banyak pengikisan yang terjadi pada permukaan gigi. Hal ini menyebabkan derajat atrisi gigi menjadi meningkat.
62
Demikian pula derajat atrisi gigi pada penyirih dengan frekuensi menyirih lebih dari tiga kalihari dan komposisi menyirih daun sirih, kapur, gambir, dan
pinang, umumnya lebih tinggi dari penyirih dengan frekuensi menyirih lebih dari tiga kalihari dan komposisi menyirih daun sirih, kapur, dan gambir. Hal ini terjadi karena
semakin keras komposisi menyirih maka semakin besar gesekan mekanis yang diterima oleh gigi dalam proses menyirih. Semakin besar gesekan mekanis yang
diterima oleh gigi maka semakin mudah terjadi pengikisan pada permukaan gigi. Hal ini menyebabkan semakin cepatnya terjadi atrisi gigi yang parah.
62
Dalam penelitian ini, hubungan antara frekuensi menyirih dengan derajat atrisi gigi menunjukkan perbedaan yang bermakna. Ini artinya frekuensi menyirih
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap derajat atrisi gigi. Hal ini terlihat pada grafik 2, dimana atrisi gigi derajat 3 meningkat persentasenya seiring dengan
meningkatnya frekuensi menyirih, sebaliknya atrisi gigi derajat 1 dan 2 menurun persentasenya seiring dengan meningkatnya frekuensi menyirih. Hal ini terjadi karena
semakin tinggi frekuensi menyirih, permukaan oklusal gigi akan semakin terkikis, yang menyebabkan atrisi gigi derajat 1 meningkat menjadi atrisi gigi derajat 2, dan
atrisi gigi derajat 2 meningkat menjadi atrisi gigi derajat 3. Penelitian seperti ini juga pernah dilakukan oleh Chang dan DeVol di Taiwan pada tahun 1973, yang
menunjukkan bahwa frekuensi menyirih memiliki pengaruh yang signifikan terhadap derajat atrisi gigi. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya persentase excessive
attrition seiring dengan meningkatnya frekuensi menyirih, sebaliknya slight dan medium attrition menurun persentasenya seiring dengan meningkatnya frekuensi
menyirih.
62
5.4.3 Hubungan Komposisi Menyirih dengan Derajat Atrisi Gigi
Menyirih adalah suatu proses mengunyah campuran bahan yang umumnya terdiri atas daun sirih, kapur, gambir, dan pinang. Kebiasaan menyirih dapat
menyebabkan terjadinya atrisi gigi.
17,40
Atrisi gigi adalah hilangnya substansi gigi
akibat gesekan mekanis yang terjadi antara gigi dengan gigi yang berantagonis dalam proses pengunyahan.
31
Salah satu faktor yang mempengaruhi besar derajat atrisi gigi akibat menyirih adalah komposisi menyirih. Komposisi menyirih adalah bahan-bahan
yang terkandung dalam campuran sirih. Komposisi menyirih turut mempengaruhi besar derajat atrisi gigi karena semakin kasar atau keras komposisi menyirih, maka
semakin mudah terjadi pengikisan pada permukaan gigi. Semakin mudah terjadi pengikisan pada gigi, maka semakin cepat terjadi atrisi gigi yang parah.
17
Komposisi menyirih yang umumnya digunakan oleh perempuan penyirih suku Karo di Pancur Batu adalah daun sirih, kapur, gambir, dan pinang. Dalam komposisi
menyirih tersebut terdapat bahan yang kasar dan keras. Bahan yang kasar dalam campuran sirih adalah kapur. Kapur sirih memiliki sifat yang kasar karena pada
umumnya kapur sirih terbuat dari kulit kerang atan batu kapur yang dihaluskan.
3
Kekasaran kapur menyebabkan semakin mudahnya terjadi pengikisan pada permukaan gigi dalam proses menyirih. Semakin mudah terjadi pengikisan pada
permukaan gigi, maka semakin cepat terjadi atrisi gigi yang parah.
17
Di dalam komposisi menyirih juga terdapat bahan pinang yang bersifat keras. Ketika dikunyah,
bahan pinang akan menstimuli otot-otot pengunyahan untuk memberikan tekanan pengunyahan yang besar. Tekanan pengunyahan yang besar menyebabkan gigi
menerima gesekan mekanis yang besar. Semakin besar gesekan mekanis yang diterima oleh gigi, maka semakin semakin mudah terjadi pengikisan pada permukaan
gigi. Hal ini menyebabkan semakin cepatnya terjadi atrisi gigi yang parah.
31
Dalam penelitian ini, hubungan antara komposisi menyirih dengan derajat atrisi gigi tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Ini artinya komposisi
menyirih tidak memliki pengaruh yang signifikan terhadap derajat atrisi gigi. Hal ini dapat dilihat pada grafik 3, dimana atrisi gigi derajat 3 dan 1 mengalami peningkatan
persentase yang tidak signifikan seiring dengan penambahan pinang dalam komposisi menyirih, sementara atrisi gigi derajat 2 menurun persentasenya seiring dengan
penambahan pinang dalam komposisi menyirih. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi menyirih, dalam arti khusus konsistensi atau kekerasan bahan pinang,
tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan derajat atrisi gigi. Hasil penelitian
ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Trivedy di Kanada pada tahun 2002, yang menunjukkan bahwa derajat atrisi gigi bergantung pada konsistensi atau
kekerasan bahan pinang. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya perbedaan jumlah dan berat komposisi menyirih yang digunakan di Kanada dan di Sumatera
Utara. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh jumlah dan berat masing-masing komposisi menyirih terhadap derajat atrisi gigi.
17
5.4.4 Hubungan Umur Penyirih dengan Derajat Atrisi Gigi