung dan Kepala SD N Widoro yang telah memberikan ijin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.

6. Para guru dan staf SD N Tegalpanggung dan SD N Widoro yang telah memberi bantuan memperlancar pengambilan data selama proses penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.

7. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan di sini, atas bantuan dan perhatiaannya selama penyususnan Tugas Akhir Skripsi ini.

Akhirnya, segala bantuan yang telah berikan semua pihak di atas menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan Tugas ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya.

Yogyakarta, 30 Maret 2017

Anggun Taruna Puspitasari NIM. 13108241035


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL...i

ABSTRAK ...ii

SURAT PERNYATAAN ...iii

PERSETUJUAN...iv

PENGESAHAN ...v

PERSEMBAHAN...vi

KATA PENGANTAR ...vii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR GAMBAR ...xii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang ...1

B. Identifikasi Masalah ...5

C. Batasan Masalah ...5

D. Rumusan Masalah ...5

E. Tujuan Penelitian ...6

F. Manfaat Penelitian ...6

BAB II KAJIAN PUSTAKA...7

A. Kajian tentang Pemahaman Konsep IPS ...7

1. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ...7

2. Pemahaman Konsep IPS ...9

3. ModelQuantum Learning ...12

a. PengertianQuantum Learning...12

b. Beberapa hal penting dalamQuantum Learning ...15

c. Penerapan ModelQuantum Learningpada pelajaran IPS ...17

4. Metode Ceramah ...24

5. Karakteristik siswa kelas V SD ...25

B. Penelitian Relevan ...27

C. Kerangka Pikir ...28

D. Hipotesis Penelitian ...31

BAB III METODE PENELITIAN...32

A. Jenis Penelitian ...32

B. Variabel Penelitian ...33

C. Definisi Operasional ...34

D. Populasi dan Sampel ...35


(11)

F. Instrumen Pengumpulan Data ...37

G. Teknik Pengumpulan Data ...39

H. Uji Validitas dan Reliabilitas ...40

I. Teknik Analisis Data ...45

1. Uji Prasyarat Analisis ...45

2. Uji Hipotesis ...45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...47

A. Pelaksanaan Pembelajaran ...47

B. Deskripsi Data ...47

C. Prasyarat Analisis ...52

1. Uji Normalitas ...52

2. Uji Homogenitas ...53

D. Pengujian Hipotesis ...54

E. Pembahasan ...57

F. Keterbatasan Penelitian ...62

BAB V PENUTUP...63

A. Simpulan ...63

B. Saran ...63

DAFTAR PUSTAKA ...64


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Kategori Proses Pemahama ...11

Tabel 2 Desain Penelitian ...32

Tabel 3 Jumlah siswa dalam Gugus Danurejan ...34

Tabel 4 Kisi-kisi instrumen pemahaman konsep IPS ...38

Tabel 5 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ...42

Tabel 6 Klasifikasi Daya Pembeda ...43

Tabel 7 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ...46

Tabel 8 Daftar nilaipretestpemahaman Konsep IPS ...47

Tabel 9 Daftar nilaiposttestpemahaman Konsep IPS ...49

Tabel 10 Perbandingan nilai rata-ratapretestdanposttestkelas eksperimen dan kelas kontrol ...50

Tabel 11 Hasil uji normalitas ...52

Tabel 12 Hasil uji homogenitas ...53

Tabel 13 Hasil ujit-testnilaipretest...54


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Gambar penerapan model penelitian ...30

Grafik 1 Nilai rata-ratapretestkelas eksperimen dan kelas kontrol ...48

Grafik 2 Nilai rata-ratapostesttkelas eksperimen dan kelas kontrol ...50


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Instrumen Penelitian ...67

Lampiran 2 Data Hasil Uji Coba Penelitian ...74

Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliablitas data ...75

Lampiran 4 Hasil Uji Reliabilitas Pemahaman Konsep IPS ...82

Lampiran 5 HasilOutputUji Daya Beda Pemahaman Konsep IPS ...83

Lampiran 6 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Pemahaman Konsep IPS 84 Lampiran 7 Hasil Hitung Statistik ...98

Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ModelQuantum Learning 101 Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Metode Ceramah ...120

Lampiran 10 Dokumentasi Uji Coba Instrumen ...134

Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian ...135

Lampiran 12 HasilPretestKelas Kontrol ...141

Lampiran 13 HasilPretestKelas Eksperimen ...153

Lampiran 14 Hasil Evaluasi Kelas Eksperimen ...165

Lampiran 15 Hasil Evaluasi Kelas Kontrol ...169

Lampiran 16 HasilPosttestKelas Kontrol ...171

Lampiran 17 HasilPosttestKelas Eksperimen ...183


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran tidak dapat diartikan secara sederhana sebagai perpindahan informasi pengetahuan dari buku langsung pada siswa. Pembelajaran yang efektif, dapat membantu siswa menempatkan diri dalam situasi dimana siswa mampu mengkonstruksi materi dalam kehidupan keseharian dengan mengekspresikan dirinya secara tepat apa yang mereka rasakan dan mampu melaksanakannya. Pembelajaran menunjukan kegiatan aktif yang dilakukan guru sebagai pengelola kelas dan pengorganisasian belajar bersama dengan siswa.

Menurut Sujarwo (2014: 4) Proses pembelajaran memfokuskan pada proses interaksi antara komponen-komponen pembelajaran, memberikan pemaknaan secara bersama-sama antara pendidik dan peserta didik dengan harapan akan mencapai hasil yang optimal. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa pembelajaran, selain mampu memberikan motivasi dan pengetahuan, juga harus dapat memberikan arti bagi siswa diharapkan siswa dapat aktif, kreatif, dan inovasi untuk meningkatkan perkembangan psikomotorik siswa termasuk pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Menurut Sapriya (2011:12), Pendidikan IPS tingkat sekolah sangat erat kaitannya dengan disiplin ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi dengan humaniora dan ilmu pengetahuan alam yang dikemas secara ilmiah dan pedagogis untuk kepentingan pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu IPS di tingkat sekolah dasar pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga


(16)

negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan(skills), sikap dan

nilai (attitude and values) yang dapat digunakan sebagai kemapuan untuk

memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemapuan mengambil keputusan dan partisipasi dalam berbagai kegiatan masyarakat agar menjadi warga negara yang baik. Dilihat dari kajian diatas IPS merupakan pelajaran yang berorientasi pada persoalan mengenai manusia dan lingkungannya yang mana tidak dapat difokuskan pada aspek hafalan semata, namun lebih menjurus pada penerapan pada kehidupan sehari-hari yang dapat mengembangkan kemampuan pemahamannya.

Menurut Winkle (2012: 274) bahwa pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Hal ini diartikan bahwa siswa dikatakan memahami bila dapat mengonstruksikan makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik lisan, tulis, maupun grafis yang disampaikan melalui pengajaran buku atau yang lainnya. Menurut Gulo (2004: 59) kemampun mengerti/ memahami itu telah dikuasai antara lain: dapat menjelaskan dengan kata-kata sendiri, dapat membandingkan, dapat membedakan, dan dapat mempertentangkan. Effendi (2011:34), mengartikan konsep sebagai abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi atas sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu.

Hal ini mengandung pengertian konsep merupakan sesuatu penggambaran abstrak tentang suatu benda, peristiwa, gagasan, individu, atau kelompok. Konsep setiap orang dibangun sendiri melalui pengalaman yang dilaluinya. Dari beberapa pengertian di atas dapat kita ketahui pengertian pemahaman konsep adalah


(17)

kemapuan mengerti/ memahami penggambaran yang abstrak dengan membandingkan, mempertentangkan dan menjelaskan dengan kata-kata sendiri.

Tujuan pembelajaran yang terdapat dalam BSNP nomor satu yakni mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Dilihat beberapa pendapat diatas pemahaman saat berpengaruh dalam pemebelajaran untuk anak selain itu peran konsep-konsep dalam masyarakat berguna bagi anak. Oleh karena itu pemahaman konsep bagi anak penting dalam pembelajaran IPS bukan hanya untuk memberikan informasi pada siswa namun memberikan makna pada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Peneliti telah melakukan observasi di SD yang tergabung dalam gugus Danurejan yaitu SD Negeri Lempuyangwangi, SD Negeri Lempuyangan 1, SD Negeri Tegalpanggung, SD Negeri Widoro, SD Muhammadiyah Bausasran 1, dan SD Muhammadiyah Bausasran 2. Obsevasi dilakukan pada tanggal 23-24 Oktober 2016 di kelas V. Dari dua sekolah yang telah di observasi yakni SD Negeri Tegalpanggung dan SD Negeri Widoro menunjukan bahwa pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran IPS masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari soal-soal yang diberikan guru saat ulangan harian masih terlihat mengevaluasi kemampuan hafalan siswa, bukan pemahaman konsep yang bermakna. Mengenai pembelajaran IPS yang selama ini dilakukan oleh guru masih menggunakan cara tradisional yaitu dengan meminta siswa membaca materi dan sedikit menjelaskan melalui metode cermah. Kegiatan selanjutnya yaitu menjawab pertanyaan mengenai materi sesuai dengan buku bukan menggunakan pemahaman siswa sendiri, sehingga pemahan konsep anak mengenai IPS kurang. Selain itu penyampaian


(18)

materi oleh guru dilakukan secara abstrak, yakni menggunakan metode ceramah

dalam materi “Keragaman Suku Bangsa”. Guru berbicara di depan kelas hanya mengacu pada satu buku saja tanpa adanya tambahan sumber lain. Padahal pembelajaran IPS mengharuskan guru untuk dapat menyusun pembelajaran sedemikian rupa sehingga anak dapat memahami dan menerapkana dalam lingkungan sekitarnya. Asumsinya permasalahan juga dirasakan di SD Negeri Tegalpanggung.

