Dalam  penulisan  karya  ilmiah  data  adalah  merupakan  dasar  utama,  karenanya metode  penelitian  sangat  diperlukan  dalam  penyusunan  tesis.  Oleh  karena  itu  dalam
penelitian  ini  penulis  menyusun  data  dengan  menghimpun  dari  data  yang  ada relevansinya dengan masalah yang diajukan.
Adapun metode penelitian yang dilakukan adalah: a.
Library Research Penelitian Kepustakaan. Dalam  hal  metode  pengumpulan  data  melalui  library  research  ini  maka  penulis
melakukannya  dari  berbagai  sumber  bacaan  yang  berhubungan  dengan  judul pembahasan, baik itu dari literatur-literatur ilmiah, majalah maupun mass media dan
perundang-undangan, b.
Field Research Penelitian Lapangan. Metode  pengumpulan  data  dengan  cara  penelitian  lapangan  ini  dilakukan  penulis
dengan  mengunjungi  langsung  objek  yang  diteliti,  untuk  selanjutnya  dilakukan wawancara  dengan  sumber  yang  dianggap  representatif  memberikan  informasi
tentang  topik  penelitian  ini  yaitu  legal  office  PT.  Bank  Sumut  Cabang  Pembantu Kampung  Lalang  Bapak  Zol  Khairi  Alfani  dan  Notaris  yang  melakukan  pengikatan
jaminan pada bank tersebut Bapak Rudi Aroha Sitepu.
3. Lokasi Penelitian
Sesuai  dengan  judul  penelitian  ini  berada  di  di  kota  Medan,  tepatnya  pada  Bank Sumut  Cabang  Pembantu  Kampung  Lalang,  Desa  Lalang,  Kecamatan  Sunggal,  kota
Medan Sumatera Utara.
4. Alat Pengumpul Data
Universitas Sumatera Utara
Alat  pengumpulan  data  akan  sangat  menentukan  hasil  penelitian  sehingga  apa yang  menjadi  tujuan  penelitian  ini  dapat  tercapai.  Untuk  mendapatkan  hasil  penelitian
yang  objektif  dan  dapat  dibuktikan  kebenarannya  serta  dapat  dipertanggung  jawabkan hasilnya maka dalam penelitian akan dipergunakan alat pengumpulan data yakni dengan
wawancara  dan  studi  dokumen.  Alat  pengumpulan  data  yang  dipergunakan  dalam penelitian ini adalah studi dokumen.
Studi  dokumen  yang  dilakukan  dalam  penelitian  ini  adalah  menghimpun  data dengan  melakukan  penelaahan  bahan-bahan  kepustakaan  yang  meliputi  bahan  hukum
primer,  bahan  hukum  sekunder  dan  bahan  hukum  tertier.  “Langkah-langkah  ditempuh untuk melakukan studi dokumen di maksud di mulai dari studi dokumen terhadap bahan
hukum primer, baru kemudian bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier
.”
45
a. Bahan hukum primer dalam penelitian ini meliputi seluruh peraturan yang mengatur
tentang  ketentuan  pemberian  kredit  dengan  jaminan  tanah,  yaitu  :  Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
Undang-Undang  Nomor  4  Tahun  1996  tentang  Hak  Tanggungan,  Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 dan KUH Perdata serta undang-undang lainnya.
b. Bahan  hukum  sekunder  yang  akan  dijadikan  obyek  studi  ini  adalah  buku-buku
bacaan yang berhubungan langsung dengan pemberian kredit dan jaminan tanah.
c. Bahan hukum tertier, berupa Kamus Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum.
5. Analisis Data
Analisis  data  yang  dipakai  adalah  analisis  data  deskripstif  kualitatif,  yaitu    data yang  diperoleh  disajikan  secara  deskriptif  dan  dianalisis  secara  kualitatif  yaitu  dengan
45
Soerjono  Soekanto  dan  Sri  Mamudji,    Penelitian  Hukum  Normatif  Suatu  Tinjauan  Singkat,   PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, Tahun 1995, hal. 13-14.
Universitas Sumatera Utara
langkah-langkah  data  diklasifikasikan  sesuai  dengan  permasalahan  penelitian,  hasilnya disistematisasikan, kemudian ditarik kesimpulannya untuk dijadikan dasar  dalam melihat
kebenaran  dari  masalah  yang  ditetapkan  dengan  menggunakan  metode  deduktif    yaitu mengamati  hal-hal  yang  umum  untuk  kemudian  menarik  kesimpulan  pada  hal-hal  yang
khusus.
