terjadinya abrasi gigi.
29
Abrasi gigi adalah hilangnya substansi gigi akibat gesekan mekanis yang terjadi antara permukaan gigi dengan benda asing selain gigi.
43
Abrasi gigi dapat terjadi pada penyuntil karena dalam proses menyuntil terjadi gesekan
mekanis yang berulang antara permukaan gigi dengan gumpalan suntil. Gesekan mekanis ini akan menyebabkan pengikisan pada permukaan gigi. Besarnya derajat
abrasi pada penyuntil bergantung pada empat faktor utama, yaitu lama menyuntil, frekuensi menyuntil, komposisi menyuntil, dan umur penyuntil.
Keausan gigi merupakan hasil interaksi dari atrisi gigi, abrasi gigi, erosi gigi, dan abfraksi gigi. Keausan gigi merupakan masalah permanen yang terjadi pada
semua kelompok umur yang dianggap sebagai bagian dari proses penuaan dan merupakan masalah bagi kedokteran gigi saat ini.
43
Proses atrisi dan abrasi gigi pada penyirih terjadi secara irreversible dan progressive, dimana bila proses atrisi dan
abrasi ini terus berlangsung akan terjadi kehilangan substansi enamel sampai ke lapisan dentin, dan bila tidak ditangani dengan segera akan mencapai lapisan pulpa
dan menyebabkan nekrosis pulpa.
37
Melihat bahwa masyarakat suku Karo di Pancur Batu Sumatera Utara masih kental dengan kebudayaan menyirih dan menyuntil,
peneliti memilih sampel perempuan penyirihpenyuntil suku Karo di Pancur Batu Sumatera Utara untuk dijadikan subjek penelitian.
5.2 Karakteristik Umum Penyirih
Tabel 1 menunjukkan beberapa karakteristik umum penyirihpenyuntil, seperti frekuensi menyirihmenyuntil, komposisi menyirih, komposisi menyuntil, umur
penyirihpenyuntil, pendidikan, alasan menyirihmenyuntil, dan frekuensi menyikat gigi. Tabel 1 menunjukkan bahwa frekuensi menyirihmenyuntil terbanyak adalah
tiga kalihari 88,8 dan tersedikit adalah sekali sehari 1,1, hal ini menunjukkan bahwa mayoritas perempuan penyirihpenyuntil suku Karo di Pancur Batu melakukan
kebiasaan menyirihmenyuntil dengan frekuensi yang tinggi setiap harinya, hal ini disebabkan karena adanya efek euforia dari campuran sirihsuntil, yang membantu
penyirih untuk menenangkan pikiran.
9
Komposisi menyirih terbanyak adalah daun sirih, kapur, gambir, dan pinang 77,8 dan tersedikit adalah daun sirih, kapur, dan gambir 22,2, hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas perempuan penyirih suku Karo di Pancur Batu menyirih dengan komposisi daun sirih, kapur, gambir, dan pinang. Adanya kapur dan
pinang dalam campuran sirih dapat memperparah derajat atrisi gigi dan pinang yang keras dapat menyebabkan gangguan pada sendi termporomandibular
31
; komposisi menyuntil terbanyak adalah tembakau, daun sirih, kapur, gambir, dan pinang 77,8
dan tersedikit adalah tembakau, daun sirih, kapur, dan gambir 22,2, hal ini menunjukkan bahwa mayoritas perempuan penyuntil suku Karo di Pancur Batu
menyuntil dengan komposisi tembakau, daun sirih, kapur, gambir, dan pinang. Adanya kapur dan pinang dalam campuran suntil dapat memperparah derajat abrasi
gigi. Umur penyirihpenyuntil terbanyak adalah umur 50 – 59 tahun 41,1 dan
tersedikit umur 30 – 39 tahun 11,1; pendidikan terakhir terbanyak adalah SD 34,4 dan tersedikit perguruan tinggi 1,1, hal ini menunjukkan bahwa
mayoritas perempuan penyirihpenyuntil suku Karo di Pancur Batu memiliki pendidikan yang rendah; alasan menyirihmenyuntil terbanyak adalah untuk
menenangkan pikiran 64,4 dan tersedikit supaya mulut segar 1,1, alasan menenangkan pikiran menjadi penyebab utama tingginya frekuensi
menyirihmenyuntil yang dilakukan perempuan penyirihpenyuntil suku Karo di Sumatera Utara; frekuensi menyikat gigi terbanyak adalah dua kalihari 72,2 dan
tersedikit tiga kalihari 4,4.
5.3 Atrisi dan Abrasi Gigi