30 Selain keunggulan di atas, Jumanta Hamdayama 2014: 75 juga
menyebutkan bahwa di dalam pembelajaran dengan model Quantum Teaching ini dapat mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam
proses pembelajaran. Maka aktivitas total antara tubuh dan pikiran tersebut menjadikan pembelajaran berlangsung lebih nyaman serta hasilnya lebih
optimal. Pembelajaran juga menjadi efektif karena dengan menggunakan model Quantum Teaching pembelajaran menjadi menyenangkan, seperti
pendapat Peter Klien Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, 2011: 271- 272, yaitu “Learning is most effective when it’s fun.”
D. Tinjauan tentang Aktivitas Belajar
Menurut Daryanto dan Mulyo Rahardjo 2012: 32, belajar pada hakikatnya adalah proses aktif yang melakukan kegiatan secara sadar untuk
mengubah suatu perilaku serta terjadi kegiatan merespon terhadap setiap pembelajaran. Sementara itu, menurut Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa
2011: 272 belajar adalah penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang melibatkan anak didik yang diperoleh di dalam suatu lingkungan yang
dapat menciptakan suasana dinamis, mengalir, dan menyenangkan sehingga anak didik dapat lebih aktif dalam melakukan aktivitas pembelajaran. Dari
kedua pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan melalui serangkaian proses
yang melibatkan siswa untuk aktif dan merespon pembelajaran.
31 Siswa dipandang sebagai subjek yang aktif, bukan pasif. Siswa
bukanlah wadah kosong yang siap untuk diisi oleh pengetahuan apapun dari guru, melainkan siswa telah mempunyai bekal pengetahuan yang mungkin
didapatnya dari jenjang pendidikan sebelumnya, dari keluarga maupun dari lingkungan bermainnya. Maka guru dalam proses pembelajaran hanya berperan
sebagai fasilitator yang mendorong siswa untuk melakukan aktivitas belajar, sehingga siswa mampu untuk membangun pengetahuannya sendiri.
Kaitannya dengan pembelajaran IPA, Usman Samatowa 2010: 10 menjelaskan bahwa aktivitas anak melalui berbagai kegiatan nyata dengan
alam menjadi hal utama dalam pembelajaran IPA, karena hal itu memungkinkan terjadinya proses belajar yang aktif. Maka dari itu, agar proses
belajar menjadi aktif tentu saja guru harus merancang pembelajaran yang mendorong siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Seperti yang dijelaskan
sebelumnya bahwa aktivitas dalam pembelajaran IPA dapat melalui kegiatan nyata dengan alam, namun alam juga dapat dibawa ke dalam kelas. Hal
tersebut disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta materi yang sedang diajarkan.
Pentingnya aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran membuat John Dewey Daryanto dan Mulyo Rahardjo, 2012: 1-2 mengemukakan
pentingnya prinsip ini dengan semboyan learning by doing belajar dengan melakukan. Dalam proses pembelajaran, menurut Slameto 2003: 36 guru
perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Dengan berpartisipasi secara aktif, maka siswa memiliki pengetahuan dengan baik.
32 Warsono dan Hariyanto 2014: 20 menjelaskan peran fungsional guru
dalam pembelajaran aktif yang utama adalah sebagai fasilitator. Daryanto dan Mulyo Rahardjo 2012: 250-251 juga menjelaskan bahwa dalam pembelajaran
aktif dan partisipatif, guru mempunyai dua tugas pokok, yaitu: 1 merencanakan dan mengatur situasi belajar yang sesuai sehingga siswa bisa
melakukan diskusi dan eksperimen, dan 2 mengarahkan kegiatan siswa untuk menemukan efektivitas dari penerapan proses pembelajaran.
Adapun cara untuk meningkatkan keterlibatan siswa atau aktivitas belajar siswa menurut Daryanto dan Mulyo Rahardjo 2012: 7 antara lain:
1. Kenali dan bantulah siswa yang kurang terlihat atau kurang aktif dalam
pembelajaran. Selidiki faktor yang menyebabkan demikian, sehingga mampu untuk mengetahui cara untuk meningkatkan partisipasi siswa
tersebut. 2.
Siapkanlah siswa secara tepat. Ketahuilah persyaratan awal yang diperlukan siswa untuk mempelajari tugas belajar yang baru.
3. Sesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan individual siswa. Hal ini sangat
penting untuk meningkatkan usaha dan keinginan siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Sri Sulistyorini 2007: 20 juga berpendapat bahwa dengan mengaitkan konsep yang dibahas dengan kehidupan keseharian siswa dapat meningkatkan
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu, dengan memberikan tugas yang berorientasi pada pengelompokan siswa juga mampu untuk
mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran.
33 Menurut Daryanto dan Mulyo Rahardjo 2012: 2, dalam aktivitas
belajar terbagi menjadi aktivitas jasmaniah dan aktivitas moral. Aktivitas belajar siswa tersebut dapat digolongkan ke dalam lima jenis aktivitas, antara
lain: aktivitas visual membaca, eksperimen, atau demonstrasi, aktivitas lisan bercerita, tanya jawab, diskusi, atau menyanyi, aktivitas mendengarkan
mendengarkan penjelasan guru, aktivitas gerak senam, menari, atau melukis, dan aktivitas menulis mengarang atau membuat surat. Sementara
itu, menurut Paul D. Dierich Oemar Hamalik, 2007: 90-91, aktivitas belajar dikelompokan ke dalam beberapa kegiatan sebagai berikut:
1. Kegiatan visual, seperti membaca, melihat gambar-gambar, mengamati
eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja, atau bermain.
2. Kegiatan lisan oral, seperti mengemukakan suatu fakta atau prinsip,
menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, dan diskusi.
3. Kegiatan mendengarkan, seperti mendengarkan penyajian bahan,
mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik, atau mendengarkan siaran radio.
4. Kegiatan menulis, seperti menulis cerita, menulis laporan, membuat
karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket. 5.
Kegiatan menggambar, seperti menggambar grafik, diagram, peta, atau pola. 6.
Kegiatan metrik, seperti melakukan percobaan, memilih alat, melaksanakan pameran atau menyelenggarakan simulasi permainan.
34 7.
Kegiatan mental, seperti merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, menemukan hubungan, dan membuat keputusan.
8. Kegiatan emosional, seperti minat, membedakan, berani, tenang, dan lain
sebagainya. Dari jenis-jenis aktivitas belajar yang telah dikelompokkan oleh Paul D.
Dierich di atas, kegiatan visual, lisan, mendengarkan, menulis, menggambar, dan metrik merupakan aktivitas belajar secara fisik. Dengan demikian, aktivitas
belajar dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu aktivitas belajar secara fisik, mental, dan emosional. Penelitian ini difokuskan pada aktivitas belajar siswa
secara fisik dan mental karena kedua aspek tersebut lebih mudah untuk diamati dibandingkan dengan aspek aktivitas belajar secara emosional.
E. Tinjauan tentang Hasil Belajar