Terkait dengan permasalahan yang terjadi di Gugus Danurejan diduga perlu adanya perubahan model pembelajaran dalam pembelajaran IPS untuk melihat pengaruh pemahaman konsep anak pada mata pelajaran IPS. Peneliti akan mengujicobakan model quantum learning, karena model ini belum pernah

diterapkan di Gugus Danurejan. Melalui quantum learning siswa akan diajak

meningkatkan pemahaman dan daya ingat (DePorter & Hernacki, 2015: 245). Model pembelajaran ini menggunakan perencanaan pembelajaran TANDUR. TANDUR adalah unsur- unsur kerangka rancangan belajar dengan Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan (DePorter & Hernacki, 2008: 88).

Menyadari akan hal-hal yang dilakukan dalam modelquantum learningdan

melihat model tersebut belum pernah diterapkan dalam pembelajaran IPS maka kiranya diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penerapan model

quantum learning berpengaruh terhadap pemahaman konsep pada pembelajaran


(19)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka muncul permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagi berikut:

1. Siswa kurang memahami konsep IPS

2. Siswa hanya menghafal materi pada saat pelajaran 3. Guru hanya menggunakan metode ceramah

4. Kurang adanya penggunaan pendekatan, media, dan metode yang tepat pada proses pembelajaran

5. Soal–soal yang diberikan guru pada saat ulangan harian masih terlihat mengevaluasi kemampuan hafalan

6. Modelquantum learningbelum pernah diterapkan di sekolah

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, penelitian ini dibatasi pada model

quantum learning yang belum pernah diterapkan untuk mengatasi masalah

pemahaman konsep IPS kelas V SD di Gugus Danurejan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatas masalah yang sudah dikemukan oleh peneliti, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh yang signifikan dalam penerapan model quantum learning terhadap pemahaman konsep pada materi


(20)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model quantum learning terhadap pemahaman konsep IPS

pada kelas V SD di Gugus Danurejan .

F. Manfaat Penelitian

Secara umum penelitian ini memiliki dua manfaat yang dilihat dari nilai praktis dan nilai teoritis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menambah referensi mengenai penerapan model

quantum learning terhadap pemahaman IPS siswa SD.

2. Manfaat Praktis a. Bagi guru

1) Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman guru mengenai modelquantum learningyang digunakan dalam pembelajaran IPS

2) Memberikan informasi bagi guru untuk menggunakan model pembelajaran b. Bagi siswa

Memahami konsep persiapan kemerdekaan Indonesia c. Bagi peneliti

Memperoleh pengalaman dan pengetahuan mengenai cara mengajar yang efektif dengan menggunakan modelquantum learning.


(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang erat kaitnya dengan hubungan antara manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah, atau masyarakat. Anak dapat tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari kehidupan masyarakat yang senantiasa dihadapkan pada berbagai permaslahan yang terjadi di lingkungan sekitar. Menurut Sapriya (2011:12), Pendidikan IPS tingkat sekolah sangat erat kaitannya dengan disipln ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi dengan humaniora dan ilmu pengetahuan alam yang dikemas secara ilmiah dan pedagogis untuk kepentingan pembelajaran di sekolah. Susanto (2014: 6) menjelaskan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang-cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora, yaitu: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hokum, dan budaya. Menurut Trianto (2010: 171) Ilmu pengetahuan sosial ini dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial saat ini yang mewujudkan satu pendekatan yang interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). Hal ini berarti ilmu pengetahuan sosial memberikan peranan penting bagi masyarakat sebagai solusi masalah yang ada sekarang ini dengan menggunakan cabang-cabang ilmu sosial yang ada diatas. National Council for the Social Studies mengartikan IPS sebagai berikut:

Social studies is the integrated study of the study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social


(22)

studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archaeology, economic, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decision for the public good as citizen of a culturally diverse democratic society in an interdependent word.(p.194).(Amstrong,1997:9)

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang terintegrasi dengan ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk mengembangkan kompetensi kewarganegaraan. Dilihat dari program sekolah, ilmu pengetahuan sosial menyediakan keserasian, banyak mata pelajaran yang menggambarkan sistematik seperti mata pelajaran antropologi, arkeologi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, keagamaan, dan sosiologi, serta konten yang sesuai dari manusia, matematika, dan pengetahuan alam. Tujuan utama IPS adalah untuk membantu generasi muda mengembangkan kemampuan untuk berpendapat dan membuat putusan yang masuk akal untuk kepentingan rakyat (khalayak) karena beraneka ragam budaya masyarakat demokratis yang saling bergantung.

Jadi Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang memadukan ilmu antropologi, arkeologi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, keagamaan, dan sosiologi serta mengembangkan dari situasi di masyarakat. Oleh karena itu IPS pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang mempunyai kemapuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemapuan mengambil keputusan dan partisipasi dalam berbagai kegiatan masyarakat agar menjadi warga negara yang baik.


(23)

Pemerintah juga sudah memberikan tujuan mata pelajaran IPS agar peserta didik dapat memiliki kemampuan, ini tertulis dalam Badan Standar Nasional Pendidikan 2006 adalah sebagai berikut:

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam

masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Dengan memberikan tujuan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial diharapkan siswa dapat menerapkan kemampuan tersebut dalam bermasyarakat tidak terkecuali di lingkungan rumah, sekolah, dan lingkungan sekitar. Dilihat dari kajian diatas IPS merupakan pelajaran yang berorientasi pada persoalan mengenai manusia dan lingkungannya. Keterkaitan hal ini sangat berguna bagi anak untuk memecahkan suatu masalah yang ada di kelas pada mata pelajaran IPS.

2. Pemahaman Konsep IPS

Menurut Uno (2006: 36) tingkat pemahaman diartikan kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Kemampuan mengerti/ memahami antara lain: dapat menjelaskan dengan kata-kata sendiri, dapat membandingkan, dapat membedakan, dan dapat


(24)

mempertentangkan. Sudijono (2006: 50) menambahkan pemahaman adalah tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Dapat dikatakan peserta didik menguasai pemahaman yaitu peserta didik dapat memberikan penjelasan dengan kata-kata sendiri. Hal ini juga senada dengan yang diungkapkan oleh Ramdhani (2016: 41) kemampuan pemahaman merupakan unsur penting dalam pembelajaran, dengan memberikan pengertian yang sederhana terhadap materi-materi dari informasi baru bukan hafalan saja.

Sudjana (2016: 24) Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga tingkatan sebagai berikut:

a. Tingkat pertama adalah terjemahan, mulai dari terjemahan dari arti sebenarnya,

b. Tingkat kedua adalah penafsiran, menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok, c. Tingkat ketiga adalah ekstrapolasi, peserta didik dapat melihat di balik yang

tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, masalahnya.

Dari ketiga tingkatan pemahaman di atas tingkat pemahaman yang sesuai pada penelitian ini adalah ekstrapolasi, karena peserta didik dapat memberikan pendapat dari sebuah kejadian masa lalu yang telah dilihat dan rasakan. Pendapat lain mengenai dimensi pemahaman dikemukakan oleh Anderson (2015: 100) bahwa memahami adalah mengkonstruk makna dari materi pembelajaran,


(25)

termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan dgambar oleh guru. Pemahaman memiliki tujuh dimensi yaitu pada tabel 1:

Tabel 1. Kategori Proses Pemahaman No. Kategori Proses Nama-nama lain

1. Menafsirkan Mengklarifikasi, memparafrasekan, mempresentasikan, menerjemahkan

2. Mencontohkan Mengilustrasikan, memberikan contoh 3. Mengkasifikasikan Mengategorikan, mengelompokkan 4. Merangkum Mengabstraksi, menggeneralisasi

5. Menyimpulkan Menyarikan, mengekstrapolasi, mengintrapolasi, memprediksi

6. Membandingkan Mengontraskan, memetakan, mencocokkan 7. Menjelaskan Membuat model sebab akibat

Dari dimensi pemahaman diatas kemudian dikembangkan menjadi kisi-kisi instrumen berupa tes. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas pemahaman adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik untuk memberikan penjelasan dan mengungkapkan pendapat mengenai kegiatan yang telah dilakukan.

Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 588) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret. Effendi (2011:34), mengartikan konsep sebagai abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu. Konsep merupakan simbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil memuat tafsiran terhadap fakta atau realita, dan hubungan antara berbagai fakta (Uno, 2006: 9).

