Hubungan Komposisi Menyuntil dengan Derajat Abrasi Gigi

Dihubungkan dengan penelitian ini, menyuntil telah menjadi kebiasaan yang dilakukan sehari-hari, yang dilakukan selama bertahun-tahun dan telah menjadi kebutuhan hidupnya. Dalam penelitian ini abrasi gigi yang terjadi adalah akibat tekanan menyuntil, kekasaran gumpalan suntil, dan bahan kimiawi yang terdapat dalam bahan suntil. Kebiasaan menyuntil ini menyebabkan terjadinya friksi yang terus menerus terhadap permukaan gigi yang disebabkan oleh gesekan oleh suntil dan diperhebat oleh tekanan menyuntil sehingga terjadi abrasi yang sifatnya progresif. Pada penelitian ini dijumpai abrasi gigi hanya pada derajat 1 dan 2, dan tidak dijumpai derajat 3 dan 4. Mengapa hal ini terjadi, mungkin disebabkan tekanan mekanis dari menyuntil dan sifat abrasif dari suntil yang tidak diteliti. Kemungkinan lain adalah karena pengaruh saliva yang menyebabkan remineralisasi sehingga terjadi peningkatan ketahanan gigi, yaitu kekerasan gigi, kandungan fluoroapatit, dan kalsium, dimana pada penelitian ini saliva juga tidak diteliti. 63

5.5.3 Hubungan Komposisi Menyuntil dengan Derajat Abrasi Gigi

Menyuntil adalah suatu proses menggosok-gosokkan gumpalan suntil ke permukaan gigi sebelah labial atau bukal. 3 Gumpalan suntil adalah campuran sirih ditambah sejumlah tembakau, yang dikunyah, kemudian digosok-gosokkan ke permukaan gigi sebelah labial atau bukal. 9 Kebiasaan menyuntil dapat menyebabkan terjadinya abrasi gigi. 29 Abrasi gigi adalah hilangnya substansi gigi akibat gesekan mekanis yang terjadi antara gigi dengan benda asing selain gigi. 43 Kebiasaan menyuntil yang dilakukan dengan menggosok-gosokkan gumpalan suntil ke permukaan gigi sebelah labial atau bukal, menyebabkan abrasi gigi pada penyuntil umumnya terjadi pada permukaan gigi sebelah labial atau bukal. 46 Salah satu faktor yang mempengaruhi besar derajat abrasi gigi akibat menyuntil adalah komposisi menyuntil. Komposisi menyuntil adalah bahan-bahan yang terkandung dalam gumpalan suntil. Komposisi menyuntil yang umumnya digunakan oleh perempuan penyuntil suku Karo di Pancur Batu adalah daun sirih, kapur, gambir, pinang, dan tembakau. Komposisi menyuntil turut mempengaruhi besar derajat abrasi gigi karena semakin kasar dan keras komposisi menyuntil maka semakin mudah terjadi pengikisan pada permukaan gigi. Dalam komposisi menyuntil, bahan yang memiliki sifat kasar adalah kapur. Kapur sirih memiliki sifat yang kasar karena pada umumnya kapur sirih terbuat dari kulit kerang atau batu kapur yang dihaluskan. 3 Kekasaran kapur menyebabkan semakin mudahnya terjadi pengikisan pada permukaan gigi dalam proses menyuntil. Semakin mudah terjadi pengikisan pada permukaan gigi, maka semakin cepat terjadi abrasi gigi yang parah. 46 Di dalam komposisi menyuntil juga terdapat bahan pinang yang bersifat keras. Kekerasan pinang akan menyebabkan semakin mudahnya terjadi pengikisan pada permukaan gigi dalam proses menyuntil. 31 Apabila komposisi menyuntil yang kasar dan keras, digunakan dengan frekuensi yang tinggi, gigi dengan segera akan mengalami abrasi gigi yang parah. Abrasi gigi yang parah dapat menyebabkan terpaparnya lapisan dentin. Dentin yang terpapar, saat menerima rangsangan panas, dingin, sentuhan, uap, atau kimiawi, akan menyebabkan cairan tubulus dentin bergerak menuju reseptor syaraf perifer pada pulpa yang kemudian melakukan pengiriman rangsangan ke otak dan akhirnya timbul persepsi rasa sakit atau ngilu. 37 Dentin terdiri atas 70 materi inorganik dan 30 materi organik, sementara enamel terdiri atas 96 materi inorganik dan 4 materi organik. 36 Hal ini menyebabkan atrisi gigi yang terjadi pada lapisan dentin lebih cepat daripada lapisan enamel. Apabila tidak segera dirawat, pengikisan yang terjadi dengan segera akan mencapai lapisan pulpa, dan menyebabkan nekrosis pulpa. 46 Dalam peneltian ini, hubungan antara komposisi menyuntil dengan derajat abrasi tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Pada grafik 7 terlihat bahwa abrasi gigi derajat 1 dan 2 sama-sama dijumpai pada kelompok penyuntil dengan komposisi tembakau, daun sirih, kapur, dan gambir, dan kelompok penyuntil dengan komposisi tembakau, daun sirih, kapur, gambir dan pinang. Namun persentase penderita abrasi gigi derajat 2 pada kelompok penyuntil dengan komposisi tembakau, daun sirih, kapur, gambir, dan pinang, tidak berbeda signifikan dengan kelompok penyuntil dengan komposisi tembakau, daun sirih, kapur, dan gambir. Demikian pula persentase penderita abrasi gigi derajat 1 pada kelompok penyuntil dengan komposisi tembakau, daun sirih, kapur, gambir, dan pinang, tidak berbeda signifikan dengan kelompok penyuntil dengan komposisi tembakau, daun sirih, kapur, dan gambir. Hal ini menunjukkan bahwa adanya penambahan pinang ke dalam komposisi menyuntil, tidak menyebabkan perbedaan yang bermakna terhadap derajat abrasi gigi. Hal ini mungkin disebabkan tekanan menyuntil yang digunakan tidak begitu kuat yang pada penelitian ini tidak diteliti. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh jumlah atau berat masing-masing komposisi menyuntil terhadap derajat abrasi gigi. 64 Dalam penelitian ini, baik penyuntil dengan komposisi tembakau, daun sirih, kapur, dan gambir, maupun penyuntil dengan komposisi tembakau, daun sirih, kapur, gambir, dan pinang, sama-sama mengalami abrasi gigi. Ini artinya komposisi menyuntil baik yang menggunakan pinang maupun yang tidak menggunakan pinang, sama-sama dapat menyebabkan terjadinya abrasi gigi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pandey di India pada tahun 2009, yang menunjukkan bahwa baik komposisi menyuntil yang menggunakan pinang maupun yang tidak menggunakan pinang sama-sama menyebabkan terjadinya abrasi gigi pada penyuntil. Demikian pula komposisi menyuntil yang menggunakan tembakau maupun yang tidak menggunakan tembakau, sama-sama menyebabkan terjadinya abrasi gigi pada penyuntil. 64

5.5.4 Hubungan Umur Penyuntil dengan Derajat Abrasi Gigi