pengunyahan. Hal ini dihasilkan oleh kontak gigi dengan gigi antara gigi yang berantagonis.
Efek dari atrisi gigi tidak terbatas hanya pada pengurangan dimensi gigi, tetapi juga pada perubahan skeletal, morfologi lengkung gigi, dan hubungan antara
rahang atas dan bawah dengan struktur pendukungnya. Tingkat dan perluasan keausan gigi ditentukan oleh faktor biologis seperti morfologi gigi dan lengkung gigi,
kekuatan dan arah gerakan pengunyahan, dan kekerasan enamel dan dentin. Hal ini juga dipengaruhi oleh bahan abrasif yang dimasukkan ke dalam makanan.
31
Atrisi tidah hanya disebabkan karena terpaparnya gigi oleh beban pengunyahan dalam
jangka waktu yang lama, tetapi juga berkorelasi dengan kebersihan gigi, disgnati, bruxism, dan kebiasaan diet.
34
2.4.2 Efek Menyirih Terhadap Atrisi Gigi
Menyirih adalah suatu proses mengunyah campuran bahan yang umumnya terdiri atas daun sirih, kapur, gambir, dan pinang.
2
Dalam proses menyirih terjadi peningkatan frekuensi dan tekanan pengunyahan. Meningkatnya frekuensi
pengunyahan, menyebabkan meningkatnya jumlah gesekan mekanis yang diterima oleh gigi. Semakin banyak gesekan mekanis yang diterima oleh gigi, maka semakin
banyak terjadi pengikisan pada permukaan gigi. Hal ini menyebabkan meningkatnya derajat atrisi gigi. Terjadinya atrisi gigi akibat kebiasaan menyirih terutama
dipengaruhi oleh komposisi menyirih yang bersifat kasar dan keras. Dalam campuran sirih bahan yang bersifat kasar adalah kapur. Kapur memiliki sifat kasar karena pada
umumnya kapur terbuat dari kulit kerang atau batu kapur yang dihaluskan. Kekasaran kapur menyebabkan semakin mudahnya terjadi pengikisan pada
permukaan gigi dalam proses menyirih. Semakin mudah terjadi pengikisan pada permukaan gigi, maka semakin cepat terjadi atrisi gigi yang parah.
31
Dalam campuran sirih juga terdapat bahan pinang yang memiliki sifat keras. Ketika dikunyah, bahan pinang yang keras akan menstimuli otot-otot pengunyahan,
sehingga memberikan tekanan pengunyahan yang besar. Tekanan pengunyahan yang besar akan menyebabkan gigi menerima gesekan mekanis yang besar dari gigi
antagonisnya atau bahan pinang. Semakin besar gesekan mekanis yang diterima oleh gigi, maka semakin mudah terjadi pengikisan pada permukaan gigi. Semakin mudah
terjadi pengikisan pada permukaan gigi, maka semakin cepat terjadi atrisi gigi yang parah. Tekanan pengunyahan yang besar dapat menyebabkan arthrosis pada sendi
temporomandibular.
17
Apabila kapur dan pinang digunakan dengan frekuensi yang tinggi, gigi dengan segera akan mengalami atrisi gigi yang parah. Atrisi gigi yang
parah dapat menyebabkan terpaparnya lapisan dentin. Dentin yang terpapar, saat menerima rangsangan panas, dingin, sentuhan, uap, atau kimiawi, akan menyebabkan
cairan tubulus dentin bergerak menuju reseptor syaraf perifer pada pulpa yang kemudian melakukan pengiriman rangsangan ke otak dan akhirnya timbul persepsi
rasa sakit atau ngilu.
35
Dentin terdiri atas 70 materi inorganik dan 30 materi organik, sementara enamel terdiri atas 96 materi inorganik dan 4 materi
organik.
36
Hal ini menyebabkan atrisi gigi yang terjadi pada lapisan dentin lebih cepat daripada lapisan enamel. Apabila kebiasaan menyirih terus berlanjut tanpa adanya
perawatan, pengikisan dengan segera akan mencapai lapisan pulpa dan menyebabkan nekrosis pulpa.