Hal ini juga diperjelas oleh Wahab (2012: 128) konsep kurang lebih cara berpikir abstrak, perasaan, dan cara berperilaku seperti: adaptasi, demokrasi, toleransi, kejujuran, kesetiaan, kemerdekaan, keadilan, kejujuran, kebebasa, saling


(26)

ketergantungan, tanggung jawab, kerjasama, hak-hak, persamaan, dan konflik budaya. Dari penjelasan diatas berarti kemerdekaan adalah suatu konsep yang ada dalam pembelajaran IPS. Berdasarkan beberapa pendapat di atas konsep adalah sebuah ide dari suatu peristiwa untuk memahami sesuatu dan memudahkannya dalam mengemukakan apa yang dimaksudkan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas pemahaman konsep merupakan suatu kemampuan ide atau gagasan yang harus dimiliki agar dapat menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, menjelaskan kejadian, keadaan, kelompok atau individu. Pengertian diatas dipertegas oleh pendapat Ramdhani (2016: 48) pemahaman konsep adalah kemampuan peserta didik untuk menjelaskan, menafsirkan, dan menyimpulkan suatu konsep berdasarkan pembentukan pengetehauan, penanaman konsep, kemampuan serta pembentukan sikap.

Hal ini juga berkaitan dengan tujuan mata pelajaran IPS yang wajib mengenalkan konsep seperti tertera pada BSNP nomor satu agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut: “mengenal konsep-konsep yang berkaitan

dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya”. Tujuan tersebut berpengaruh

pada pemahaman konsep anak sekolah dasar khususnya pada mata pelajaran IPS yang biasanya berkaitan dengan konsep-konsep kehidupan masyarakat dan lingkungannya.


(27)

3. Model Quantum Learning a. PengertianQuantum Learning

Model pembelajaran yang ideal sangat berpengaruh penting bagi siswa dalam menerima pembelajaran seperti halnya model quantum learning.Quantum learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov seorang pendidik yang

bereksperimen dengan sugetiologi atau sugesti. Prinsipnya adalah sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar siswa, dan setiap detail memberikan sugesti ataupun positif (DePorter & Hernacki, 2015: 14). Dalam model ini menggabungkan antara lingkungan (suasana, fisik, lingkungan), dan sumber-sumber (interaksi, metode, ketrampilan). Hal ini berarti quantum learning adalah

suatu model yang menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan serta menumbuhkan motivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa paham akan materi yang diajarkan.

Pembelajaran kuantum adalah suatu model yang menyajikan bentuk

pembelajaran sebagai suatu “orkestra” jika dipilah dari dua unsur yaitu, kontek

dan isi. Konteks secara umum menjelaskan lingkungan belajar siswa baik fisik maupun psikis. Sedangkan konten isi berkenaan mengenai cara penyampaian isi materi pada siswa (Syaefudin,2012: 126).

Pembelajaran kuantum (Jaidun & Panjaitan, 2014) ialah pembelajaran yang mampu menciptakan interaksi dan keaktifan siswa, sehingga kemampuan, bakat, dan potensi siswa dapat berkembang, yang pada akhirnya mampu meningkatkan prestasi belajar dengan menyingkirkan hambatan belajar melalui penggunaan cara dan alat yang tepat, sehingga siswa dapat belajar secara mudah. Pada proses


(28)

pembelajaran kuantum melibatkan komunitas belajar, sehingga guru dan siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran sama-sama merasa senang dan saling bekerja sama untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal. Hal ini juga dipertegas dalam Research and Studies Quantum Learning Educationdari (Singer

& Nourie: 1998) adalah sebagai berikut:

Post intervention data indicated increased student learning, attendance, and improved attitude toward school. Students also showed increased math and reading skills, both on standardized tests and class grades. Post intervention data also revealed improved teachers effectiveness and satisfaction.

Pasca data campur tangan menunjukan peningkatan belajar siswa, absensi, dan perbaikan sikap terhadap sekolah. Siswa juga menunjukan peningkatan pada matematika dan kemampuan membaca, baik pada tes standard dan nilai kelas. Pasca data campur tangan juga mengungkapkan peningkatan efektivitas dan kepuasan guru. Hal ini berarti quantum learning memiliki pengaruh besar dalam

model pembelajaran mulai dari kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan (Kusumawardani,2016) quantum learning merupakan model pembelajaran yang

menciptakan suasana efektif, menggairahkan, dan menyenangkan, sehingga menuntun ketrampilan guru dalam merancang, mengembangkan dan mengelola sistem pembelajaran dengan memberdayakan seluruh potensi dan lingkungan belajar siswa.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa quantum learning merupakan suatu model pembelajaran yang dapat mempertajam


(29)

menyenangkan, memberikan motivasi, dan bermanfaat bagi peserta didik dengan memberdayakan seluruh potensi dan lingkungan belajar siswa yang ada sehingga siswa merasa senang dengan proses pembelajaran yang berlangsung dalam pembelajaran.

b. Beberapa Hal Penting dalamQuantum Learning 1) Kekuatan Pikiran sebagai Modal Dasar Belajar

Melalui kekuatan pikiran diharapkan siswa mampu berpikir dengan baik untuk melaksanakan kehidupan di masyarakat. Kekuatan pikiran sendiri sangat memengaruhi semua aspek kehidupan anak. Ditegaskan bahwa otak manusia mempunyai potensi yang sama dengan yang dimiliki oleh Albert Einstein. Melalui hasil penelitian Global Learning, dikenalkan bahwa proses belajar itu mirip

bekerjanya otak seorang anak 6-7 tahun yang seperti spons menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan kerumitan bahasa yang kacau dengan cara yang menyenangkan dan bebas stress (DePorter & Hernacki, 2015: 22).

Kekuatan pikiran menekankan bahwa semakin pikiran itu diulang, semakin besar energi dan kekuatan yang dihasilkan, memancar dari dalam diri, dan menarik pikiran kita dari luar (Kehoe & Fischer, 2006: 16). Dengan pengulangan pada saat pembelajaran di kelas membuat siswa menjadi lebih paham materi yang sedang diajarkan. Selain itu memahami sifat pikiran anak akan memungkinkan mengajar lebih efektif, dengan membatu mengarahkan pikiran siswa ke arah hasil yang positif. Jadi kekuatan berpikir sangat dibutuhkan siswa agar siswa belajar mengenai kehidupan di masyarakat serta sebagai pendorong bagi keberhasilan dalam proses belajar.


(30)

2) Motivasi Belajar Siswa melalui Kekuatan AMBAK

Motivasi sangat penting bagi siswa yang memberikan suatu semangat baru untuk menggapai tujuan. Sugihartono (2013: 20) menambahkan motivasi diartikan sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu serta memberikan arah dan ketahanan pada tingkah laku. Dengan motivasi seseorang akan mudah melakukan suatu hal yang ingin digapai tanpa menghiraukan hambatan yang ada sesuai arah dan tujuan, tidak terkecuali pada saat pembelajaran berlangsung. Siswa membutuhkan motivasi dalam belajar yang sering disebut motivasi bealajar guna mencapai tujuan dalam sekolah.

Motivasi belajar bagi siswa dalam model quantum learning dengan prinsip

AMBAK. AMBAK merupakan singkatan Apa Manfaatnya BAgiku? Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan DePorter & Hernacki (2015;49). Dalam pembelajaran hendaknya dapat menumbuhkan dan menanamkan prinsip ambak pada setiap awal kegiatan pembelajaran di kelas. Dengan penanaman prinsip tersebut diharapkan akan muncul sikap presepsi positif terhadap kegiatan belajar pada diri setiap siswa.

Menumbuhkan ambak bukan hal yang sulit sama saja dengan menciptkan minat itu dalam apa yang sedang dipelajari dengan menghubungkan dunia nyata. Menciptakan minat adalah cara yang baik untuk memberikan motivasi pada diri untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Motivasi tersebut dengan belajar aktif dengan lingkkungan sekitar. Membuat simulasi konsep belajar aktif dengan gambaran kegiatan seperti: belajar apa saja dari setiap situasi, menggunakan cara


(31)

yang menguntungkan siswa, mengupayakan agar segalanya terlaksana, dan bermanfaat. Jadi dalam proses pembelajaran hendaknya seorang pendidik memberikan motivasi pada siswa agar siswa mengerti dan mengetahui tujuan dan manfaat materi yang sedang diajarkan.

3) Penataan Lingkungan Belajar

Dalam proses belajar mengajar diperlukan penataan lingkungan yang dapat membuat siswa merasa betah dalam belajarnya, dengan penataan lingkungan belajar yang tepat juga dapat mencegah kebosanan dalam diri siswa. Penataan lingkungan belajar ini dibagi menjadi dua yaitu lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan mikro adalah lingkungan peserta didik melakukan proses belajar (bekerja dan berkreasi) DePorter & Hernacki (2015: 68). Lingkungan ini menekankan pada suatu penataan dan suasana dalam kelas seperti musik, penataan cahaya, dan desain tempat duduk. Dengan adanya penataan lingkungan peserta didik pasti dapat menerima, menyerap, dan mengolah informasi serta berkonsentrasi dengan mudah. Lingkungan makro adalah lingkungan yang sangat luas. Peserta didik diminta menciptakan ruang belajar di lingkungan masyarakat. Peserta didik harus berpartisipasi dan berinteraksi.

c. Penerapan ModelQuantum Learningpada Mata Pelajaran IPS

Dalam kegiatan belajar mengajar banyak sekali model, pendekatan, startegi yang dilakukan. quantum learning merupakan suatu model pembelajaran yang

menenkankan pada proses belajar yang bermakna pada anak sehingga anak akan paham mengenai materi yang diajarkan. Adapun prinsip-prinsip dalam pembelajaran modelquantum learningadalah sebagai berikut:


(32)

1) Penataan lingkungan belajar

Penataan lingkungan belajar diperlukan dalam proses pembelajaran agar siswa merasa nyaman dan aman. Guru sebagai seorang yang berperan penting dalam kelas harus memberikan kenyamanan pada siswa. Kenyamanan tersebut dapat diciptakan dengan tepat oleh guru dan siswa itu sendiri untuk mencegah kebosanan dalam kelas. DePorter & Hernacki (2015: 66) menjelaskan untuk membuat siswa menjadi sukses quantum learning menciptakan lingkungan yang

optimal dengan penataan lingkungan belajar fisik dan penataan lingkungan mental.

