Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu proses dimana terjadinya interaksi edukatif antara guru dan siswa. Ilmu Pengetahuan Alam IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang luas terkait dengan kehidupan manusia dan alam. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP Depdiknas 2006 yaitu “ IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu, IPA merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam yang terjadi menjadikan pembelajaran IPA, tidak hanya bersifat lisan, tetapi juga bersifat kenyataan. IPA adalah pengetahuan khusus. Melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan proses lainnya yang saling berkaitan antara cara yang satu dengan cara yang lain Abdullah, 1998: 18. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis. IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan Sri Sulistyorini, 2007: 39. 2 Pada hakikatnya, IPA dapat dipandang dari segi produk, proses dan dari segi pengembangan sikap. Artinya, belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil produk, dan dimensi pengembangan sikap ilmiah. Ketiga dimensi tersebut bersifat saling terkait. Proses belajar mengajar IPA seharusnya mengandung ketiga dimensi tersebut. Usman Samatowa 2006: 6-7 mengemukakan ada empat alasan IPA dimasukkan dikurikulum sekolah dasar, yaitu: a Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA. IPA merupakan dasar teknologi, sering disebut sebagai tulang punggung pembangunan, b Bila IPA diajarkan secara tepat, maka akan memberikan kesan berpikir kritis; misalnya IPA diajarkan dengan mengikuti metode “menemukan sendiri”. Dengan ini anak dihadapkan pada suatu masalah; umpamanya dapat dikemukakan masalah sebagai berikut “ Dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun?” Anak diminta untuk mencari dan menyelidiki hal ini, c Apabila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dapat dilakukan sendiri oleh anak, IPA tidak akan merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka, d Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan. Pendidikan IPA di Sekolah Dasar dihadapkan pada berbagai masalah seperti fasilitas, media dan dana, sehingga dalam penerapannya kurang efektif. Ada banyak faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran, salah satunya adalah faktor media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran 3 akan membantu guru menyampaikan pesan pembelajaran kepada para siswanya. Selain itu, penggunaan media pembelajaran yang tepat membuat proses pembelajaran lebih efisien. Penggunaan media pembelajaran yang tepat, dapat membantu mengurangi masalah pembelajaran yang terjadi. Pemilihan media pembelajaran yang tepat harus dipilih berdasarkan karakteristik peserta belajar, karakteristik mata pelajaran, dan lain sebagainya. Media pembelajaran akan berfungsi optimal jika sesuai dengan sasaran. Pelajaran IPA memerlukan sebuah media sebagai sarana pendukung pembelajaran. Media pembelajaran Monopoli belum tersedia atau belum digunakan di SD Negeri 1 Sinduadi Mlati, Sleman. Media ini merupakan media pembelajaran berbentuk permainan yang dimainkan secara kelompok atau lebih dari satu orang. Konsep dasar pengembangan media ini mengacu pada karakteristik siswa Sekolah Dasar yang masih suka dengan permainan. Menurut Piaget Mutiah, 2010:138 permainan sebagai suatu media yang dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak-anak. Permainan memberikan ruang bagi anak mempraktikkan kompetensi-kompetensi dan keterampilan yang diperlukan dengan cara yang santai dan menyenangkan. Berdasarkan hasil observasi awal di SD Negeri 1 Sinduadi Mlati, Sleman pada kelas 4, penggunaan media pembelajaran yang digunakan untuk membantu siswa belajar masih terbatas. Kegiatan belajar hanya menggunakan 4 buku pegangan utama yang bersumber dari BSE, dan satu buku pendamping. Penggunaan media pembelajaran masih minim, hal ini menjadi salah satu faktor hambatan dalam penyampaian pesan pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Pengambilan data juga dilakukan menggunakan metode wawancara. Hasil wawancara terhadap siswa, memperoleh kenyataan, bahwa IPA merupakan mata pelajaran yang masih agak kurang diminati, hal ini dikarenakan, metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru, masih menggunakan metode konvensional. Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menerima materi dari guru. Hal ini ditunjukkan dengan nilai ulangan IPA siswa yang masih di bawah KKM. Berdasarkan hasil nilai ulangan harian yang telah dilakukan oleh para siswa, hampir sekitar 40 siswa kelas 4 memperoleh nilai di bawah KKM. Permasalahan lain yang ditemui peneliti pada observasi awal selain permasalahan diatas adalah pada permasalahan materi penggolongan hewan berdasarkan makanan dan daur hidup. Permasalahan yang peneliti temukan disini, para siswa masih belum diajak untuk melakukan observasi langsung dilapangan. Selain permasalahan tersebut, permasalahan lain yang peneliti temukan adalah, nilai siswa pada mata pelajaran tersebut sangat rendah. Setelah melakukan wawancara kepada beberapa siswa, peneliti menyimpulkan bahwa yang menyebabkan rendahnya nilai siswa pada mata pelajaran tersebut dikarenakan metode mengajar yang digunakan oleh guru yang masih konvensional, membuat siswa merasa bosan, 5 anak seumuran mereka masih lebih senang dengan bermain, mereka belum mampu untuk menerima cara mengajar yang guru mereka terapkan. Berdasarkan paparan yang dijelaskan di atas, maka diperlukan media yang dapat membantu guru menyampaikan pesan pada siswa, khusus pembelajaran IPA. Media yang cocok berdasarkan karakteristik siswa Sekolah Dasar adalah media berbentuk permainan. Oleh sebab itu, peneliti memilih untuk mengembangkan media permainan berbentuk monopoli dengan tema penggolongan hewan berdasarkan makanan dan tahapan daur hidup hewan untuk siswa kelas 4 SD Negeri 1 Sinduadi, Sleman.

B. Identifikasi Masalah