80 100
20 25
18,8 75
81,3
20 40
60 80
100 120
Sekalihari Dua kalihari
Tiga kalihari Tiga kalihari
Jum la
h pe nde
ri ta
a tr
is i
Frekuensi menyirih Derajat 1
Derajat 2 Derajat 3
Berdasarkan uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,001 artinya ada hubungan yang signifikan antara lama menyirih dengan derajat atrisi gigi. Nilai kontigensia
sebesar 50,9. Diperoleh nilai odd ratio sebesar 32,5 yang berarti kelompok lama menyirih 16 – 36 tahun mempunyai resiko terhadap atrisi gigi sebesar 32,5 kali
dibandingkan kelompok lama menyirih 2 – 15 tahun.
4.2.2 Hubungan Frekuensi Menyirih dengan Derajat Atrisi Gigi
Grafik 2. Distribusi frekuensi derajat atrisi gigi berdasarkan frekuensi menyirih
Grafik 2 menunjukkan bahwa atrisi gigi derajat 1 dan 2 semakin menurun persentasenya seiring dengan meningkatnya frekuensi menyirih; atrisi gigi derajat 3
semakin meningkat persentasenya seiring dengan meningkatnya frekuensi menyirih. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi frekuensi menyirih, permukaan oklusal
gigi akan semakin terkikis, yang menyebabkan atrisi gigi derajat 1 meningkat menjadi atrisi gigi derajat 2, dan atrisi gigi derajat 2 meningkat menjadi atrisi gigi
derajat 3.
5,7 25
18,6 75
75,7
10 20
30 40
50 60
70 80
Daun sirih, kapur, dan gambir Daun sirih, kapur, gambir, dan
pinang Jum
la h pe
nde ri
ta a
tr is
i
Komposisi menyirih Derajat 1
Derajat 2 Derajat 3
Tabel 3. Distribusi frekuensi resiko atrisi gigi berdasarkan frekuensi menyirih.
Frekuensi Menyirih Derajat Atrisi
Total Derajat 1 2
Derajat 3 Satu - tiga kali per hari
7 70
3 30
10 100
Tiga kali per hari 15
18,8 65
81,3 80
100 Total
22 24,4
68 75,6
90 100
X
2
= 12,641 df = 1
C = 0,351 p = 0,001
OR = 10,111 Uji Chi-Square, signifikan dengan p 0,05
Berdasarkan uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,001 artinya ada hubungan yang signifikan antara frekuensi menyirih dengan derajat atrisi gigi. Nilai kontigensia
sebesar 35,1. Diperoleh nilai odd ratio sebesar 10,111 yang berarti penyirih dengan frekuensi menyirih lebih dari tiga kalihari mempunyai resiko terhadap atrisi gigi
sebesar 10,111 kali dibandingkan dengan penyirih dengan frekuensi menyirih satu – tiga kali perhari.
4.2.3 Hubungan Komposisi Menyirih dengan Derajat Atrisi Gigi
Grafik 3. Distribusi frekuensi derajat atrisi gigi berdasarkan komposisi menyirih.
Grafik 3 menunjukkan bahwa atrisi gigi derajat 3 dan 1 mengalami peningkatan persentase yang tidak signifikan seiring dengan penambahan pinang
dalam komposisi menyirih; atrisi gigi derajat 2 mengalami penurunan persentase seiring dengan penambahan pinang dalam komposisi menyirih. Hal ini menunjukkan
bahwa komposisi menyirih tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan derajat atrisi gigi.
Tabel 4. Distribusi frekuensi resiko atrisi gigi berdasarkan komposisi menyirih.
Komposisi Menyirih Derajat Atrisi
Total Derajat 1 2
Derajat 3 Daun sirih, kapur,
dan gambir 5
25 15
75 20
100 Daun sirih, kapur,
gambir, dan pinang 17
24,3 53
75,7 70
100 Total
22 24,4
68 75,6
90 100
X
2
= 0,004 df = 1
C = 0,007 p = 0,948
OR = 1,039 Uji Chi-Square, tidak signifikan dengan p 0,05
Berdasarkan uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,948 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara komposisi menyirih dengan derajat atrisi gigi. Nilai
kontigensia sebesar 0,7. Diperoleh nilai odd ratio sebesar 1,039 yang berarti penyirih dengan komposisi menyirih daun dirih, kapur, gambir, dan pinang
mempunyai resiko terhadap atrisi gigi sebesar 1,039 kali dibandingkan dengan penyirih dengan komposisi menyirih daun sirih, kapur, dan gambir.
8,7 5,4
40 39,1
10,8 5
60 52,2
83,8 95
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
30 - 39 40 - 49
50 - 59 60 - 69
Jum la
h pe nde
ri ta
a tr
is i
Umur penyirih Tahun Derajat 1
Derajat 2 Derajat 3
4.2.4 Hubungan Umur Penyirih dengan Derajat Atrisi Gigi