Penataan lingkungan fisik meliputi keadaan sarana dan prasarana yang ada di kelas seperti perabotan (jenis dan penataan), pencahayaan, musik, visual (gambar, poster, papan pengumuman), penempatan persediaan, temperature, tanaman, kenyamanan, dan suasana hati secara umum. Sedangkan penataan lingkungan mental adalah strategi, metode, serta suasana yang digunakan guru untuk menciptakan suasana nyaman dan menyenangkan.

2) Bebaskan gaya belajar siswa

Dalam belajar seorang anak terdapat berbagai macam gaya belajar yang dimiliki siswa. Dalam quantum learning gaya belajar terdapat tiga yaitu: visual,

auditorial, dan kinestetik. Mengenali gaya belajar anak dapat dilakukan dengan menciptakan gaya belajar yang menyenangkan bagi anak, mengurangi konflik yang timbul sebagai akibat dari belajar, menimbulkan motivasi belajar (Aqib, 2011: 68). Dengan seorang pendidik terlebih dahulu mengenali gaya belajar siswa diharapkan tujuan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.


(33)

Grinder dalam Silbermen (2016: 28) menjelaskan bahwa dari setiap 30 siswa, 22 diantarnya rata-rata dapat belajar secara efektif selama guru menghadirkan kegiatan belajar yang berkombinasi antara visual, auditori, dan kinestetik. Hal ini berarti hampir semua siswa menyukai pembelajaran yang menggabungkan dari berbagai gaya belajar. Penggabungan gaya belajar pada saat proses pembelajaran membuat guru lebih efektif dan efisien dalam mengajar serta pemahaman anak dapat tergambar dengan baik.

3) Membiasakan membaca dengan Memahami

Membaca merupakan aktivitas yang penting dalam suatu pembelajaran. Dengan membaca akan menambah pedadaran kata, pemahaman, menmbah wawasan serta daya ingat. Banyak orang sangat sulit untuk memahami saat membaca. Hendaknya sebelum membaca berpikiranlah positif dan berkata yang membuat siswa termotivasi seperti: membaca itu mudah, saya adalah kutu buku, dan saya dapat membaca dengan cepat dan memahami apa yang saya baca.

Selain itu terdapat kiat-kiat lain agar membaca mudah dipahami seperti mempersiapkan diri, minimalkan gangguan, duduk dengan sikap tegap, tenangkan pikiran sesaat, gunakan benda sebagai petunjuk, dan lihatlah sekilas sebelum mulai membaca DePorter & Hernacki (2015: 255). Dengan begitu memahami suatu bacaan dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.

4) Membiasakan mencatat

Suatu pembelajaran itu dapat diterime oleh siswa ketika siswa tersebut paham atau mengerti materi yang diajarkan, selain itu siswa dapat mengungkapkan kembali pengetahuan apa yang telah siswa terima dengan bahasa


(34)

mereka dan sesuai dengan gaya belajar yang siswa tersebut. Hal tersebut dapat diwujudkan dalam sebuah tulisan- tulisan untuk mempermudah siswa dalam mengingatnya.

Menurut DePorter & Hernacki (2015: 146) alasan utama untuk mencatat adalah bahwa mencatat meningkatkan daya ingat. Tanpa adanya mencatat dan mengulangi kemungkinan kecil siswa dapat mengingatnya, karena siswa hanya menggunakan satu gaya belajar saja yakni auditorial. Oleh karena itu penerapan keseluruhan gaya belajar harus selalu diterapkan oleh guru agar siswa paham mengenai semua materi yang diajarkan.

5) Melatih kekuatan memori anak

Kekuatan memori sangat diperlukan dalam belajar anak, sehingga anak perlu dilatih untuk mendapatkan memori yang baik. Aktifitas siswa setiap hari tidak terlepas oleh kerja memori dalam otak. Sugihartono (2013:10) menambahkan memori merupakan kemampuan untuk memasukan, menyimpan, dan memunculkan kembali informasi yang kita terima. Dengan kekuatan memori siswa dapat mengingat apa yang telah mereka rasakan dan alami. Selain itu kekuatan memori padaquantum learningjuga melibatkan semua panca indra yang

siswa miliki. Semakin banyak indra yang terlibat, maka materi yang diajarkan semakin mudah untuk dipahami oleh siswa.

6) Jadikan anak lebih aktif dan kreatif

Guru hendaknya dapat mendorong siswa lebih berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Dengan siswa aktif dapat membuat siswa menjadi termotivasi untuk melakukan hal baru dan berpikir positif. Tumbuhnya sikap positif dalam


(35)

belajar membangun potensi dan kemampuan dalam diri siswa. Dalam belajar aktif, membantu siswa untuk memahami apa yang mereka alami. Sillbermen (2016:31) menjelaskan bahwa hendaknya memberikan pelajaran singkat setelah berlangsungnya kegiatan belajar aktif agar siswa dapat menghubungkan apa yang dialami siswa dengan konsep-konsep yang disampaikan oleh guru.

Hal tersebut akan medorong anak aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Seseorang yang kreatif selalu ingin tahu, suka mencoba, senang bermain, intuitif, dan semua orang berpotensi menjadi orang kreatif DePorter & Hernacki (2015: 293). Dengan adanya sikap kreatif yang baik bagi siswa akan mampu menghasilkan ide-ide dalam belajarnya. Dalam pembelajaran guru hendaknya memberikan kebebasan agar anak menjadi lebih aktif dan kreatif.

7) Memupuk sikap juara

Perlunya memupuk sikap juara harus diterapkan sejak kecil sekalipun pada tingkat sekolah dasar. Hal ini dimaksudkan dapat memotivasi dalam belajar siswa dan siswa merasa lebih dihargai dalam belajar. DePorter & Hernacki (2015: 58) menjelaskan bahwa dalam setelah menyelesaikan suatu pekerjaan, maka pentinglah untuk merayakan aktivitas atau prestasi tersebut. Melakukan aktivitas apapun yang membawa keberhasilan harus bisa dirayakan, dengan memberikan umpan balik yang positif yang bertujuan memberikan perasaan keberhasilan, penyelesaian, kepercayaa, dan membangun motivasi untuk melakukan aktivitas selanjutnya.


(36)

Hal ini juga dipertegas oleh hasil Research and Studies Quantum Learning Education (Singer & Nourie: 1998) yaitu, Students are flexible, open, have positive attitudes before quantum learning 60% and after quantum learning 69%.

Sebelum siswa menggunakan model quantum learning fleksibilitas, keterbukaan,

dan sikap positif siswa masih 60% dan setelah menggunakan model quantum learning naik menjadi 69%. Hal ini menerangkan bahwa penerapan model quantum learningmemberikan dampak yang baik bagi siswa dalam pembelajaran.

8) Penerapan TANDUR

Perencanaan pembelajaran yang dinamis juga berpebgaruh terhadap suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dapat dibuat sedinamis mungkin, konsisten dan mudah. Perencanaan pembelajaran seperti halnya TANDUR. DePorter & Hernacki (2008: 88) mengatakan bahwa TANDUR adalah unsur- unsur kerangka rancangan belajar dengan Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Dibawah ini adalah penjelasan mengenai TANDUR dan maknanya (DePorter & Hernacki2008: 10):

a. Tumbuhkan

Menumbuhkan dan memikat siswa dengan melibatksn siswa dalam semua kegiatan sehingga siswa dapat mengetahui apa saja manfaat pelajaran yang telah dilakukan untuk kehidupan sehari-hari. Cobalah untuk menumbuhkan suasana yang sangat menyenangkan dan menggembirakan di hati siswa. Buatlah siswa merasa belajar adalah kebutuhan bukanlah tuntutan. Kegiatan di kelas seperti siswa diajak bernyanyi sesuai dengan materi yang diajarkan.


(37)

b. Alami

Memberikan pengalaman belajar siswa untuk menumbuhkan kebutuhan mengetahui. Kebutuhan tersebut seperti: menciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua siswa. Siswa diajak guru membentuk kelompok-kelompok.

c. Namai

Berikan apa yang siswa inginkan, tepat saat minat siswa memuncak. Untuk itu harus disediakan kata kunci, konsep, model, rumus, startegi yang kemudian menjadikan sebuah masukan bagi siswa. Setelah melalui pengalama belajar pada kompetensi dasar tertentu, siswa diajak untuk menulis dalam kertas, memberikan nama apa saja yang mereka peroleh, informasi, rumus, ataupun hal yang baru. d. Demonstrasikan

Hal ini berati memberikan kesempatan mereka untuk mengaitkan pengalaman dengan hal yang baru. Sediakan kesempatan bagi siswa untuk menunjukan bahwa mereka tahu dengan melakukan demostrasi. Setelah mengalami siswa mampu mengingat 90% karena siswa melakukantiga aktivias sekaligus yakni; mendengarkan, melihat, dan melakukan.

e. Ulangi

Rekatkan keseluruhan materi pembelajaran, tunjukan kepada para siswa tentang cara-cara mengulangi materi dan menegaskan “aku tahu bahwa aku memang tahu ini”. Pengulangan memperkuat koneksi syaraf dan menumbuhkan

rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini” pengulangan sebaiknya dilakukan setelah


(38)

f. Rayakan

Perayaan adalah ekspresi dari kelompok seseorang yang telah berhasil mengajarkan suatu tugas atau kewajiban dengan baik. Perayaan akan menandakan kesan rampung, menghormati, usaha, ketekunan, dan kesuksesan. Pengakuan untuk penyelesaian partisipasi, dan diperoleh keterampilan dan ilmu pengetahuan.