37
Derajat atrisi sebagai akibat dari kebiasaan menyirih bergantung pada beberapa faktor, yaitu lama menyirih, frekuensi menyirih, komposisi menyirih, dan
umur penyirih. Kebiasaan menyirih telah dilaporkan terkait dengan terjadinya fraktur akar, yang merupakan konsekuensi dari pengunyahan yang berlebihan dan berulang,
serta peningkatan beban pengunyahan saat mengunyah.
17
Stain ekstrinsik pada gigi yaitu perubahan warna gigi menjadi hitam atau coklat karena deposit dari mengunyah
sirih sering dijumpai pada penyirih, terutama pada penyirih dengan profilaksis kebersihan mulut yang kurang dan perawatan gigi yang tidak teratur.
31
Berdasarkan penelitian Parmar 2008, pengunyah sirih memiliki prevalensi atrisi dan sensitivitas
gigi yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengunyah sirih hal ini disebabkan beban dan frekuensi pengunyahan yang berlebihan dan terpapar dengan
dengan berbagai komponen dari campuran sirih.
38
Keith 1988 menyatakan bahwa trauma kronis yang berulang karena kebiasaan mengatup-katupkan dan mengasah
gigi dapat merangsang perubahan bentuk sendi atau dapat memulai proses
degeneratif.
39
Mengunyah pinang yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan menyirih telah diketahui secara luas dapat menyebabkan atrisi gigi, pewarnaan dan
pembentukan faset pada gigi, dan prevalensi periodontitis yang lebih tinggi.
40
Dalam penelitian ini, atrisi gigi yang diteliti adalah atrisi yang terjadi pada permukaan oklusal gigi. Peneliti menggunakan indeks keausan gigi Smith dan Kight
sebagai indeks untuk menilai seberapa besar derajat atrisi gigi responden. Berdasarkan indeks keausan gigi Smith dan Knight, atrisi gigi dikelompokkan ke
dalam 5 derajat, yaitu:
41
- Derajat 0 = Tidak ada terjadi atrisi. - Derajat 1 = Terjadi atrisi sebatas pada enamel saja.
- Derajat 2 = Terjadi atrisi sampai sepertiga oklusal dengan dentin terbuka. - Derajat 3 = Terjadi atrisi sampai sepertiga tengah dengan pulpa terbuka.
- Derajat 4 = Terjadi atrisi sampai sepertiga servikal dengan pulpa terbuka. Untuk memperjelas indeks atrisi gigi, peneliti telah membuat ilustrasi gambar indeks
atrisi gigi pada gambar 6 berikut ini.
Gambar 6. Indeks atrisi gigi. Atrisi gigi, baik pada interproksimal maupun oklusal, dapat dianggap sebagai
akibat dari serangkaian interaksi antara gigi, struktur pendukungnya, dan komponen pengunyahan. Hal ini dihasilkan oleh kontak gigi dengan gigi antara gigi yang
berantagonis. Efek dari atrisi gigi tidak terbatas hanya pada pengurangan dimensi
gigi, tetapi juga pada perubahan skeletal, morfologi lengkung gigi, dan hubungan antara rahang atas dan bawah dengan struktur pendukungnya.
31
Tingkat dan perluasan keausan gigi ditentukan oleh faktor biologis seperti morfologi gigi dan lengkung gigi, kekuatan dan arah gerakan pengunyahan, dan
kekerasan enamel dan dentin. Hal ini juga dipengaruhi oleh bahan abrasif yang dimasukkan ke dalam makanan. Keausan gigi dapat juga merupakan hasil dari
bruxism atau pengasahan gigi dan aksi non-pengunyahan.
31
Secara klinis derajat atrisi gigi dapat dilihat pada gambar 7 berikut ini.
Gambar 7. A. Atrisi gigi derajat 1; B. Atrisi gigi derajat 2; C. Atrisi gigi derajat 3; D. Atrisi gigi derajat 4.
42
2.5 Abrasi Gigi 2.5.1 Definisi Abrasi Gigi