Universitas Sumatera Utara
BAB II KEDUDUKAN JAMINAN TANAH DALAM PEMBERIAN KREDIT
KEPADA USAHA KECIL
A. Kedudukan Jaminan Tanah
Pada  dewasa  ini  hak  atas  tanah  merupakan  objek  jaminan  kredit  yang  paling disukai  oleh  bank,  sebab  tanah  dianggap  lebih  bernilai  secara  ekonomis.  Lembaga
jaminan  yang  dibebankan  atas  tanah  dan  bangunan  oleh  bank  adalah  hak  tanggungan. Patut dikemukakan, bahwa kreditur selalu harus  waspada,  agar ia dikemudian hari tidak
mendapatkan  kesulitan  dalam  mengeksekusi  atau  menjual  tanah  dan  bangunan  tersebut. Sertifikat  sebagai  bukti  yang  kuat,  karena  dalam  sertifikat  itulis  mengenai  jenis  hak
pemegang  hak  serta  peristiwa  hukum  yang  penting  sehubungan  dengan  tanah  tertentu, dan karena semuanya itu diisi oleh pejabat yang berwenang, maka apa yang dibaca dalam
sertifikat harus dianggap benar. Alat  pembuktian  yang  kuat  berarti  bahwa  sertifikat  bukanlah  satu-satunya
pembuktian  yang  ada  tentang  sahnya  peralihan  hak  serta  lahirya  hakitu.  Bukti  sertifikat belum berlaku sempuma bagi pihak ketiga, hal ini dikarenakan pihak ketiga masih dapat
melihat dengan bebas mengenai kepemilikan hak atas tanah pada daftar-daftar umum di Kantor  Pertanahan  setempat.  Ini  memungkinkan  mengingat  adanya  azas  keterbukaan
publiciteit dalam  Hukum  Agraria.  Jadi  daftar  umum  tersebut  ini  mempunyai  kekuatan
sebagai bukti juga, selain sertifikat. Dengan kenyataan tersebut maka apabila di atas sebuah tanah belum bersertifikat,
maka  jelasnya  maka  keberadaan  hak  seseorang  atas  tanah  tersebut  belum  begitu  kuat. Namun,  berdasarkan  kenyataan  tersebut  maka  kedudukan  jaminan  tanah  yang  belum
bersertifikat  dalam  dunia  perbankan  yang  dibatasi  pada  PT.  Bank  Sumut  Cabang
Universitas Sumatera Utara
Pembantu  Kampung  Lalang-  Sunggal,  dapat  dijadikan  jaminan  kredit,  tetapi  meskipun demikian  dibutuhkan  alas  hak  lainnya  yang  ditanda  tangani  oleh  Camat  dimana  tanah
tersebut berada. Jadi  praktek  perbankan  khususnya  dalam  hal  menjadikan  sebuah  tanah    belum
bersertifikat sebagai jaminan kredit dapat diajukan ke PT. Bank Sumut Cabang Pembantu Kampung  Lalang-Sunggal,  dengan  turut  menyertakan  sebagai  bahan  lampiran  tentang
Pajak  Bumi  dan  Bangunan  atas  tanah  tersebut.  Jika  tidak  ada  PBB-nya  maka  dapat diajukan dalam bentuk surat keterangan dari pihak kelurahandesa dimana tanah tersebut
tentang  PBB  atas  tanah  tersebut  belum  diterbitkan.  Selain  PBB  syarat  lainnya  yang dibutuhkan  adalah  surat  keterangan  dari  pihak  kelurahandesa  tentang  tidak  adanya
sengketa atas tanah tersebut dan riwayat tanah.
46
Keberadaan  jaminan  tanah  yang  belum  bersertifikat  dapat  diajukan  sebagai jaminan  kredit,  tetapi  nilai  kredit  yang  dimohonkan  dengan  hak  atas  tanah  yang  belum
bersertifikat  menjadi  turun  dan  kurang  memiliki  harga  apabila  dibandingkan  dengan tanah yang telah bersertifikat.
Beberapa  aspek  yuridis  yang  merupakan  kondisi  dari  kekuatan  pendaftaran  dan penerbitan  sertifikat  hak  tanggungan  sebagai  jaminan  kredit  kepada  usaha  kecil      dalam
menerima hak atas tanah sebagai objek jaminan kredit adalah : 1.
Segi kepemilikan tanah yang dijadikan objek jaminan. 2.
Pemeriksaan  sertifikat  tanah  dan  kebenaran  letak  tanah  yang  dijadikan  objek jaminan.
3. Segi  kewenangan  untuk  membebankan  hak  tanggungan  atas  tanah  yang  dijadikan
46
Hasil  wawancara  dengan  Zol  Alfani  Khairi,  Legal  Office  PT.  Bank  Sumut  Cabang  Pembantu Kampung Lalang, tanggal 7 Juli 2010.