4. Metode Ceramah

Suatu pembelajaran di kelas pasti memerlukan suatu metode agar tujuan dapat tersampaikan dengan baik, salah satunya dengan metode ceramah. Sagala (2010: 201) mengatakan metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru pada siswa. Metode utama yang dilakukan dalam perhubungan guru dengan siswa dengan berbicara. Sedangkan peranan siswa dalam metode ceramah yang penting adalah mendengarkan dengan teliti serta mencatat yang pokok-pokok yang dikemukakan oleh guru. Suryobroto (2002: 169) mengungkapkan bahwa langkah-langkah/ usaha-usaha yang perlu dipersiapkan antara lain sebagai berikut:

1. Terlebih dahulu harus diketahui dengan jelas dan dirumuskan sekhusus-khususnya mengenai tujuan pembicaraan atau hal yang hendak dipelajari oleh siswa.

2. Bahan ceramah kemudian disusun sedemikian hingga:

a. Dapat dimengerti dengan jelas, artinya setiap pengertian dapat menghubungkan anatar guru dengan pendengaran siswa.


(39)

c. Memperlihatkan pada siswa bahwa bahan pelajaran yang mereka peroleh berguna bagi penghidupan mereka.

Metode ceramah asumsinya memiliki keunggulan tersendiri karena selalu digunakan dalam setiap pembelajaran, namun metode ini kurang baik jika berdiri sendiri tanpa adanya kolaborasi dari berbagai metode.

5. Karakteristik siswa kelas V SD

Piaget (Rita Eka Izzaty,dkk, 2013) mengatakan tahap perkembangan kognitif anak dapat dibagi menjadi 4 tahap sebagai berikut :

a) Tahap sensorik (umur 0-2 tahun) b) Tahap praoperasional (umur 2-7 tahun)

c) Tahap praoperasional konkrit (umur 7-11 tahun) d) Tahap operasi formal (umur 11-16 tahun)

Dalam pembelajaran IPS sangat penting untuk menyesuaikan dengan karakter dan tahap perkembangan siswa agar guru mengerti kebutuhan siswa. Berdasarkan karakteristik siswa SD yang memiliki rentang umur 6-7 tahun sampai 12 atau 13 tahun, perkembangan kognitif telah memasuki tahap operasional konkrit dan fase operasi formal pada fase ini anak masih tergantung pada rupa benda dan keadaan yang nyata , namun dia telah mampu mengetahui tentang lingkungan sekitar. Dapat diartikan bahwa anak lebih mudah menyusun pengetahuan mereka berdasarkan ransangan objek atau benda konkret yang dapat dilihat panca indranya dan anak lebih mudah menangkap segala sesuatu yang mereka alami secara langsung.


(40)

Rita Eka Izzaty,dkk ( 2013:105) menjelaskan masa oprasional konkrit anak dapat melakukan banyak pekerjaan pada tingkat yang lebih tinggi dari pada yang dapat mereka lakukan pada masa sebelumnya. Pemahamannya tentang konsep, ruangan, kausalitas, kategorisasi, konversi, dan penjumlahan lebih baik. Hal ini berarti siswa telah mampu memahami konsep-konsep yang ada pada pembelajaran IPS. Ciri-ciri sifat anak pada masa kelas tinggi di Sekolah dasar, yaitu :

1) Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari 2) Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis

3) Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus

4) Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya disekolah

5) Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya ataupeergroupuntuk bermain

bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan anak kelas V Sekolah Dasar berada pada tahap operasional konkret. Anak mampu berpikir logis untuk memecahkan persoalan-persoalan yang sifatnya konkret yaitu dengan cara mengamati atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Pembelajaran untuk kelas V Sekolah Dasar harus dibuat nyata sesuai dengan keadaan lingkungan sekitarnya yang menyenangkan sehingga konsep yang didapatkan akan lebih bermakna. Guru mengajak siswa memahami konsep IPS dengan nyata sesuai keadaan yang terjadi. Dengan model ini siswa diajak untuk berdiskusi dan bermain. Kegiatan ini digunakan untuk meningkatkan minat siswa sesuai dengan karakteristik siswa kelas V SD.


(41)

B. Penelitian Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah Yuli Rahmawati (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Strategi Pembelajaran Cooperative Tipe Numbered Head (NHT) terhadap Pemahaman

Konsep dalam Mata Pelajaran IPS pada Kelas V SD Negeri Se Gugus Diponegoro Kecamatan Pamotan Rembang. Tujuan penelitian ini adalah Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh signifikan ditunjukan dengan signifikasi 0,054<0,05 penggunaan stretegi pembelajaran Cooperative Tipe Numbered Head (NHT)

terhadap Pemahaman Konsep dalam Mata Pelajaran IPS.

Irlaila Kusumawardani (2016) dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan

Quantum Learning untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pelajaran PKN

Kelas V A SDN Pungkuran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model quantum learning terhadap peningkatan motivasi belajar siswa

kelas V SDN Pungkuran. Hasil penelitian ini menunjukan peningkatan motivasi belajar menunjukkan bahwa penerapan model quantum learning dengan

menggunakan strategi TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakanrasikan, Ulangi, dan Rayakan) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas VA. Hal ini dapat dilihat dari hasil angket yaitu motivasi belajar siswa yang masuk dalam kategori tinggi atau sangat tinggi memiliki persentase sebesar 41% pada pra tindakan meningkat menjadi 68% pada siklus I. Persentase tersebut kembali meningkat pada siklus II menjadi 86%.


(42)

Penelitian diatas memiliki kesamaan dengan variabel yang digunakan yakni pemahaman konsep IPS dan model quantum learning. Jenis penelitian ini

menggunakantrue experimentaldengan bentukpretest-postet control design yang

sesuai dengan peneliti saat ini. Berdasarkan penelitian yang relevan di atas, penelitian ini juga berharap model quantum learning berpengaruh terhadap

pemahaman konsep siswa.

C. Kerangka Pikir

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang memadukan ilmu antropologi, arkeologi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, keagamaan, dan sosiologi serta mengembangkan dari situasi di masyarakat. Pemahaman konsep IPS ialah segenap kemampuan menjelaskan dengan kata-kata sendiri, dapat membandingkan, dapat membedakan, dan dapat mempertentangkan generalisasi kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang dimiliki siswa dalam bidang IPS sebagai hasil mengikuti proses pembelajaran IPS. Dalam memahami konsep, anak sangat terikat kepada proses mengalami sendiri atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan konsep itu sendiri. Model yang tepat digunakan guru dalam pembelaajaran ini adalah quantum learning, karena dengan

menggunakan model quantum learning pembelajaran akan mudah dipahami.

Selain itu pembelajaran dibuat menyenangkan sesuai dengan gaya belajar siswa dan selalu menerapkan sikap positf agar siswa termotivasi terus untuk belajar.

Quantum learning suatu model pembelajaran yang dapat mempertajam


(43)

menyenangkan, memberikan motivasi, dan bermanfaat bagi peserta didik. Dengan model quantum learning siswa sebelumnya bersama-sama dengan guru

menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan dengan penataan ruang yang baik agar pembelajaran dapat mudah terserap oleh pikiran siswa. Dalam pembelajaran guru memberikan variasi metode dan strategi dengan menggabungkan gaya belajar siswa agar siswa mampu memahami pembelajaran yang ada di kelas.

Dengan adanya variasi gaya belajar siswa yang ada di kelas hal ini akan membuat siswa lebih aktif dalam mengungkapkan pendapat. Guru dalam memberikan suatu pembelajaran perlu memupuk sikap juara, untuk memberikan suatu dukungan atau pujian agar siswa tersebut selalu termotivasi untuk belajar terus. Selain itu siswa dibiasakan untuk selalu membaca dan mencatat materi yang telah dipelajari agar daya ingat meningkat. Perencanaan pembelajaran dalam

quantum learning menggunakan perencanaan TANDUR (Tumbuhkan, Alami,

Namai, Demontrasikan, Ulangi, Rayakan).

Metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru pada siswa. Metode utama yang dilakukan dalam perhubungan guru dengan siswa dengan berbicara. Sedangkan peranan siswa dalam metode ceramah yang penting adalah mendengarkan dengan teliti serta mencatat yang pokok-pokok yang dikemukakan oleh guru. Kegiatan ceramah melibatkan guru dan siswa namun kegiatan guru lebih banyak. Penerapan model

quantum learning dan metode ceramah pada siswa dalam pembelajaran akan


(44)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat digambarakan dalam betuk bagan sebagai berikut:

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: model quantum learning

berpengaruh signifikan terhadap pemahaman konsep IPS pada siswa kelas V di Gugus Danurejan.

