peningkatan ketahanan gigi, yaitu kekerasan gigi, kandungan fluoroapatit, dan kalsium, dimana pada penelitian ini saliva juga tidak diteliti.
63
5.5.2 Hubungan Frekuensi Menyuntil dengan Derajat Abrasi Gigi.
Menyuntil adalah suatu proses menggosok-gosokkan gumpalan suntil ke permukaan gigi sebelah labial atau bukal.
3
Gumpalan suntil adalah campuran sirih ditambah sejumlah tembakau, yang dikunyah, kemudian digosok-gosokkan ke
permukaan gigi sebelah labial atau bukal.
9
Kebiasaan menyuntil dapat menyebabkan terjadinya abrasi gigi.
29
Abrasi gigi adalah hilangnya substansi gigi akibat gesekan mekanis yang terjadi antara gigi dengan benda asing selain gigi.
43
Kebiasaan menyuntil yang dilakukan dengan menggosok-gosokkan gumpalan suntil ke
permukaan gigi sebelah labial atau bukal, menyebabkan abrasi gigi pada penyuntil umumnya terjadi pada permukaan gigi sebelah labial atau bukal.
46
Salah satu faktor yang mempengaruhi besar derajat abrasi gigi akibat menyuntil adalah frekuensi menyuntil. Frekuensi menyuntil adalah berapa kali
penyuntil mengganti gumpalan suntil dalam satu hari. Frekuensi menyuntil turut mempengaruhi besar derajat abrasi gigi karena semakin tinggi frekuensi menyuntil,
maka semakin banyak terjadi pengikisan pada permukaan gigi akibat gesekan mekanis yang terjadi antara permukaan gigi dengan gumpalan suntil. Semakin banyak
terjadi pengikisan pada gigi, maka derajat abrasi gigi semakin meningkat. Frekuensi menyuntil sebagai salah satu faktor yang menentukan besar derajat
abrasi gigi akibat menyuntil, juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti lama menyuntil dan komposisi menyuntil.
29,46
Penyuntil dengan frekuensi menyuntil lebih dari tiga kalihari dan lama menyuntil 16 – 36 tahun, umumnya memiliki derajat abrasi gigi
yang lebih tinggi daripada penyuntil dengan frekuensi menyuntil lebih dari tiga kalihari dan lama menyuntil 2 – 15 tahun. Hal ini disebabkan karena semakin lama
kebiasaan menyuntil dilakukan maka semakin banyak kegiatan menyuntil yang telah dilakukan. Semakin banyak kegiatan menyuntil dilakukan maka semakin banyak
gesekan mekanis yang diterima oleh gigi akibat kontak yang terjadi antara permukaan gigi dengan gumpalan suntil. Semakin banyak gesekan mekanis yang diterima oleh
gigi maka semakin banyak pengikisan yang terjadi pada permukaan gigi. Hal ini menyebabkan derajat abrasi gigi menjadi meningkat.
46
Demikian pula penyuntil dengan frekuensi menyuntil lebih dari tiga kalihari dan dengan komposisi menyuntil tembakau, daun sirih, kapur, gambir, dan pinang,
pada umumnya memiliki derajat abrasi gigi yang lebih tinggi daripada penyuntil dengan frekuensi menyuntil lebih dari tiga kalihari dan dengan komposisi menyuntil
tembakau, daun siri, kapur, dan gambir. Hal ini disebabkan karena semakin kasar komposisi menyuntil maka semakin besar gesekan mekanis yang diterima oleh gigi
dalam proses menyuntil. Semakin besar gesekan mekanis yang diterima oleh gigi maka semakin mudah terjadi pengikisan pada permukaan gigi. Hal ini menyebabkan
semakin cepatnya terjadi abrasi gigi yang parah.
46
Dalam penelitian ini, hubungan antara frekuensi menyuntil dengan derajat abrasi gigi menunjukkan perbedaan yang bermakna. Ini artinya frekuensi menyuntil
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap derajat abrasi gigi. Hal ini dapat terlihat pada grafik 6, dimana abrasi gigi derajat 2 meningkat persentasenya seiring dengan
meningkatnya frekuensi menyuntil, sementara abrasi gigi derajat 1 menurun persentasenya seiring dengan meningkatnya frekuensi menyuntil. Hal ini terjadi
karena semakin tinggi frekuensi menyuntil, maka permukaan labial gigi akan semakin terkikis, yang menyebabkan abrasi gigi derajat 1 meningkat menjadi abrasi gigi
derajat 2. Penelitian seperti ini juga pernah dilakukan oleh Natamiharja dan Hayana
2009, yang menunjukkan bahwa frekuensi menyikat gigi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap derajat abrasi gigi.
63
Dalam penelitian tersebut abrasi gigi yang terjadi adalah akibat dari tekanan mekanis penyikatan gigi, kekasaran bulu sikat gigi,
dan sifat abrasif pasta gigi. Tekanan mekanis pada gigi tidak hanya dijumpai pada kebiasaan menyikat gigi, tetapi juga dijumpai pada kebiasaan menyuntil,
menggunakan dental floss dan tusuk gigi, mengigit pulpen, pensil, dan merokok pipa. Hal ini sesuai dengan defenisi abrasi gigi, yaitu hilangnya substansi gigi akibat
gesekan mekanis yang terjadi antara gigi dengan benda asing.
44
Dihubungkan dengan penelitian ini, menyuntil telah menjadi kebiasaan yang dilakukan sehari-hari, yang dilakukan selama bertahun-tahun dan telah menjadi
kebutuhan hidupnya. Dalam penelitian ini abrasi gigi yang terjadi adalah akibat tekanan menyuntil, kekasaran gumpalan suntil, dan bahan kimiawi yang terdapat
dalam bahan suntil. Kebiasaan menyuntil ini menyebabkan terjadinya friksi yang terus menerus terhadap permukaan gigi yang disebabkan oleh gesekan oleh suntil dan
diperhebat oleh tekanan menyuntil sehingga terjadi abrasi yang sifatnya progresif. Pada penelitian ini dijumpai abrasi gigi hanya pada derajat 1 dan 2, dan tidak
dijumpai derajat 3 dan 4. Mengapa hal ini terjadi, mungkin disebabkan tekanan mekanis dari menyuntil dan sifat abrasif dari suntil yang tidak diteliti. Kemungkinan
lain adalah karena pengaruh saliva yang menyebabkan remineralisasi sehingga terjadi peningkatan ketahanan gigi, yaitu kekerasan gigi, kandungan fluoroapatit, dan
kalsium, dimana pada penelitian ini saliva juga tidak diteliti.
63
5.5.3 Hubungan Komposisi Menyuntil dengan Derajat Abrasi Gigi