Universitas Sumatera Utara
objek jaminan. 4.
Segi  kemudahan  untuk  melakukan  eksekusi  atau  penjualan  tanah  yang  dijadikan objek jaminan.
5. Segi kedudukan bank sebagai kreditor yang preferen
Walaupun  kedudukan  tanah  yang  belum  bertifikat  dapat  dijadikan  jaminan collateral
kredit khususnya kredit untuk usaha  kecil, namun, pihak bank dalam hal ini PT. Bank Sumut Cabang Pembantu Kampung Lalang-Sunggal tetap mengutamakan tanah
yang  sudah  bersertifikat  sebagai  objek  jaminan  kredit,
47
karena  memiliki  beberapa keuntungan dan diuraikan di bawah ini.
1. Kepemilikan tanah yang dijadikan objek jaminan
Undang-Undang  Hak  Tanggungan  menyatakan  UUHT  bahwa  hak  tanggungan tidak dapat diletakkan,  melainkan oleh siapa  yang berkuasa memindah tangankan benda
yang akan dibebani dengan hak tanggungan itu.
48
Jelaslah, bahwa dalam menerima tanah, tanah  dan  bangunan  sebagai  objek.  Bank  harus  yakin  betul,  bahwa  yang  bersangkutan,
adalah  pemilik  atau  pemegang  hak  atas  tanah  tersebut.  Bukti  kepemilikan  tanah  adalah sertifikat tanah  yang bersangkutan. Dalam praktek, sering terjadi, bahwa serfitikat tanah
sudah  tidak  sesuai  lagi  dengan  keadaan  yang  sebenarnya,  misalnya  oleh  karena  tanah, tanah dan bangunan tersebut, telah dijual dengan membuat akta PPAT, namun balik nama
belum dilakukan oleh Kantor Pertanahan. Sehubungan  dengan  harta  benda  perkawinan  dan  ketentuan  yang  terdapat  dalam
Pasal 36 Undang-Undang Perkawinan, bahwa mengenai harta bersama, suami isteri dapat bertindak  atas  persetujuan  bersama,  yang  juga  harus  dianggap  berlaku  bagi  orang-orang
47
Hasil  wawancara dengan  Zol Alfani Khairi,  Legal  Office PT. Bank Sumut Cabang Pembantu Kampung Lalang-Sunggal.
48
Pasal 4 Undang-Undang Hak Tanggungan Nomor 4 Tahun 1996.
Universitas Sumatera Utara
yang  menikah  sebelum  Undang-Undang  Perkawinan  berlaku,  misalnya  yang  menikah berdasarkan  Huwelijksordonan  tie  Christen-Indonesier  Java  HOCI  atau  Burgerlijk
Wetboek BW,   maka seandainya seorang suamiisteri akan mengagunkan tanah, tanah
dan  rumah,  yang  sertifikat  tanahnya,  tercatat  atas  namanya,  sebaiknya  bank  minta  agar isterisuami  calon  debitur  datang  dan  memberi  persetujuannya  yaitu,  bahwa  tanah
tersebut, dijadikan objek jaminan kredit yang dibebani dengan hak tanggungan. Apabila  sertifikat  menyebutkan  nama  orang  yang  sudah  wafat,  maka  jika  tanah
tersebut, akan dijadikan objek jaminan kredit, hendaknya tanah, dibalik namakan terlebih dahulu  atas  nama  ahli  waris  yang  bersangkutan.  Apabila  tidak  dilakukan  balik  nama
terlebih  dahulu,  bisa  terjadi  bahwa  bank  dikemudian  hari  akan  kesulitan  dengan munculnya pihak ketiga yang mengaku ikut berhak atas tanah tersebut.
49
Apabila  belum  mempunyai  sertifikat,  maka  akta  pembebanan  hak  tanggungan bisa dibuat, namun hak tanggungan tersebut baru akan didaftarkan, bersama-sama dengan
keluarya  sertifikat  tersebut.  Jadi  hak  tanggungan  baru  ada,  apabila  atas  tanah  tersebut telah didaftarkan.
Pentingnya  sertifikat  bagi  bank,  selain  untuk  mengetahui  jenis  hak  atas  tanah tersebut, apakah tanah itu tanah hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha atau hak
pakai,  seperti  diketahui  dewasa  ini  hak  pakai  atas  tanah  negara  yang  terdaftar  di  kantor pertanahan, dapat menjadi hak tanggungan.
2. Pemeriksaan dokumen tanah dan kebenaran letak tanah