Gambar 1. Bagan penerapan model penelitian

Penerapan TANDUR

Suasana yang menyenangkan dengan penataan ruangan, dan

berbagai metode pembelajaran

Pengaruh pemahaman konsep pada siswa kelas V

1. Siswa kurang memahami konsep IPS 2. Soal masih mengevaluasi hafalan

Modelquantum learning

Metode Ceramah

1. Siswa membaca

2. Guru menjelaskan materi dan mencatatkan materi 3. Guru bersama siswa tanya

jawab


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah metode yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono,2013: 107). Penelitian eksperimen bermaksud mencari hubungan sebab akibat dengan memberikan perlakuan khusus terhadap kelas eksperimen dan membandingkannya dengan kelas kontrol. Tujuan utama rancangan eksperimen ialah untuk menguji dampak suatu treatment(intervensi) terhadap hasil penelitian

yang dikontrol oleh faktor-faktor lain yang dimungkinkan juga memengaruhi hasil tersebut (Creswell. 2015: 216).

Penelitian eksperimen dalam hal ini dilakukan terhadap dua kelompok siswa yang diambil acak dari populasi homogen. Dua kelompok tersebut diberi perlakuan yang berbeda dengan materi yang sama. Kelas eksperimen menggunakan model quantum learning, sedangkan kelas kontrol menggunakan

metode ceramah.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi experiment dengan

bentuk pretest-posttet control design (Sugiyono, 2013: 112). Peneliti

menggunakan desain di atas untuk mengetahui perbedaan yang antara kelompok eksperiemen dan kelompok kontrol setelah menerapkan modelquantum learning.


(46)

Tabel 2. Desain Penelitian

Keterangan:

E = Kelompok Eksperimen K = Kelompok Kontrol

O =Pretestkelompok eksperimen

O =Posttestkelompok eksperimen

O =Pretestkelompok kontrol

O =Posttestkelompok kontrol

Pada desain ini hasil pretest juga sangat berpengaruh, karena untuk mengetahui keadaan awal kelompok tersebut. Menurut Sugiyono (2013: 113) hasil pretest yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara

signifikan. Hal ini berarti kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama atau homogen.

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut, sifat, atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:61). Variabel pada penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

Kelompok Pretest Variabel bebas Posttest

E O X O


(47)

model quantum learning untuk kelas eksperimen, dan model pembelajaran

konvensional dengan metode ceramah untuk kelas kontrol. 2. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep IPS kelas V

C. Definisi Operasional

1. Pemahaman konsep merupakan kemampuan yang dimiliki siswa agar dapat menafsirkan, mencontohkan, mengkasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, menjelaskan kejadian, keadaan, kelompok atau individu, kejadian, keadaan.

2. Model quantum learning merupakan model pembelajaran yang dapat

mempertajam pemahaman dan daya ingat siswa. Dalam model pembelajaran ini menuntut siswa untuk belajar aktif dalam kelas. Belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan, memberikan motivasi, dan bermanfaat bagi siswa.

Quantum learning dilaksanakan dalam penelitian ini sesuai dengan prinsip

yang ada yaitu; membuat penataan lingkungan belajar yang nyaman, menguatkan ingatan siswa dengan mengulang materi. Memberikan perayaan terhadap kegiatan yang telah dilakukan siswa. Keterlaksanaan model quantum learning menerapkan strategi TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai,


(48)

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2013: 17) populasi adalah wilayah generasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diperoleh oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini populasi yang diteliti adalah siswa kelas V Sekolah Dasar di Gugus Danurejan, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta.

Tabel 3. Jumlah siswa Gugus Danurejan

No. Nama sekolah Kelas Jumlah siswa 1. SD Negeri Lempunyangwangi V A 30 siswa

V B 28 siswa V C 29 siswa 2. SD Negeri Lempuyangan 1 VA 28 siswa VB 31 siswa VC 32 siswa 3. SD Negeri Tegalpanggung VA 20 siswa VB 20 siswa

4. SD Negeri Widoro V 18 siswa

5. SD Muhammadiyah Bausasran 1 V 20 siswa 6. SD Muhammadiyah Bausasran 2 V 18 siswa

Jumlah 274 siswa

Oleh karena kelas sudah terbentuk peneliti tidak mengambil sampel tiap kelas melainkan dengan teknik yang akan dijelaskan dalam sampel.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono,2013: 118). Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling yakni: cara pengambilan anggota

sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Syarat utama agar sampel mempunyai sifat acak, pemilihan


(49)

harus melalui proses acak, yaitu suatu proses yang hasilnya tidak dapat diketahui sebelumnya dengan pasti yaitu misalnya dengan lotere, undian, atau menggunakan tabel bilangan acak (Supranto, 2000: 81).

Dalam penelitian ini homogenitas yang ditemui dalam lapangan adalah rata-rata pendidik sudah tersertifikasi, kurikulum yang digunakan menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan, serta sarana dan prasarana sudah memadai. Cara pemilihan anggota sampel pada penelitian ini menggunakan cara lotere, hal ini dikarenakan populasi yang sedikit. Sampel yang akan diambil yaitu kelas V di dua SD yang berbeda. Dalam satu Gugus Danurejan terdapat enam SD yakni SD N Tegalpanggung, SD N Lempuyangwangi, SD N Lempuyangan 1, SD N Widoro, SD Muhammadiyah Bausasran 1, dan SD Muhammadiyah Bausasran 2. SD N Lempuyangwangi sebagai SD inti dan yang lain sebagai SD imbas, hal ini membuat SD N Lempuyangwangi tidak digunakan untuk pengambilan sampel karena sudah unggul.

Lima SD imbas tersebut berpeluang untuk menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil 1 undian untuk kelompok kontrol dan 1 undian untuk kelompok eksperimen. Setelah diundi SD N Tegalpanggung sebagai kelas eksperimen dan SD N Widoro sebagai kelas kontrol. SD N Tegalpanggung memiliki kelas pararel, oleh karena itu lotere dilakukan kembali untuk menentukan satu kelas eksperimen. Hasil pengundian terakhir SD N Tegalpanggung kelas VA sebagai kelas eksperimen dan SD N widoro sebagai kelas kontrol.


(50)

E. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VA SD Negeri Tegalpanggung yang berlokasi di Jalan Tegalpanggung no.14, Tegalpanggung, Danurejan, Kota Yogyakarta dan SD Negeri Widoro yang berlokasi di Jalan Perumka Lempuyangan, Tegalpanggung, Danurejan, Kota Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan sesuai dengan pembelajaran IPS masing-masing sekolah pada bulan februari-maret tahun ajaran 2016/2017.

F. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti (Sugiyono, 2013: 133). Pendapat tersebut lebih ditegaskan lagi oleh Arikunto (2010: 126) bahwa instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang akan diolah untuk mengukur variabel yang diteliti. Sebelum instrumen digunakan, instrumen akan diuji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. Dalam penelitian ini menggunakan instrumen soal tes prestasi belajar. Peneliti menggunakan soal tes yang disusun berdasarkan kisi- kisi instrumen.

Soal tes tersebut berbentuk pilihan ganda digunakan untuk mengukur pemahaman konsep mengenai materi Perjuangan Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia. Berdasarkan materi tersebut, maka standar kompetensi dan kompetensi dasarnya yaitu:


(51)

Standar Kompetensi: 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankaan kemerdekaan Indonesia.

Kompetensi Dasar: 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.


(52)

Tabel 4. Kisi-kisi instrumen pemahaman konsep IPS No. Dimensi Pemahaman Indikator No. Item Jumlah Item 1. Menafsirkan • Menafsirkan istilah-istilah yang

muncul selama perjuangan mempersiapkan kemerdekaan

1, 2, 3, 4 4

2. Mencontohkan • Memberikan contoh sikap menghargai dan meneladani jasa para tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan

5,6,7,31,

36 5

3. Mengkasifikasikan • Mengelompokkan tokoh-tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan

8, 9, 10, 32, 33 5 4. Merangkum • Merangkum runtutan kejadian

selama mempersiapkan kemerdekaan Indonesia

• Merangkum peristiwa penting perjuangan bangsa dalam usaha mempersiapkan kemerdekaan (tanggal, tempat, penyusun dan pengetik, pembacaan dan penandatanganan naskah proklamasi). 11, 12, 13,37 14, 15, 16, 34, 38 4 5

5. Menyimpulkan • Menyimpulkan nilai-nilai dari peristiwa memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

• Menyimpulkan riwayat tokoh-tokoh penting dalam mempersiapkan kemerdekaan. 17, 18, 19, 20 29, 30, 35, 40 4 4 6. Membandingkan • Membandingkan rumusan dasar

Pancasila yang dikemukakan masing-masing tokoh.

25, 26, 27, 39 4 7. Menjelaskan • Menjelaskan sebab akibat

kejadian-kejadian selama memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

21, 22, 23, 24, 28

5

Jumlah soal 40

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Peneliti harus memilih metode yang tepat untuk mengungkap data yang sesuai pokok


(53)

permasalahannya, selain itu agar memperoleh data yang objektif dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Salah satunya dengan memberikan soal tes pada siswa. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bahkan yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010: 127). Jadi tes dapat digunakan untuk mengukur tingkat prestasi belajar siswa seperti pemahaman. Tes tersebut digunakan untuk mengukur kemampuan ranah kognitif siswa seperti pemahaman konsep siswa.

