34 7.
Kegiatan mental, seperti merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, menemukan hubungan, dan membuat keputusan.
8. Kegiatan emosional, seperti minat, membedakan, berani, tenang, dan lain
sebagainya. Dari jenis-jenis aktivitas belajar yang telah dikelompokkan oleh Paul D.
Dierich di atas, kegiatan visual, lisan, mendengarkan, menulis, menggambar, dan metrik merupakan aktivitas belajar secara fisik. Dengan demikian, aktivitas
belajar dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu aktivitas belajar secara fisik, mental, dan emosional. Penelitian ini difokuskan pada aktivitas belajar siswa
secara fisik dan mental karena kedua aspek tersebut lebih mudah untuk diamati dibandingkan dengan aspek aktivitas belajar secara emosional.
E. Tinjauan tentang Hasil Belajar
Belajar menurut Sugihartono, dkk 2012: 74 merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika proses belajar dipandang sebagai proses perubahan tingkah laku, belajar semata-mata tidak hanya untuk
memperoleh pengetahuan melainkan melalui interaksi dengan lingkungan juga akan memperoleh pengalaman yang nantinya akan berguna bagi kehidupan.
Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani 2013: 116 mendefinisikan belajar sebagai sebuah proses interaksi yang dilakukan individu dengan
lingkungan belajarnya untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru yang diwujudkan dalam bentuk perubahan tingkah laku yang relatif permanen
35 dan menetap. Menurut Ahmadi dan Supriyono Nyayu Khodijah, 2014: 51,
suatu proses perubahan tingkah laku baru dapat dikatakan sebagai hasil belajar jika memiliki ciri-ciri: a terjadi secara sadar, b bersifat fungsional, c bersifat
aktif dan positif, d bukan bersifat sementara, e bertujuan dan terarah, dan f mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Dari beberapa pendapat tokoh di atas, maka belajar dapat diartikan sebagai suatu proses interaksi setiap individu terhadap lingkungan belajarnya,
yang berlangsung secara berkelanjutan, aktif, dan terarah, untuk menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang menetap pada diri individu tersebut.
Dengan adanya perubahan tingkah laku pada individu yang belajar, maka belajar dapat dikatakan berhasil Moh. Uzer Usman, 2006: 5.
Menurut Dimyati dan Mudjiono 2006: 3 hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Apabila proses belajar
mengajar berjalan dengan baik maka dimungkinkan hasil belajar yang didapat juga baik. Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani 2013: 120
menyebutnya sebagai konsekuensi dalam pelaksanaan belajar, apakah dilakukan dengan sungguh-sungguh atau asal-asalan.
Menurut Sumadi Suryabrata Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, 2013: 118, suatu proses belajar selalu membawa perubahan perilaku,
baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Asep Jihad dan Abdul Haris 2008: 14 juga mengemukakan bahwa proses belajar yang dilakukan dalam
waktu tertentu akan membawa perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal ini menunjukkan bahwa
36 apabila proses belajar dilakukan dengan sungguh-sungguh maka dapat
mengembangkan kemampuan siswa secara menyeluruh, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Bloom Daryanto dan Mulyo Rahardjo, 2012: 27 juga mengemukakan terdapat tiga ranah dalam hasil belajar yaitu ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Pada penelitian ini, hasil belajar yang ingin ditingkatkan adalah hasil belajar dalam ranah kognitif. Hasil belajar dalam ranah kognitif yaitu
hasil belajar yang menekankan pada aspek intelektual, seperti pengetahuan maupun keterampilan berpikir.
Untuk ranah kognitif, Bloom Daryanto dan Mulyo Rahardjo, 2012: 27 menyebutkan ada enam tingkatan C1-C6 yaitu: 1 pengetahuan, 2
pemahaman, 3 aplikasi, 4 analisis, 5 sintesis, dan 6 evaluasi. Penelitian ini hanya difokuskan pada dua tingkatan C1 dan C2, yaitu pengetahuan dan
pemahaman. Hal tersebut didasarkan bahwa siswa usia sekolah dasar Kelas IV masih dalam tahapan operasional konkret, sehingga siswa belum mampu
untuk mengasosiasikan sesuatu hal yang abstrak serta disesuaikan dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Sugihartono, dkk 2012: 76 ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berarti faktor yang ada di dalam diri siswa, meliputi faktor jasmaniah dan faktor psikologis, sedangkan
faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu, meliputi faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.
37 Ngalim Purwanto 1996: 106-107 menjelaskan lebih rinci mengenai
faktor internal dan eksternal. Faktor internal disebut sebagai masukan mentah atau raw input, sedangkan faktor eksternal dapat berupa environmental input
dan instrumental input. Yang dimaksud dengan raw input yaitu faktor fisiologi dan psikologi siswa. Faktor fisiologi ini misalnya bentuk fisik ataupun panca
inderanya, sedangkan faktor psikologi misalnya bakat, minat, kecerdasan, motivasi, ataupun kemampuan kognitifnya.
Sebagai faktor eksternal, environmental input dan instrumental input juga turut berpengaruh terhadap hasil belajar. Yang dimaksud dengan
environmental input adalah faktor berupa lingkungan, sedangkan instrumental input merupakan faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan seperti
kurikulumbahan pelajaran, guru, sarana dan fasilitas, serta manajemen yang berlaku di sekolah.
Ngalim Purwanto 1996: 107 juga menyatakan bahwa di dalam keseluruhan sistem, instrumental input merupakan faktor yang sangat penting
dan paling menentukan dalam pencapaian hasil yang dikehendaki. Jika dihubungkan dengan penelitian ini, model pembelajaran Quantum Teaching
merupakan instrumental input yang diharapkan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa ke arah yang lebih baik.
F. Kerangka Berpikir