Pengertian IPA Hakikat IPA

31 respon psikologi Power, yang sangat cocok untuk membangkitkan motivasi siswa dalam belajar. Penggunaan warna hijau dikarenakan warna hijau melambangkan simbol alami, dan juga disesuaikan dengan materi yang terkandung didalam media, yaitu materi pelajaran IPA yang mempelajari tentang alam.

E. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

1. Pengertian IPA

Pengetahuan alam sudah jelas artinya adalah pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun pengetahuan itu sendiri artinya segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya Hendro Darmojo, 1992 : 3 Selain itu, Nash 1993 dalam Hendro Darmojo, 1992 : 3 dalam bukunya The Nature of Sciences, menyatakn bahwa IPA itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkun antara satu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang obyek yang diamatinya IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler dalam Winaputra, 1992:122 bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan 32 gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Sistem teratur artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku untuk seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisiten.

2. Hakikat IPA

Menurut Sri Sulistyorini 2007:9 pada hakikatnya, IPA dapat dipandang dari segi produk, proses dan dari segi pengembangan sikap. Artinya, belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil produk, dan dimensi pengembangan sikap ilmiah. Ketiga dimensi tersebut bersifat saling terkait. Ini berarti bahwa proses belajar mengajar IPA seharusnya mengandung ketiga dimensi IPA tersebut. 1. IPA Sebagai Produk IPA sebagai prooduk merupakan akumulasi hasil upaya para perintis IPA terdahulu dan umumnya telah tersusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk buku teks. Buku teks IPA merupakan body of knowledge dari IPA. Buku teks memang penting, tetapi ada sisi lain IPA yang tidak kalah pentingnya yaitu dimensi “proses”, maksudnya proses mendapatkan ilmu itu sendiri. Dalam pembelajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak anak didiknya memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar. Alam 33 sekitar merupakan sumber belajar yang paling otentik dan tidak akan habis digunakan. 2. IPA Sebagai Proses Yang dimaksud dengan “proses” di sini adalah proses mendapatkan IPA. Kita mengetahui IPA disusun dan diperoleh melalui metode ilmiah. Jadi yang dimaksud proses IPA tidak lain adalah metode ilmiah. Untuk anak SD, metode ilmiah dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan, dengan harapan bahwa pada akhirnya akan terbentuk paduan yang lebih utuh sehingga anak SD dapat melakukan penelitian sederhana. Di samping itu, pentahapan pengembangannya disesuaikan dengan tahapan dari suatu proses penelitian atau eksperimen, yakni meliputi: 1 observasi; 2 klasifikasi; 3 interpretasi; 4 prediksi; 5 hipotesis; 6 mengendalikan variabel; 7 merencanakan dan melaksanakan penelitian; 8 inferensi; 9 aplikasi; dan 10 komunikasi. Jadi pada hakikatnya, dalam proses mendapatkan IPA diperlukan sepuluh ketarmpilan dasar. Oleh karena itu, jenis-jenis keterampilan dasar yang diperlukan dalam proses mendapatkan IPA disebut juga “keterampilan proses”. Untuk memahami suatu konsep, siswa tidak diberitahu oleh guru, tetapi guru memberi peluang pada siswa untuk memperoleh dan menemukan konsep melalui pengalaman siswa dengan mengembangkan keterampilan dasar melalui percobaan dan membuat kesimpulan. J. Bruner 1961 memberikan 4 alasan mengapa penemuan begitu penting bagi proses belajar siswa, ke4 alasan tersebut yaitu : a Dapat mengembangkan kemampuan intelektual siswa; 34 b Mendapatkan motivasi intrinsik; c Menghayati bagaimana ilmu itu diperoleh; d Memperoleh daya ingat yang lebih lama retensinya. 3. IPA sebagai Pemupukan Sikap Makna “sikap” pada pembelajaran IPA SD dibatasi pengertiannya pada “sikap ilmiah terhadap alam sekitar”. Menurut Wynne Harlen Sri Sulistyorini, 2007: 9-10, setidak-tidaknya ada sembilan aspek sikap dari ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia SD, yaitu: a Sikap ingin tahu; b Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru; c Sikap kerja sama; d Sikap tidak putus asa; e Sikap tidak berprasangka; f Sikap mawas diri; g Sikap bertanggung jawab; h Sikap berpikir bebas; i Sikap kedisiplinan diri Sikap ilmiah ini bisa dikembangkan ketika siswa melakukan diskusi, percobaan, simulasi, atau kegiatan di lapangan. Dalam hal ini, maksud dari sikap ingin tahu sebagai bagian sikap ilmiah adalah suatu sikap yang selalu ingin mendapatkan jawaban yang benar dari obyek yang diamati. Anak usia SD mengungkapkan rasa ingin tahunya dengan jalan bertanya kepada guru, temannya, atau kepada diri sendiri. Melalui kerja kelompok, maka “tembok 35 ketidaktahuan” dapat dikuak untuk memperoleh pengetahuan. Berlangsungnya kerja sama dimaksudkan untuk memperoleh pengetahuan lebih banyak. Melalui kerja sama, anak didik akan belajar bersikap kooperatif, dan menyadari bahwa pengetahuan yang dimiliki orang lain mungkin lebih banyak dan lebih sempurna daripada yang dimilikinya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pengetahuannya, ia merasa membutuhkan kerja sama dengan orang lain.

3. Perlunya IPA Diajarkan di Sekolah Dasar