H. Uji Validitas Reliabilitas 1. Validitas

Menurut Surapranata (2006: 50) validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauhmana tes telah mengukur apa yang seharusnya di ukur. Pada penelitian ini untuk mengetahui validitas intrumen pemahaman konsep berupa soal pilihan ganda, digunakan korelasi bilateral. Lebih jelasnya korelasi bilateral adalah korelasi product moment yang diterapkan pada data.

Variabel-variabel yang dikorelasikan sifatnya masing-masing berbeda satu sama lain. Variabel butir soal bersifat dikatomi, sedangkan variabel skor total atau sub skor total bersifat kontinum. Variabel butir soal bersifat dikotomi karena skor-skor yang ada pada butir soal hanya ada satu nol. Seperti halnya pada bentuk soal pilihan ganda, soal yang dijawab benar diberi skor 1 sedangkan soal yang dijawab salah diberi skor 0. Variabel skor total peserta tes bersifat kontinum yang diperoleh dari jumlah jawaban yang benar.


(54)

= ( )( )

[ ( ) ][ ( )

Keterangan:

r =validitas butir yang dicari n =banyaknya responden

X =skor yang diperoleh dari responden Y =skor total dariX

Sebelum digunakan untuk penelitian, instrumen terlebih dahulu diujicobakan di salah satu SD Gugus Danurejan yaitu SD N Lempuyangan 1 kelas Vb. Adapun murid di kelas Vb ada 31 siswa yang terdiri dari 15 laki-laki dan 16 perempuan. Hasil uji validitas diperoleh r tabel adalah 0,361, ini berarti r hitung > r tabel (0,361). Dapat disimpulkan bahwa dari 40 soal yang diujicobakan diperoleh 30 soal yang valid dan 10 soal yang gugur. Adapun soal yang gugur adalah nomer 1, 2, 4, 11, 14, 20, 33, 34, 36,dan 37. Jadi instrumen yang valid itulah yang digunakan untukpretestdanposttest.

2. Reliabilitas

Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tepat. Jika terdapat hasil yang berubah-ubah, maka perubahan dapat dianggap tidak berarti. Setiap tes memiliki tingkat reliabilitas yang cukup menjamin bahwa bahwa tes tersebut konsisten dan stabil untuk mengukur taraf kepercayaan objek yang sama dalam waktu yang berbeda. Suatu alat ukur yang reliabel bila untuk mengukur gejala yang sama, hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten. Reliabilitas terkait dengan


(55)

pemotretan berkali-kali yaitu meskipun instrument telah digunakan berkali-kali namun hasilnya tetap menngikuti perubahan secara ajeg.Maka dalam analisis nilai reliabilitas ini menggunakan program SPSS 16.0. Dengan kriteria reliabilitas

adalah:

r

11=( )

{

²

i i

²

}

Keterangan :

k = jumlah item dalam instrumen

pi = proporsi banyaknya subjek yang menjawab pada item 1

qi = 1-pi

St2 = varians total

(Sugiyono, 2014: 186) Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tepat. Dari hasil perhitungan yang dibantu olehSPSS 16.0 reliabilitas tes tersebut adalah 0,888.

3. Tingkat Kesukaran

Suharsimi Arikunto (2006: 207) menjelaskan bahwa soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk berusaha memecahkannya sedangkan soal yang terlalu sulit akan menyebabkan siswa putus asa. Di dalam istilah evaluasi, indeks

kesukaran diberi simbol P, singkatan dari kata “proporsi”. Berikut adalah rumus


(56)

P =

Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 5. Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Bilangan yang menunjukkan sulit dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai

dengan 1,0. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal terlalu mudah. Dari hasil perhitungan menunjukan intrumen memiliki tingkat kesukaran sedang 16 soal dan 24 soal mudah.

4. Daya Pembeda

Suharsimi Arikunto (2006: 211) menjelaskan bahwa daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Soal yang dapat dijawab benar oleh siswa pandai maupun siswa bodoh, soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Demikian pula jika soal yang tidak

Besarnya P Kualifikasi

0,00–0,30 Sukar

0,30–0,70 Sedang


(57)

dijawab benar oleh siswa pandai maupun siswa bodoh, soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab benar oleh siswa-siswa yang pandai saja. Berikut adalah rumus mencari D:

D =

-

= PA- PB

Keterangan:

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar BB = = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan

benar

PA = = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat, P sebagai indeks kesukaran

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Kriteria daya pembeda diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 6. Klasifikasi Daya Pembeda

Besarnya D Kualifikasi

0,00–0,20 Jelek(poor)

0,20–0,40 Cukup(satisfactory)

0,40–0,70 Baik(good)

0,70–1,00 Baik sekali(excellent)

Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Daya pembeda berkisar antara 0,0sampai 1,0. Pada


(58)

instrument pemahaman konsep IPS terdapat soal yang baik sekali 3, baik 24, cukup 11, dan jelek 3.

I. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini teknik analisis datanya menggunakan t-test dengan uji prasyarat analisis, sampel diambil secara random, homogenitas, varian kedua kelompok, data berdistribusi normal. Rumus-rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:

1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas

Penggunaan statistik parametris digunakan dengan asumsi bahwa data setiap variabel penelitian yang akan digunakan membentuk distribusi normal. Hal ini dikarenakan dalam penggunaan statistik parametik asumsi yang utama adalah data yang akan dianalisis harus membentuk distribusi normal. Pengujian normalitas data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah Kolmogorov-Smirnov

dengan bantuan SPSS 16.0. Apabila diperoleh p>0,05 maka data dikatakan

berdistribusi normal (Santoso, 2006: 157). b. Uji Homogenitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil dari populasi homogen atau tidak. Uji homogenitas ini menggunakan data posttest

kedua kelas dan dengan bantuan SPSS 16.0 menggunakan uji F atau ANOVA.

Dalam uji ini dikatakan homogen apabila nilai signifikansi lebih besar dari nilai α

(0,05), maka varian populasi adalah identik (Santoso, 2006: 219). 2. Pengujian Hipotesis


(59)

Dalam pengujian hipotesis, menggunakan analisis t-test. Perhitungan uji

hipotesis menggunakan program SPSS 16.0 dengan Independent Sample T-Test.

Hal ini dikarenakan ingin mengetahui adakah perbedaan pemahaman konsep IPS kelas V SD Segugus Danurejan. Apabila diperoleh harga t hitung lebih kecil atau sama dengan t tabel, maka hipotesis nihil (Ho) diterima dan hipotesis alfa (Ha) ditolak (Sugiyono, 2013: 276).


(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Pembelajaran

Penelitian tentang pengaruh model quantum learning terhadap pemahaman

konsep IPS siswa kelas V di SD segugus Danurejan dilaksanakan pada bulan februari dan maret di SD N Tegalpanggung dan SD N widoro.

Tabel 7. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No. Hari, Tanggal Kegiatan Kelompok Materi 1. Senin, 27 Februari

2017 TreatmentPretest

Eksperimen Kekalahan Jepang 2. Selasa, 28 Februari

2017

Treatment Posttest

BPUPKI dan PPKI Jasa-jasa pahlawan 3. Sabtu, 25 Februari

2017 TreatmeantPretest

Kontrol Kekalahan Jepang 4. Jum’at, 3 Maret 2017 Treatmeant

Posttest

BPUPKI dan PPKI Jasa-jasa pahlawan

B. Deskripsi Data

Variabel yang dibahas dalam deskripsi data ini adalah variabel pemahaman konsep IPS. Data tersebut diperoleh dari nilai tes yang dilakukan di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes tersebut dilaksanakan dua kali melalui pretest

dan posttest pada masing-masing kelas. Data pretest adalah data yang diperoleh

sebelum siswa diberi perlakuan (treatment), sedangkan data posttest adalah data

setelah siswa memperoleh perlakuan (treatment). Maka didapat empat buah data


(61)

kemampuan awal kelas kontrol, hasil pengukuran akhir kelas eksperimen, dan hasil pengukuran akhir kelas kontrol.

1. Data Hasil PengukuranPretestPemahaman Konsep IPS

Adapun datapretestyang diperoleh kelas eksperimen dan kelas kontrol pada

tabel 8.

Tabel 8. Daftar nilaipretestpemahaman Konsep IPS

No. Nilaipretest

kelas eksperimen

Ketuntasan Nilaipretest

kelas kontrol Ketuntasan Tuntas Belum

Tuntas Tuntas BelumTuntas

1. 40 √ 43.3 √

2. 46.7 √ 50 √

3. 66.7 √ 66.7 √

4. 43.3 √ 43.3 √

5. 63.3 √ 46.7 √

6. 43.3 √ 53.3 √

7. 46.7 √ 46.7 √

8. 70 √ 70 √

9. 66.7 √ 43.3 √

10. 60 √ 26.7 √

11. 66.7 √ 40 √

12. 60 √ 66.7 √

13. 60 √ 50 √

14. 50 √ 70 √

15. 36.7 √ 53.3 √

16. 66.7 50 √

17. 70 √ 46.7 √

18. 26.7 √ 50 √

19. 40 √

20. 26.7 √

Total 1050.2 916.7

Rata-rata 52.51 2 siswa (10%) 18 siswa (90%) 50.93 2 siswa

(11%) siswa16 (89%)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat nilai pretest siswa, nilai rata-rata


(62)

50 50.5 51 51.5 52 52.5 53

eksperimen kontrol

ketuntasan minimal (KKM) untuk mata pelajaran IPS pada kedua kelas tersebut adalah 70. Nilai rata-rata kelas eksperimen 52,21, sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol 50,93. Jadi selisihnya 1,28, sedangkan tingkat ketuntasan siswa pada kelas eksperimen sebanyak 2 siswa (10%) telah tuntas dan 18 siswa (90%) belum tuntas. Pada kelas kontrol sebanyak 2 siswa (11%) telah tuntas dan jumlah siswa yang belum tuntas ada 16 siswa (89%). Berikut dapat dilihat perbandingan rata-ratanya pada grafik.

2. Data Hasil PengukuranPosttestPemahaman Konsep IPS

Adapun data posttest yang diperoleh kelas eksperimen dan kelas kontrol

pada tabel 9 sebagai berikut:


(63)

Tabel 9. Daftar nilaiposttestpemahaman konsep IPS

No. Nilaiposttest

kelas eksperimen

Ketuntasan Nilaiposttest

kelas kontrol Ketuntasan Tuntas Belum

Tuntas Tuntas BelumTuntas

1. 76.7 √ √ 56.7 √

2. 93.3 √ 73.3 √

3. 83.3 √ 86.7 √

4. 66.7 √ 90 √

5. 63.3 √ 40 √

6. 56.7 √ 46.7 √

7. 73.3 √ 63.3 √

8. 80 √ 70 √

9. 86.7 √ 63.3 √

10. 96.7 √ 73.3 √

11. 80 √ 76.7 √

12. 83.3 √ 80 √

13. 86.7 √ 63.3 √

14. 70 √ 66.7 √

15. 86.7 √ 63.3 √

16. 70 √ 73.3 √

17. 86.7 √ 80 √

18. 63.3 √ 56.7 √

19. 86.7 √

20. 50 √

Total 1540.1 1223.3

Rata-rata 77.01 14 siswa (70%) 6 siswa (30%) 67.96 9 siswa

(50%) siswa9 (50%)

Berdasarkan tabel nilai pretest siswa, nilai rata-rata kelas, serta tingkat

ketuntasan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk mata pelajaran IPS pada kedua kelas tersebut adalah 70. Nilai rata-rata kelas eksperimen 77,01, sedangkan nilai rata-rata-rata-rata kelas kontrol 67,96. Jadi selisihnya 9,05, sedangkan tingkat ketuntasan siswa pada kelas eksperimen


(64)

62 64 66 68 70 72 74 76 78

Eksperimen Kontrol

sebanyak 14 siswa ( 70%) telah tuntas dan 6 siswa (30%) belum tuntas. Pada kelas kontrol sebanyak 9 siswa (50%) telah tuntas dan jumlah siswa yang belum tuntas ada 9 siswa (50%). Berikut dapat dilihat perbandingan rata-ratanya pada grafik.

Untuk perbandingan peningkatan rata-rata pretest dan posttest kelompok

eksperimen dan kontrol pada tabel 10.

Tabel 10. Perbandingan nilai rata-ratapretestdanposttestkelas eksperimen dan

kelas kontrol

Hasil Simpangan Baku Dan Nilai Rata-Rata Kelas Eksperimen Dan Kontrol

Kelas Pretest Posttest

Eksperimen Mean 52.51 77.01

N 20 20

Std. Deviation 14.218 12.473

Kontrol Mean 50.93 67.96

N 18 18

Std. Deviation 11.309 12.990


(65)

Dari hasil penel baku kelas eksperimen Data posttest simpanga

adalah 12,990. Perbandi

C. Uji Prasyarat Anal Pada penelitian prasyarat analisis sam dan sebaran data berdi 1. Uji Normalitas

Uji normalitas

52.51 50.93 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Rata-rata Pretest

Perbandingan Rata-Rata

Pretest

dan

Posttest

Grafik 3. Perbandin

nelitian ini dapat rata-rata seperti diatas danpre

en adalah 14,218, serta simpangan baku kelas pangan baku kelas eksperimen adalah 12,473 da

andingan dapat dilihat pada grafik 3

nalisis

ian ini teknik analisis data menggunakan

t-sampel diambil secara random, homogenitas var rdistribusi normal.

s bertujuan untuk menguji apakah data berdi

77.01 67.96

Rata-rata Posttest

Perbandingan Rata-Rata

Pretest

dan

Posttest

ndingan rata-ratapretestdanposttest

pretest simpangan

las kontrol 11,309. dan kelas kontrol

t-test dengan uji

varian kedua kelas,

rdistribusi normal

Perbandingan Rata-Rata

Pretest

dan

Posttest

Eksperimen Kontrol


(66)

maka statistika yang digunakan adalah statistika parametik. Jika data yang diperoleh tidak berdistribusi normal maka statistika yang digunakan adalah statistika non parametik. Hal ini dikarenakan dalam penggunaan statistik parametris asumsi yang utama adalah data yang akan dianalisis harus membentuk distribusi normal. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunkan rumus

Kolmogorov-Smirnovyang diolah menggunakan programSPSS 16.0.

Distribusi yang diharapkan merupakan distribusi frekuensi yang berbrntuk kurva normal. Kriterianya adalah pada taraf signifikansi 5% data dikatakan berdistribusi normal jika F > 0,05 atau jika signifikansi yang diperoleh > α dimana α (biasanya 0,05), maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Berikut rangkuman dari tabel perhitungan normalitas posttest kelas

eksperimen dan kelas kontrol pada tabel 11.

Tabel 11. Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov Test

Keterangan Kelas_eksperimen Kelas_kontrol

N 20 18

Kolmogorov-Smirnov Z .898 .846

Asymp. Sig. (2-tailed) .395 .472

a. Test distribution is Normal.

Pada tabel di atas Kolmogorov-Smirnov pada kelas eksperimen diperoleh

hasil 0,898 dengan taraf signikasnsi 0,395 dan pada kelas kontrol 0,846 dengan taraf signifikasi 0,475. Taraf signifikansi kedua kelas tersebut > α dimana α =


(67)

0,05. Jadi data dalam penelitian ini data pretest kelas eksperimen dan kelas

kontrol berdisribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil dari populasi homogen atau tidak. Populasi homogen ini juga sebagai syarat pengambilan sampel secara random dalam penelitian eksperimen. Jika nilai > 0,05 artinya data berasal dari kelompok yang memiliki varian homogen. Hasil rangkuman pengujian homogenitas dapat dilihat pada tabel 12,

Tabel 12. Hasil Uji Homogenitas Uji Homogenitas

Pretest Levene

Statistic df1 df2 Sig.

3.678 1 36 .063

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil perhitungan uji homogenitas dari datapretest kedua kelas F hitung adalah 3,678 dan signifikansi adalah 0,063.

Jadi hasil uji homogenitas 0,063> 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa subjek pada kelas eksperimen dan kelas kontrol terbukti homogen.


(68)

Setelah dilakukan uji normalitas kemudian uji homogenitas data selanjutnya data yang dinyatakan sebaran data normal dan variannya homogen akan diuji hipotesisnya dengan t-test. Pada penelitian ini analisis t-test digunakan untuk

mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan dalam pemahaman konsep IPS antara siswa yang diajar dengan model quantum learning dengan metode

ceramah.

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah “terdapat perbedaan pemahaman konsep IPS antara siswa yang diajar dengan modelquantum learning

dan siswa yang diajar dengan metode ceramah”. Untuk menguji hipotesis, peneliti

melakukan uji hipotesis nol (Ho) dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

1. Ho diterima jika t ≤ t tidak terjadi pengaruh yang signifikan pada siswa setelah ada perlakuan tertentu.

2. Ha diterima jika t > t terjadi pengaruh yang signifikan pada siswa setelah ada perlakuan tertentu.

Perhitungan t-test pada penelitian ini menggunakan SPSS 16.0. hasilnya

sebagai berikut:

1. Uji tpretestkelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Tabel 13. Hasil perhitungant-test posttestkelompok eksperimen dan

kelompok kontrol

Independent Samples Test Group Statistics

Kelas N Mean Std. Deviation Pretest Eksperimen 20 52.51 14.218


(69)

Levene's Test for Equality

of Variances t-test for Equality of Means F Sig. T Df Sig. (2-tailed) Pretest Equal

variances

assumed 3.678 .063 .377 36 .709

Setelah dilakukan uji asumsi statistik dilanjutkan pada pengujian hipotesis dengan menggunakan Independent Sample Test dengan tingkat kesalahan (α) =

0,05. Kelompok eksperimen memiliki rata-rata 52,51 dan simpangan baku 14,218. Kelompok kontrol memiliki rata-rata 50,93 dan simpangan baku 11,309.

Dalam hasil pengujian varians dua populasi tersebut sama dapat dilihati tabel F, oleh karena itu untuk membandingkanmeans langsung dilakukan dengan Equality of Means. Dari tabel di atas dapat dilihat pada bagian t-test for Equality of Means diketahui nilai t adalah 0,377 harga t = 2,028 dan derajat kebebasan dk = 36,maka hargat <t (0,377 >2,028) dengan signifikansi 0,709 > 0,05, maka Ho diterima. Hal ini berarti belum terjadi pengaruh yang signifikan pada siswa.

2. Uji tposttestkelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Tabel 14. Hasil perhitungant-test posttestkelompok eksperimen dan

kelompok kontrol Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Posttest Eksperimen 20 77.01 12.473


(1)

(2)

(3)

195 Lampiran 18. Surat Izin Penelitian


(4)

(5)

(6)